Bab 7

6 0 0
                                    

Daniel

3 jam sudah berlalu sejak Samantha memintaku untuk tinggal di rumahnya sampai ibunya pulang. Jika bukan karena kejadian kemaren aku akan berkata bahwa Samantha adalah gadis penakut. Namun aku paham bahwa mungkin Ia memiliki sedikit trauma tentang penembakan yang terjadi.

Selain itu juga karena aku telah dipasrahi keamanan gadis ini, maka aku akan menjaganya. Karna bagiku Ia bukan hanya bagian dari misi, namun Ia juga temanku, dan Ia percaya padaku.

"Hey, apa kau mau teh hangat? Atau minum hangat?" tanya Samantha yang berdiri di dapur yang terletak di belakang ruang tv

"Ha? Oh, tidak usah trimakasih" jawabku

"Okay" balasnya sebelum berjalan ke sofa yang kududuki dengan segelas teh hangat.

"Ada alasan mengapa kau sangat menyukai teh?" tanyaku

"Kau tahu bahwa aku suka semua hal soal negara Inggris, dan itu alasannya" jawabnya

"Jadi kau minum teh agar merasa seperti orang sana?" tanyaku

"Bisa dikatakan begitu" jawabnya setelah menyesap cangkir yang dibawanya.

"Oh, kau tahu beberapa bulan lalu saat itu jam 1 pagi, dan aku belum tidur" ucapnya yang kupotong,

"Mengapa kau belum tidur?"

"Aku sedang menonton film" ucapnya.

"Sampai mana aku tadi, oh, nah saat itu hujan, demi mendapat night goals, aku berjalan ke dapur dan membuat teh hangat. Berhubung ibu sudah tidur, lampu dapur sudah mati, dan tanpa sadar, saat itu aku menabrak kursi, hingga ibuku bangun" ucapnya dengan tawa

Aku pun tertawa. Bagaimana gadis ini sangat lah polos dan natural. Bila aku menjadi dirinya aku akan menyalakan lampu dulu sebelum membuat teh hangat. Tapi jika seperti itu bukan Samantha Paulette namanya.

"Kau tidak terpikir untuk menyalakan lampu?" tanyaku

"Aku pun tak tahu mengapa aku tidak menyalakan lampu, bisa saja aku memasukkan garam alih-alih gula" jawabnya sebelum tertawa lagi dan yang bisa kulakukan hanyalah tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala.

"Dan, aku akan mandi setelah ini, buat dirimu nyaman" ucapnya sebelum pergi.

"Ya" jawabku singkat.

Waktu telah berlalu 30 menit. Samantha belum juga keluar, ku yakinkan diriku sendiri bahwa Ia baik-baik saja. Bagaimanapun ini rumahnya, dimana Ia merasa aman. Jadi mengapa aku merasa khawatir? Iya kan?.

15 menit kemudian

Aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan seperti ini. Ingin rasanya aku melangkah kedepan kamar mandinya dan bertanya keadaannya. Namun aku tidak dapat melakukan itu, jadi kupaksa diriku untuk percaya padanya.

"Hey, apa aku mandi terlalu lama?" ucapnya setelah 1 jam berlalu sejak Ia pergi kekamarnya.

"Jika 60 menit bagimu tidak lama, maka tidak" jawabku setelah Samantha berjalan menuruni tangga.

"Okay, bagiku itu cukup lama" ucapnya

"Bagus, karna jika kau tidak keluar setelah satu jam bisa saja aku sudah berdiri di depan kamar mandimu" balasku dengan nada serius

"Oh ayolah, lagi pula hal yang paling buruk yang dapat terjadi adalah, aku terpeleset atau melupakan handukku di luar" ucap Samantha

"Baiklah, kau menang" balasku.

Menit-menit kemudian ruangan menjadi sunyi, kami berdua hanya terduduk dan meonton film. Sesuai pilihan Samantha, film ini berjudul The Hunger Games. Bisa kukatakan bahwa Samantha telah menonton ini setidaknya 8 kali, hingga Ia ingat betul kalimat yang dikatakan setiap karakter, kebanyakan karakter Peeta dan Effie.

Keheningan itu terus berlanjut hingga ponselku berbunyi. Ringtone "You don't own me" membuatku tahu bahwa Mr.Smith lah yang menelpon.'Celaka' pikirku, bagaimana bisa aku menerima telpon ini bila ada Samantha. 'Sialan', umpatku dalam hati.

"Sam, aku keluar sebentar, Garvey menelpon" dustaku

"Okay, aku akan disini" ucapnya. Perlahan ku meninggalkan ruang tv dan keluar lewat pintu belakang.

"Malam Mr.Smith" ucapku begitu berjarak 5m dari rumahnya.

"Malam, Dayton, apa ada kabar terbaru dari Williams?" tanyanya

"Aku belum menemukan kabar apapun, dan apa Agent Paulette di sana? Karna trauma kecil yang dimiliki Samantha membuatku menemaninya sepanjang hari, aku tidak keberatan, tentu, tapi tetap saja" jawabku

"Ia masih mencari data tentang Williams" balasnya singkat

"Jadi, aku akan bekerja bersamanya?" tanyaku

"Ya, karna target mereka adalah Samantha, maka lebih baik kalian bekerja berdua" jawabnya

"Tetapi, bukankah labih baik jika Ia tidak menangani kasus ini?, bagaimanapun target mereka adalah putrinya sendiri" ucapku

"Aku setuju, Dayton, tetapi Direktur yang menyuruhnya bekerja denganmu pada kasus ini karena Ia telah menangi Williams senior beberapa tahun lalu" balasnya

"Baiklah, aku akan kembali, malam Mr.Smith" balasku

"Malam, Dayton" ucapnya sebelum menutup telepon.

"Kau baik?" tanya Samantha begitu aku kembali ke ruang tv

"Ya, Ia hanya bertanya kabar, semenjak kejadian bomb kemaren" jawabku

"Oh" balasnya.

"Apa kau mau memilih film lain?" tanyanya setelah film Hunger Game selesai

"Nah, kau yang pilih" ucapku

"Baiklah" balasnya gembira.

Ia memilih film Terminator Genysis.

"Kyle Reese, Ia sangatlah berani, awalnya aku tak habis pikir mengapa Ia mau mengajukan diri untuk misi itu" ucapnya begitu mereka menemukan mesin waktu.

"Berapa kali kau menonton ini?" tanyaku

"Ini kali ke 4" jawabnya dengan tidak berpaling sedetikpun dan aku tertawa

"What? Aku menyukai tokoh Sarah Connor disini, Emilia Clarke benar-benar berbakat" balasnya masih dengan mata tertuju ke layar.

****

"Jadi, mengapa kau menyukai film ini? Selain fakta bahwa kau menyukai Emilia Clarke" tanyaku begitu filmnya usai

"Karena cara Kyle dan Sarah bekerja sama melindungi dunia mereka dari Skynet" jawabnya

"Apa yang kau suka dari Kyle Reese?" tanyaku

"Pengorbanan yang Ia berikan" jawabnya

"Ia mengorbankan segalanya agar Sarah selamat, bahkan nyawanya" sambungnya

"Namun, Sarah tidak menyetujuinya, karena Ia tidak ingin kehilangan Kyle. Maka Ia belajar dari masa depan yang pernah dilalui, yaitu untuk tidak mencintai Kyle" ucapnya lagi.

"Aku masih tidak paham" ucapku

"Sarah tidak mau mencintai dan dicintai oleh Kyle, karena, pada akhirnya Kyle akan mati melindunginya. Dan Sarah tidak ingin hidup tanpa Kyle" jelasnya

"Aku setuju dengan Sarah,karna bagiku lebih baik hidup berdampingan,dan tidak bersama, jika keberadaan mu dengannya hanya akan membuatnya kehilangan nyawa" jelasnya.

Saat itu juga kutatap matanya, dan berkata,

"Bila saat ini, aku menjadi Kyle Reese dan kau menjadi Sarah Connor, apa yang akan kau lakukan?"

"Yang jelas aku tidak akan membiarkanmu melindungiku, karna bagiku dengan begitu mereka akan dengan mudah menggunakanmu sebagai alat untuk mendapatkanku. Lebih baik kita bekerja sama dan saling melindungi" jawabnya

Bila Ia tahu mengenai liontin yang terikat pada kalungnya itu, Ia akan tahu bahwa saat ini Ialah Sarah Connor. Dan aku telah di utus oleh ibunya sendiri untuk melindunginya. 

The Infinity NecklaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang