Bunga

39 13 7
                                    

"Itu dia." Jari telunjuk Michael menunjuk ke arah taman sekolah. Seolah ada jawaban emas yang sudah nampak disana. Entah apa yang ada dipikiran Michael sekarang. Menunjuk taman sekolah sebagai jawabannya, mustahil. Klara, Manda dan Nino memutar otak untuk menemukan jawaban yang dimaksud Michael.

"Mic, maksudnya apa? Taman sekolah. Waras aja kan lu." Nino memastikan.

"Iyalah! Gue waras. Masih belum ngerti juga, ya." Michael bertanya.

Klara, Manda, dan Nino menggeleng bersamaan.

"Ya ampun. Masih belum connect. Pak penjaga sekolah yang aku maksud." Michael menghela nafas.

"Ngomong coba dari tadi. Bikin penasaran aja ah lu, Mic. Udah jadi, nanti pulang sekolah kita langsung nemuin pak Yumiko gitu. Tapi buat apa, Mic." Dengan nada penasaran Klara menanyakannya.

"Pak Yumiko kan keturunan orang china, ndul. Masa iya gak tau bahasa negaranya sendiri." Michael menjawab dengan lirihnya.

Klara terkekeh. Tiba-tiba Klara kembali menatap kosong ke arah taman. Klara melihat lelaki yang tidak asing baginya menemui pak Yumiko. Dengan wajah yang kesal pak Yumiko tak ingin bertemu dengan lelaki itu. Tetapi, apa yang terjadi? Diluar dugaan. Lelaki itu menerobos kedalam pintu rumah.

"Ra, aduh nih anak kumat lagi. Ra, sadar woi." Klara terhenyak.

"Ah, maaf ya maaf. Sebaiknya nanti kita jangan kerumah pak Yumiko, deh. Soalnya gue takut." Klara berbohong.

"Ra, nggak bisa. Kita harus jalankan misi. Mau sampai kapan kita di teror, dipermainkan seperti ini. Lu mau dikerjain terus sama roh yang nggak jelas asal usulnya gitu." Nino sedikit kesal.

"Iya, Ra. Gue capek meskipun baru begini. Tapi kalau kita tiba-tiba diajak ke alamnya buat nemenin dia kan serem." Manda menegaskan ucapan Nino.

"Sudah sudah. Intinya kita bakalan tetap kerumah pak Yumiko. Emang lu liat apaan, Ra."

"Kalian pasti kaget. Gue gak berani cerita." Dengan nada gemetar Klara menjawab.

Michael bertanya, "Ra, kenapa lagi sih? Lu liat apa? Kasih tau dong ke kita."

"Kalian pasti bakalan tau sendiri, kok."

***
Jam sudah menunjukkan waktu untuk pulang sekolah. Empat sekawan itu segera bertemu di bawah tangga sekolah. Mereka akan menuju rumah pak Yumiko bersama-sama. Klara menyeret kaki dengan malas. Menutup mata dengan eratnya. Klara berusaha melupakan kejadian yang Ia lihat tadi saat berada didepan kelas.

"Ra, lu masih mikirin yang tadi. Udah deh lupain aja. Nanti kalau itu terjadi ya mungkin kita sama-sama tidurnya." Nino terkekeh.

"Gue seriusan, Nin. Apa yang gue lihat tadi beneran terjadi. Ntar kalau ketemu roh gaib itu sayap putih mengerikan muncul lagi di belakang bahu gue, gue takut." Klara benar-benar berhenti melangkah.

"Kita sudah sampai disamping rumah pak Yumiko. Bentar lagi didepan pintu rumahnya, nih." Celetuk Michael.

Klara semakin takut. Keringat dingin mulai mengucuri tubuhnya. Telapak tangannya mulai dingin. Halusinasinya mulai muncul. Ia merasakan tanda di alisnya mulai menyala. Merah terang, mengilap dan.
Muncullah lelaki berjubah yang pernah ditemui Klara dan Manda. Ada apa ini? Seperti nyata. Klara tak berani melihat ini lagi. Tapi Klara harus kuat. Ia mulai jauh memikirkan orang tuanya. Apakah ini karena orang tua mereka keturunan China. Atau karena orang tuanya pernah menyakiti seseorang. Klara tidak menemukan jawabannya. Ia terpaku, diam, lemas, dan tidak bisa fokus.

"Tok, tok, tok." Pintu tua itu diketuk oleh Michael.

"Iya, sebentar." Pak Yumiko menyahut dari dalam bilik rumah.

"Baik, Pak." Michael membalas.

Seketika itu juga. Pintu rumah pak Yumiko terbuka. "Ada perlu apa ya, Nak kalian kemari?" Ucap pak Yumiko penasaran.

"Mohon maaf, Pak. Kami mengganggu. Kedatangan kami kesini untuk menanyakan arti dari tulisan ini." Sembari Michael meminta isi tulisan itu.

Manda dengan sigap memberikan kertas berisikan tulisan aneh itu. Michael segera menariknya dari tangan Manda, memberikan kertas tebal itu kepada pak Yumiko.

"Ini, Pak. Mungkin Bapak mengerti tulisan ini." Ucap Michael.

Pak Yumiko membuka kertas itu. Menghayati satu persatu kata dari tulisan itu. Mungkin untuk mengingat-ingat beberapa huruf yang pernah diucapkannya pada saat Ia masih berada di China.

Jari telunjuk pak Yumiko menyapu halus tulisan itu. Seketika itu juga, jari pak Yumiko mengeluarkan darah kental. Menetes perlahan, dan pak Yumiko menatap tajam mata Klara. Klara terhenyak. Mengalihkan pandangan tak berani menatap mata pak Yumiko.

"Pergilah! Saya tidak mengerti tulisan ini. Tidak ada gunanya kertas dan isi tulisan ini." Dengan kasarnya pak Yumiko membuang kertas itu ke lantai depan rumahnya.

" Tapi kenapa, Pak? Kami hanya ingin mengetahui isi tulisan itu." Ucap Nino dengan kerasnya.

"Sudah. Pergilah dari rumahku! Aku sudah tidak ingat bahasa itu lagi."

Pak Yumiko membanting pintu rumah. Membiarkan mereka berada di teras rumahnya. Betapa emosinya pak Yumiko. Tetapi amarah itu tidak kunjung padam. Kejadian yang dilihat oleh Klara sebelum Ia menuju rumah pak Yumiko sekarang benar-benar terjadi. Sayap dan tanda yang ada di pelipis Klara mulai bereaksi. Michael, Manda, dan Nino tercengang. Mereka semua kaget melihat Klara menjadi seperti itu.

Sesaat setelah kejadian ini. Lelaki berjubah hitam legam itu muncul dari balik taman. Berjalan lamban menuju rumah pak Yumiko dan berhenti untuk menghampiri Klara. Menepuk bahu Klara dan pergi menuju pintu rumah pak Yumiko. Hanya sejengkal jarak lelaki itu dengan pintu . Mustahil! Lelaki itu benar-benar menerobos pintu rumah pak Yumiko. Michael, Nino, dan Manda sungguh sangat tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Klara hanya bisa menutup mata dengan pasrah karena hal yang tidak ingin dilihatnya sudah terjadi.

Untunglah saat kejadian ini terjadi semua siswa dan guru sudah kembali ke bangunan masing-masing. Dan yang tersisa di sekolah hanyalah Nino, Michael, Manda, Klara dan pak Yumiko. Juga lelaki aneh itu.

Michael menatap Klara. Kemudian bergegas menuju ke arah Klara.

"Aku gak percaya sama ini semua, Ra."

ImlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang