The End of The Rainbow #1

95 8 14
                                    

Hujan mulai merintik di seputar kota kami. Belakangan ini hujan selalu membasahi kota kami yang indah ini, ya itu adalah hal yang wajar saja karena saat ini adalah bulan musim hujan tiba di kota kami. Walaupun gerimis, aku tetap akan bersekolah pagi ini. Ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di bangku kelas 1 SMA. Sebenarnya proses belajar mengajar telah berlangsung hampir sebulan tepatnya pada tanggal 17 Juli 2017 yang lalu, namun karena aku memiliki urusan keluarga yang sangat genting sehingga aku melewatkan hari pertama sekolahku. Aku tetap mengikuti seluruh rangkaian Pengenalan Lingkungan Sekolah dengan baik dari awal sampai akhir. Bertemu kakak mentor yang ganteng-ganteng di sekolah, bertemu guru yang super duper galak, dan bahkan aku menemukan teman yang sangat akrab, namanya Silvia dan Sovy. Setelah hari Pengenalan Lingkungan sekolah berakhir tepat pada tanggal 14 Juli, keluargaku menerima kabar bahwa Oma ku sedang sekarat di rumah sakit tempat ia dirawat di Singapura dan sepertinya tidak dapat bertahan lama sehingga kami seluruh keluarga diminta untuk kesana agar Oma bisa melihat seluruh anak beserta cucu nya. Pada hari itu juga aku dan sekeluarga langsung berangkat ke Singapura. Papaku mengurusi seluruh surat ijin ke sekolah baruku. Untungnya aku diberikan ijin untuk ikut berangkat. Tepat seminggu setelah kami tiba di Singapura, hujan mulai deras disana dan bertepatan kabar bahwa oma telah menghembuskan napas terakhirnya di ruangan ICU Raffles Hospital Singapore. Suasana duka sangat terasa bagi keluarga besar kami. Jasad oma dibawa ke Indonesia untuk dimakamkan di Jakarta. Dan setelah melewati rangkaian kejadian tersebut, akhirnya aku bisa bersekolah tepat tanggal 10 Agustus.

***

Aku mulai melangkah keluar kamar setelah kurang lebih 30 menit bersiap-siap dan langsung menuju tangga turun ke lantai bawah untuk makan bersama mamaku. Papaku tidak bisa ikut sarapan bersama kami karena ia sibuk mengurusi pemakaman oma dan segala perijinan yang tidak kuketahui.

“Ma, papa masih lama ya urus pemakaman oma?” Tanyaku

“Tenang aja nana, papa pasti segera mengurusi segala urusannya dan akan bergabung bersama kita lagi di meja makan ini. Oh ya, mama hari ini ada meeting bersama klien penting mama. Nanti nana dianter Mas Budi ya ke sekolah.”

“Ok deh ma…”

Mama mencium keningku dan akhirnya meninggalkanku menuju garasi mobil dan berangkat ke kantornya. Aku sudah terbiasa di situasi seperti ini. Maklum saja, papaku adalah CEO perusahaan swasta miliknya dan mamaku bekerja sebagai direktur utama sebuah bank, mereka adalah orang yang super sibuk, walaupun begitu aku bangga mempunyai papa dan mama seperti mereka yang walaupun sibuk mereka tetap memperhatikanku yang adalah anak tunggal mereka.

Mas Budi mengantarku melewati jalanan yang telah digenangi air hujan dan melambung cepat mobil mobil didepan kami. Untung hari ini tidak terlalu macet--keluhku. Akhirnya aku sampai di SMA Global Jaya 15 Menit sebelum bel. Setelah diberitahu oleh kedua temanku yang baru ku kenal dan langsung akrab, Silvia dan Sovy dimana ruang kelasku via chattingan line kemaren-kemaren, ternyata aku sekelas dengan mereka berdua di kelas 10 IPA 2. Aku langsung menuju kelasku di paling pojok lantai kedua gedung bagian timur. Disana sudah ada Silvia dan Sovy.

“Lihat nih siapa yang baru pulang dari Singapur…. Mana nih ole-olenya?” Silvia langsung menimpaku dengan pertanyaan yang selalu ditanyakan kepada orang yang berangkat

“Eh lu gila yah Sil? Nana kan lagi berduka dan dia ke Singapur itu bukan untuk jalan-jalan kali” Sovy membalas pertanyaan Silvia dengan cukup tegas

“Udah-udah gak usah bertengkar masih pagi juga. Gue gak bawa ole-ole tapi gue bakalan traktir lu berdua. Gimana lu pada mau kagak?”Aku menawari

“Mau dong akh..” Silvia dan Sovy dengan kompaknya menyetujui tawaranku.

***

Pelajaran pertama mulai berlangsung. Pelajaran yang aku suka, Matematika. Silvia paling tidak suka pelajaran itu makanya dia selalu terlihat gelisah di tempat duduknya. Aku, Silvia dan Sovy duduk lumayan berdekatan sehingga memudahkan kita untuk saling kerja sama ketika ada tugas yang diberikan.

***

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Aku dan kedua teman sejoliku langsung menuju kantin Kang Maman atas saran dari Sovy untuk menikmati bakso nya yang terkenal akan cita rasa khas nya itu--kata Sovy dengan penuh gayanya. Kantin pun mulai rame dengan siswa-siswa yang kelaparan. Silvia memesan mie double, sesuai dengan perutnya yang double. Akhirnya pesanan kami pun datang dan kami langsung melahap bakso nya. Seketika pandangan ku terhenti persis di depan meja makan bakso kami.

‘Gila tu orang ganteng banget sumpah, dia kelas berapa yah? Kayaknya kelas 10 juga deh kelihatan masih unyu banget. Tapi kok gayanya biasa aja yah? Ah orang ganteng mah bebas gak gaya juga udah kece parah’ Aku ngomong dalam hatiku.

“Oy itu bakso nya masih dimakan gak sih? Kok ngambang gitu depan mulut lu Na?” Sovy menanyaku tapi aku tidak mendengarnya karena aku masih terpaku melihat seseorang didepan mataku.

“Woy gila lu bangun peak….” Silvia yang disebelahku langsung menyenggolku sehingga bakso ku jatuh diatas meja dan aku pun tersadar

“Oy lu liatin siapa sih?” Sovy membalikkan badannya

Cepat-cepat Sovy membalikan wajahnya lagi kearah kami

Sovy membisik “Gila, gila, gila.. gue rasa seperti melayang.. dia itu yang lu liatin dari tadi Na? sumpah suer imut banget. Idaman gue banget. Tapi kok gaya nya kayak gitu yah? Murid beasiswa kali ya?”

“Gue juga gatau Sov, dari gaya pakaiannya sepertinya dia murid beasiswa. Tapi ganteng banget gue ga bohong deh” balasku

“Gue juga.. Gue seperti melihat pangeran-pangeran yang di drama korea itu secara live..” Silvia memberikan pendapat. Silvia memang merupakan maniak drama korea. Aku sangat membenci drama Korea walaupun ada satu drama Korea yang ditunjukan Silvia kepadaku yang menurutku sangat bagus. Lebih daripada itu, hanya cerita romantis berlebihan yang cukup muak ku nonton.

“Cepetan abisin tu bakso biar kita bisa menikmati makhluk Tuhan yang luar biasa ganteng dan imut ini di sini lebih lama” Sovy memerintah.

“Biasa aja kali akh.. gausah kelewatan gitu juga” Aku dan Silvia pun tertawa.

*To be continued*

The End of The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang