Chapter 3
***
Jung In mengibas-kibas bajunya yang basah karena terguyur hujan malam ini.
Dia tau jika Dong Hae tau pasti pria itu meradang karena gadis itu pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Rasanya Jung In tidak kuat jika harus menerima tudingan kejam yang ditujukan padanya dimakan malam tadi. Gadis itu memutuskan untuk pulang kerumah kontrakannya meski harus menerjang hujan sekalipun.
Persetan dengan Dong Hae yang akan memecatnya besok pagi. Gadis itu sudah tidak tahan. Jung In sudah benar-benar tidak tahan dengan kecaman-kecaman sialan itu.
Jung In masuk kedalam rumahnya setelah merasa tubuhnya sudah tidak terlalu basah.
Sebenarnya tentu saja gadis itu basah kuyup. Bahkan ponsel murah yang ia miliki satu-satunya juga ikut basah karen terguyur hujan.
Sial! Ini akan semakin mempersulit komunikasnya dengan Jae Sung, adiknya yang berada di Busan.
Dddrrrrrtttt...dddrrrrtttt
Ponsel Jung In bergetar panjang. Kemudian gadis itu mendesah pasrah seperti tau memang kejadiannya akan seperti ini.
"Ponselku mati. Baiklah, satu minggu tanpa ponsel, sepertinya akan baik-baik saja. Hahhh..." gumamnya lemas.
Jung In segera mengambil handuk dilemarinya kemudian masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.
***
Dong Hae mengumpat kesal dikamar apartementnya.
Sudah satu minggu yang lalu dari makan malam itu dirinya gagal menghubungi Jung In. Dia juga tidak tau gadis itu tinggal dimana. Tentu saja ini semakin menyulitkan Dong Hae untuk mencari gadis itu.
"Sebenarnya kau ini kemana? Aish, gadis bodoh. Kau benar-benar ingin ku pecat, hoh?" Dong Hae lagi-lagi mengumpat. Mencaci maki ponselnya yang sebenarnya tidak bersalah.
Tiing... Tong...
Bel apartement Dong Hae berbunyi, membuat pria itu terkesiap keget.
Dong Hae lalu berjalan menuju pintu untuk mencari tau siapa yag datang pagi-pagi begini.
Ceklek...
"Annyeong presdir." Jung In. Gadis itu datang ke apartement Dong Hae dengan pakaian yang sudah benar-benar rapi.
"Kau? Ck, ku pikir kau sudah tidak membutuhkan pekerjaan, nona Shin Jung In," desisnya berpura-pura kesal.
"Jaesonghamnida. Malam itu aku mendapat telepon dari keluagaku di Busan. Aku pulang karena takut mengganggu acara anda. Aku juga sudah menghubungi pihak kantor untuk menyampaikan pada anda. Tapi sepertinya mereka tidak menyampaikannya," Jelas Jung In memberi alasan.
"Aku tidak mau tau. Sekarang siapkan pakaian kantorku, sepatu, buatkan sarapan, dan kau harus menemaniku sepanjang hari ini tanpa jedah. Arraseoh?"
"Yak! Presdir!"
"Panggil aku Mr.Lee!"
"Kau sekertarisku. Dan dalam hal ini kau tidak punya hak untuk menolak."
Jung In mendesah. Sepertinya keputusannya untuk kembali ke apartement pria gila itu salah. Ini sama saja membawa diri kedalam mulut harimau. Astaga
***
Suasana kantor sudah terlihat ramai pagi ini.
Para karyawan terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.