Rotterdam, 2012
"Katamu kau akan pulang lebih awal malam ini..?" Wanita itu menunjukkan ekspresi khawatir di wajahnya. Ia menatap jatuhnya salju dari balik jendela rumahnya yang hangat.
"Tapi ini malam Natal, Carl. Kau berjanji akan menghabiskan Natal bersamaku di gereja lalu—"
"Lupakan saja rencana itu, Alea! Aku sibuk, tidakkah kau mengerti?!"
"Bukankah kantormu libur hari ini?"
"Kau tidak mengerti arti kata sibuk?! Kalau sibuk ya berarti tidak libur! Ck, wanita bodoh!" Pria di seberang sana mematikan sambungan itu dengan kesal. Sementara Alea merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan suaminya, Charles Wellington.
Ia meletakkan kembali telepon rumah yang tadi ia genggam, lalu mengambil jas serta syal musim dinginnya.
"Aku akan pergi ke gereja, Ny. Lilith. Jika Charles pulang katakan aku sudah pergi," katanya menitip pesan pada kepala pengurus rumah tangga sebelum ia masuk ke dalam mobil Rolls Royce-nya.
Sementara Lilith menutup gerbang mansion itu, mobil antik yang dikendarai supir pribadi keluarga Wellington menjauh pergi.
"Tolong ke kantor suamiku, Lio," perintah Alea pada supirnya. Sementara Lio mengangguk dan menuruti perintah Nyonyanya itu.
Melewati jalan raya Rotterdam yang padat di malam Natal bersalju itu, akhirnya mobil mahal tersebut terhenti di depan gedung tua nan antik khas Belanda.
"Kau tunggulah di sini. Aku tidak akan lama," ujar Alea sebelum menutup pintu dan berlari kecil masuk.
"Selamat malam, Nyonya Wellington. Ada apa kemari?" sapa sang sekuriti melihat Alea berjalan ke arah pintu masuk.
"Suamiku ada di dalam. Katanya kantor hari ini masuk kerja, benar begitu?"
Sang sekuriti mengangguk kecil. "Benar, tapi hanya para staff bawahan saja, itu juga hanya 1 jam. Bukankah Tuan Wellington adalah direktur di sini? Seharusnya—"
"Beliau memang datang kemari tadi siang, Nyonya. Namun beliau pergi lagi ke sebuah tempat bernama The Elites, kalau tidak salah. Aku mendengar pembicaraannya dengan beberapa temannya tadi," potong seorang sekuriti lagi.
"B– begitu.. Baiklah, terima kasih." Alea dengan terburu-buru masuk kembali ke mobilnya dan langsung menuju ke sebuah kelab malam bernama The Elites.
Penjaga pintu menyuruh Alea menanggalkan jas musim dinginnya. Beruntungnya wanita itu mengenakan gaun selutut berwarna hitam yang sopan dan nyaman. Mungkin memang tidak cocok dengan suasana kelab, tapi Alea kemari bukan ingin memamerkan tubuhnya. Ia kemari mencari suaminya, Charles.
"Permisi, aku kemari ingin bertemu dengan suamiku, ia Charles Wellington. Apa kamu tahu di mana ruangannya?" tanya Alea pada bartender yang sedang menganggur.
Bartender itu sempat menunjukkan wajah kaget. Dengan gugup, ia menunjuk sebuah lorong yang ditutup dengan tirai tipis. "V– VIP nomor 4, N– Nyonya.."
"Baiklah. Terima kasih. Dan jangan takut, aku tidak menggigit." Alea tersenyum manis dan berjalan memasukki lorong tersebut.
Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari pintu bertulisan 'VIP 4.' Semakin jauh ia melangkah, semakin tidak terdengar dentuman musik dari ruangan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot: The Perfect Wife
Short StoryLihatlah dia, wanita manis nan anggun yang duduk di sana. Rambut cokelat tuanya masih seindah dulu, mata biru itu masih sehalus dulu, dan suaranya.. masih semerdu dulu. Tapi apakah hatinya masih mencintaiku seperti dulu? Ah, berkata apa aku ini. Ten...