11 Sebelum Badai

4.7K 356 6
                                    

Bintang tau cepat atau lambat mereka akan pindah, hanya saja dia tidak menyangka akan secepat ini. Rena begitu semangat untuk pindah, terbukti sekarang dia sudah berada di rumah Bintang bahkan saat Bintang masih sibuk kerja di rumah sakit dan Oma masih sibuk mengurus hal yang lain nya. Rena hanya di temani oleh kedua sahabat nya Dinda dan Sefa.

Syukur nya Oma sudah terlebih dahulu menelpon Bintang bahwa Rena sudah pindah dengan sendiri nya, jadi dia tidak perlu lagi drama keterkejutan saat melihat tiga orang gadis mengacak-ngacak rumah nya dengan senag hati.

Plutak-pletuk.pletek...

Bunyi perabotan yang pindahkan bersahut-sahutan dari dalam kamar yang berada di lantai bawah dekat dapur.

Bintang menggaruk-garuk rambut kepala nya yang tidak gatal, memangangi renovasi besar-besaran yang di lakukan ketiga gadis itu pada kamar pembantu.

"Ehh.. kakak ganteng, udah datang" Sefa terlebih dahulu menyadari kehadiran bIntang dan langsung melepas kursi yang di angkat nya untuk memasang gaya anggun.

Tapi sayang nya kursi itu menjatuhi kaki Dinda, membuat Dinda meringis menahan sakit. Masih jaim untuk tidak teriak seperti singa "Njir, kaki gue"

"Eh, lo udah datang, Oma pasti nelpon lo kan?" Tebak Rena sambil masih sibuk mengatur tata letak perabotan calon kamar nya "Padahal gue gak berniat ganggu kerjaan lo. Jadi lo bisa kembali ke rumah sakit gak usah khawatirin gue, adan mereka kok yang bantuin" Lanjut nya acuh tidak peduli dengan perdebatan sengit dalam tatapan mata kedua sahabat nya.

Bintang mengedikkan bahu "Aku juga tidak berniat untuk khawatir, andai kamu tidak selincah itu menkudeta kamar pembantu" Jawab Bintang membuat Rena mendelik kearah nya.

"Kamar pembantu? Jadi ini kamar ART??" Tanya Rena penuh sesal padahal sudah menghabiskan 2 jam untuk mendekor ulang kamar ini yang ternyata bukan kamar nya.

"Kamar pembantu seluas ini?" Desis Dinda ikutan lesuh dengan usaha nya yang sia-sia nya

"Ren, kalau gitu gue ajah yang jadi ART kalian, Kan lumayan bisa cuci mata setiap hari" Tawar Sefa dengan niat bisa bertemu dengan Bintang setiap hari.

"Otak lo kapan beres nya sih Sef, Bintang itu suami nya Rena, lo mau jadi pelakor nya?" Dinda sewot sendiri di balas cengigiran dari Sefa

"Jadi Kamar gue di mana?" Tanya Rena tidak memperdulikan intermezo dari kedua teman nya

Bintang menunjuk ke atas "Lantai dua"

"Gue gak suka kamar di lantai dua, lo sendiri kan tau kalau gue udah mabuk jangan kan cari kamar, cari pintu ajah susah" Tandas Rena

"Betul" celetuk Sefa membenarkan

"Ya sudah, kalau begitu kamu tidur di sini, mba Minah tidur di kamar atas" Bintang tidak memaksa dalam memberi pilihan, dia santai kok orang nya.

Rena menggerutu, sungguh dia kesal apa lagi saat Bintang samasekali tidak memaksa nya untuk pindah ke lantai atas. Harus nya di paksa sedikit Rena pasti mau kok, gak masalah jika harus kesulitan naik di lantai atas saat mabuk, toh dia tidak sadar saat itu terjadi.

"Ya udah, kamar nya yang mana" Demi menjaga harga dirinya yang setingkat dewa, Rena memaksa dirinya sendiri untuk seolah-olah terpaksa pindah kamar di lantai atas.

Sepertinya Rena tidak perlu menyesal telah memaksa dirinya sendiri untuk pindah ke lantai atas. Karena Bintang telah mempersiapkan kamar untuk nya, kamar yang dekorasi nya sangat mirip dengan kamar sebelumnya yang ada di rumah oma Ratna. Kamar dengan dekorasi serbah putih-putih yang menyejukkan mata dan hati saat melihat nya.

"Waah.. hampir aja lo nyesal tujuh turunan Ren, masa iya ART mau tidur di kamar sebagus ini. Mana mirip banget lagi dengan kamar lo yang sebelum nya" Dinda jadi heboh.

JELAGA HATI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang