Prolog Jihan

22 3 2
                                    

"Triiiiinggg.... Triiinngggggg... Triiinggggggg..."

Suara alarm yang aku pasang pukul 6 pagi berhasil membangunkanku dengan suara melengkingnya. Alih-alih di bangunkan ibu hari ini aku harus bangun dan menyiapkan semua kebutuhanku sendiri. Di kamar kos yang lumayan nyaman ini aku akan mulai beradaptasi dengan tetangga dan sekitar. Aku juga belajar dan bersekolah di lingkungan baru.
Gugup yang kurasakan ini seperti menghalangiku untuk berangkat ke sekolah baruku. Aku tidak pernah merasakan bagaimana akan mulai menyukai aktifitas baruku ini.

Ku kepang rambut hitam yang panjangnya hampir menyentuh sikutku. Berusaha berpenampilan seperti anak baik yang selalu menurut dan tidak pernah melanggar aturan. Ku rasakan kawat gigiku yang masih terasa linu karena kemarin lusa baru selesai ku pasang di dokter gigi langganan kakakku. Kawat gigi berwarna hitam ini sepertinya membuat bibirku susah menyatu. Tidak lupa kacamata hitam tebal kupakai hingga menutupi sebagian wajahku yang tirus. Frame kacamata ini sepertinya terlalu berat hingga kadang melorot sampai ujung hidungku.

Akupun juga harus mulai terbiasa berjalan menuju stasiun yang akan membawaku sampai ke sekolah baru. Membuat semua dadanan dan aktifitas ini seakan mudah dan sudah sering kulakukan sekian lama.

Pintu kereta yang baru datang terbuka, bersamaan dengan kulihat seorang anak laki-laki berseragam persis seperti yang ku kenakan. Sama denganku dia pun mulai memasuki pintu kereta. Ku cium bau wangi khas dari tubuhnya. Ku harap aku bisa menyapanya lewat senyum gigi kawatku yang kutujukan padanya.
"Hai, selamat pagi ..." ku ucapkan salam yang selama beberapa menit lalu ragu keluar dari bibirku.
Tapi dia tidak menjawab, apakah dia tidak mendengarku. Aku sedikit menyesal mengatakan itu, harusnya aku diam saja tadi dari pada malu. ahh.. aku baru sadar, ternyata ada headset yang menggantung dan terpasang di telinganya.
Aku terdiam lagi menatap jendela untuk kesekian kalinya. Wangi tubuhnya semakin membiusku hingga aku tak sadar sudah tiba di dua stasiun terakhir sebelum stasiun tempat aku turun. Semakin banyak orang yang naik ke gerbong yang sebenarnya sudah cukup sesak daritadi. Semakin sesak aku dihimpit orang-orang yang tidak mau rencana bangun paginya sia-sia. Aku melirik ke kanan dimana laki-laki itu berdiri tadi, tapi mataku tidak bisa menjangkaunya. Tubuh dengan tinggi 155 centimeter ini membuatku susah melihat sekeliling apalagi di tutupi semua orang yang sepertinya tidak tahu ada gadis pendek yang berusaha untuk melewati mereka untuk mencoba ke arah pintu keluar agar tidak terlewat dari stasiun berikutnya.

Kupastikan langkahku menuju arah pintu, aku tidak mau hari pertamaku di sekolah baru menjadi kacau karena aku terlambat.
"Sedikit lagi, sedikit lagi.. fiuuhhh akhirnya". Yang tanpa sadar aku mengucapkannya mungkin orang segerbong dengar.
Rasanya semua orang memandangku tak terkecuali laki-laki tadi yang bertubuh jangkung dan kuakui wajahnya pun mendukung dia untuk bisa menjadi seorang idol korea idaman.
"Apa kau tidak bisa tenang ? Suaramu sangat menganggu." kata laki-laki itu yang terlihat sedikit arogan.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya itu tak pernah ki dengar dari seorang pria manapun. Hingga aku sadar oh mungkin semua ini karena penampilanku.

-created next-
-thanks for reading-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something Your Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang