Hari Sabtu.
Hari yang notabenenya adalah satu dari dua hari yang dipuja-puja oleh sebagian dari manusia waras—tunggu, kalau nggak waras, apa sih namanya?—di penjuru benua yang dicintainya. Hari dimana kerjaan sudah dibebaskan, sudah siap-siap nyamperin rumah temen buat merusak 'harta karun'nya—sudah jelas, sebuah ketenangan abadi. Namun, itu semua sepertinya nggak bakalan berefek pada Lucy.
Oppai ada, rambutnya aduhai kilaunya, matanya oke. Badannya juga ambooooi, cowok mana sih yang nggak kesengsem?!
Tunggu, kok ngomongin itunya Lucy—iya, itunya. Cowok pasti paham, dong!
Oke, Lucy rupanya sudah goler segoler-golernya di atas lantai rumahnya. Hari itu teriiiiknya luar biasa, katanya sih mencapai 45 derajat celcius. 45 derajat sudah mantap pisan untuk memanggang kulit, apalagi diatasnya—oh Tuhan, jangan katakan itu! Jangan! Nanti kasihan bodi cantik Lucy nih!
"Panaasss..." Lalu tangannya menyelinap ke bawah karpetnya. Pas ditariknya, ada dompet nyangkut di genggamannya. Terus ketika diinspeksi, betapa gundahnya Lucy. Isi dompetnya ibarat cangkang tiada isi—kosong! Dahsyatnya, bahkan kartu-kartu kredit atau debut atau apalah, ikut-ikutan ngumpet entah dimana. Hilang di antah berantah rumah Lucy. Duhai merananya anak yang satu ini.
Dompetnya pun terjatuh melankolis dari tangannya, seperti sinetron tiada akhir. Muka gadis manis ini juga sudah sekering Sahara; bayangkan ia yang harus mendekam di rumahnya. Bonus matahari yang teganya mengompori para penduduk budiman untuk bertahan melawannya.
"SESEORANG, BEBASKAN GUE DI SINIIIIIIIIII—."
Oh, terdengar juga jeritan merdu Lucy. Kasihannya...
[oWo]
Akhirnya, Lucy memutuskan untuk menjahili Natsu—si kekasihnya. Ya, Lucy benar-benar memiliki belahan hatinya; yakni Natsu. Hah? Gimana bisa dia yang waras begituan malah jadian dengan si blangsak tukang rusuh? Duileh, terdengar deh, suara retakan hati para adam. Lalu ia pergi keluar dari kamarnya, menuju kamar adiknya, Michelle—oke sip, saya nggak punya imajinasi apapun untuk Michelle; saya hanyalah anak ayam yang berkotek nggak karuan—untuk meminjam HP milik Michelle yang tergeletak di kasur.
'Siiiiiiiip.'
Lucy menyengir licik. Oh ayolah, kapan lagi bisa melihat Lucy yang tumben-tumbennya pakai otak fulus? Sekrupnya barangkali dilepas secara iseng—kali saja.
Celingak ke kanan, negatif. Ke kiri, negatif. Ke belakang, negatif. Ke depan, positif—eh, di situ kan ada HP-nya yang menjerit minta dibawa kabur antah berantah oleh si empunya.
"Dek, gue pinjem HP lo ya... Iya, ya..." Makin jadi deh, virus di otak warasnya Lucy. Eh tunggu, kepada siapa dia ngomong?!
HP langsung disambar. Langsung saja mengecek isi pulsanya.
[ Operator: Pulsa UTAMA Rp. 30.000. Aktif 02/05/2016, Tenggang 03/05/2016 (anjir sisa 1 hari kampret). Kirim 2 SMS maka Anda akan mendapatkan bonus 1 SMS gratis. ]
Asli, jaman gini kok suka kepepet masa aktifnya? Apalagi 30 rebu... Kurang itu mah—ups, aib, aib...
"Baguuuuss. Abisin aja sekalian deh~"
Oke, Mira mana nih, Miraaaaaaa...! Ini anakmu Lucy sudah konslet! Eng, Michelle juga aaah!
.
.
[ Hai. ]
Natsu Dragneel hanya bisa mematung nggak karuan melihat isi SMS milik orang asing; Natsu bahkan nggak punya nama kontak nomor ini. Sebenarnya sih, Natsu bahkan udah malas duluan untuk mencatat pemilik nomor ini—ah sudahlah...
KAMU SEDANG MEMBACA
SMS: Jangan Main-Main Denganku!
Short Story"SMS: Jangan Main-Main Denganku!" Rated: SU (iyalah, semua umur. Eng, remaja, kali.) Disclaimer: Fairy Tail © Hiro Mashima, klo ada kesamaan mungkin gk di sengaja? Mungkin... Warning : Jelek, gaje, 80% isinya SMS doing, abal", bau, ancur, asal"an...