~3

8 6 4
                                    

Pagi itu disebuah sekolah SMA swasta sudah di penuhi para siswa - siswi yang riuh. Mereka bergerombol di depan gerbang sekolah hanya untuk menanti sosok laki-laki yang berparas tampan , tinggi , putih dan pintar tentunya. Tidak hanya siswi yang hampir berteriak histeris para siswa yang ikut bergerombol hanya untuk menatapnya sinis. Bagaimana tidak ? Martabat mereka sebagai siswa laki-laki yang biasanya terkeren seantero sekolah hancur, begitu sosok laki-laki yang selalu jadi incaran wanita itu muncul.

"Wah lihat... dia tampan sekali hari ini!"

"Oh my god... jadikan dia suamiku!"

"Tampannya... pintar lagi!"

Begitu lah ocehan para siswi yang tergila-gila pada seorang Rivan. Dia hanya berjalan santai sambil menebar senyum manisnya yang mampu membekukan hati wanita manapun. Terkecuali pada gadis yang sedang menatapnya tajam dari kejauhan bahkan hati gadis itu mulai panas saat pemuda itu memamerkan senyumnya yang biasa ia sebut pabrik gusi. Padahal Rivan tidak tonggos.

"Dasar si pabrik gusi! Apa semalam dia tuli hah ??" Ucap gadis itu sambil mengeratkan genggamanya pada tas selempangnya. Kemudian dia pergi berlalu menuju kelasnya.

Di tempat lain seorang gadis kelas 11 yang mengamati dengan seksama. Melihat gadis kelas 12 tadi begitu emosi melihat pemuda tampan yang selalu tersenyum itu aneh.

"Kenapa Kak Elta segitu bencinya ?" Pikir gadis itu

Yah .. sosok gadis yang emosi melihat Rivan tadi adalah Elta.

"Padahal Pak Rivan biasa aja" Ucap gadis itu sendiri lalu beranjak pergi dari tempat mematungnya tadi.


Tungguuu ... !! Pak katanya ? Iya

Rivan disini bukan seorang murid atau siswa tertampan , tapi guru bahasa Jerman dengan sejuta pesona.
Dia memang pintar di usianya yg masih 23 dia sudah jadi guru bahasa Asing.
Dia pernah tinggal dan kuliah di Jerman selama 4 tahun. Ayah ibunya menetap disana. Itu lah sebabnya dia fasih berbahasa Jerman.

Lalu bagaimana pertemuannya dengan Elta ?

Flashback on

1 tahun yang lalu...

Sore itu di halte bis.
Elta hanya duduk sendiri tak berniat naik bus terakhirnya. Ia bingung dengan cara apa lagi ia harus mengatakan pada Ayahnya ia ingin kuliah ke luar negeri. Tapi bukankah dia masih kelas 11 ? Dia hanya ingin mewujudkan keinginan terakhir ibunya. Menjadi sarjana di luar negeri , tapi Ayahnya melarangnya untuk itu alasannya beliau tidak mau di tinggal Elta sendiri.


"Tidak baik melamun sendirian di tempat sepi seperti ini" Ucap seseorang tiba-tiba.

Elta menengok ke arah samping kanannya. Ia terkejut tiba-tiba sudah ada pemuda yang tidak di kenalnya. Elta bergidik ngeri karna pemuda itu langsung tersenyum.

Manis...

Senyumnya begitu manis dengan refleks bibirnya ikut mengulum senyum tipis juga , sangat tipis. Ia langsung tersadar menggelengkan kepalanya bahwa ia bahkan sama sekali tidak mengenal pemuda itu.

What Your Name ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang