Karena Menyontek

128 0 0
                                    

Pada pelajaran Bu Retno, aku tidak konsentrasi, sama sekali.

Oh Tuhan, aku menyesal.. mengapa aku lakukan perbuatan curang. Itu pun juga salahku karena tidak belajar sebelumnya. Karena itu, aku terpaksa menyontek, aku tak ingin mendapatkan nilai di bawah 5.

Ah.. bodohnya aku.. kini aku malah tidak tenang mendapatkan nilai 9. Aku memberanikan diri minta izin ke belakang untuk mencuci muka agar tidak terlihat sembab mataku.

Keluar dari WC, Aji sudah berdiri di depan WC. "Ji, kamu sedang apa di sini?", tanyaku.

"Menyusul kamu, Sha. Kamu nggak apa-apa kan?", dia balik bertanya. "Aku baik-baik saja, sebaiknya kamu balik saja dulu ke kelas, aku masih ingin di sini".

"Engga ah.. kaya nya kamu lagi ada masalah, cerita dulu dong!"

"Sungguh aku nggak apa-apa kok", jawabku meyakinkan dia bahwa aku baik-baik saja.

"Habis dapat nilai 9 kok sedih, kamu engga suka ya... kita tukar saja, aku Cuma dapat 5", sindirnya.

"Idih....siapa yang sedih, sok tahu kamu! Aku ngga apa-apa kok". Aku mencoba untuk bersandiwara. Sepertinya Aji benar-benar tahu kalau aku menyontek saat ulangan ekonomi.


"Karena menyontek" (?) haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena menyontek" (?) haha.. entah apa yang terbesit difikiran seorang anak usia sekitaran 10 tahun ini.. Aku coba ketik ulang ceritanya tanpa mengganti satu katapun. Ini contoh lampiran gambar cerpen yang aku buat dulu.

Karena MenyontekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang