Perfect

234 25 11
                                    

"Apakah untuk mencintaimu memerlukan alasan? Aku mencintaimu dan itu sudah cukup sebagai alasan".

"Ta-tapi sunbae-".

"Karena bagiku kau sempurna dan akan selalu sempurna".

"Lalu bagaimana bila kesempurnaan itu tak selamanya? Bila pada akhirnya semua itu hanya sebuah kata-kata kosong".

*****

Gadis itu menatap sendu pemandangan didepannya, didalam sebuah kafe yang menampakkan sepasang namja dan yeoja yang tengah bermesraan. Seorang namja yang sangat dikenalinya sebagai kekasihnya itu bahkan sedang mencium yeoja yang duduk didepannya dan menatapnya mesra.

"Myungeun-ah! Kau sudah menunggu lama?". Sujeong, sahabatnya menghampirinya. Membuatnya mengalihkan wajahnya dari pemandangan yang menyakitkan itu.

"Ah, kau sudah datang? Kajja aku kedinginan". Myungeun tersenyum kecut sebelum menarik sahabatnya menjauh dari taman tempat mereka berdiri.

'masihkah aku sempurna seperti dulu oppa? Jika kau bahkan mengkhianatiku'

*****

"Oppa kau kenal yeoja itu? Sepertinya dari tadi ia memperhatikan kita". Jung Yerim menatap seseorang yang tadi memperhatikan mereka dari luar sana.

"Yang mana?". Wonwo menoleh, menatap seorang yeoja yang membelakanginya.

'Myungeun? Apa dia melihatku tadi?'. Wonwoo tiba-tiba bangun dan beranjak dari kursinya meninggalkan Yerim sendirian dikafe. Disusurinya tempat dimana gadisnya tadi berada, namun nihil. Tak gadis bermarga Park yang tadi dilihatnya, tak ada Park Myungeun disekitar kafe dan taman itu. Diacak-acaknya surai rambutnya, apa yang harus ia katakan dan jelaskan pada gadisnya itu jika gadisnya melihat ia dan Jung Yerim bermesraan dikafe.

Drrrt... diambilnya ponselnya yang bergetar, sebuah pesan yang cukup singkat. Sangat singkat hingga membuat Wonwoo tak percaya.

~Oppa bagaimana jika kita berakhir seperti ini?~

"Sial!". Wonwoo menggeram kesal, kembali mengacak surainya dan bergegas kembali kedalam kafe. Ia lupa bahwa ia meninggalkan Yerim disana sendiri.

"Oppa gwenchana?". Tanya Yerim begitu melihat Wonwoo yang kembali dengan wajah keruh.

"Eoh Kajja kuantar kau pulang". Wonwoo tersenyum pada Yerim. Ia harus bergegas mengantar yerim pulang dan mencari Myungeun, gadisnya itu pasti tak baik-baik saja.

*****

Myungeun tersenyum hambar menatap kumpulan burung yang sedang asik bermain didepannya, seolah tak peduli pada gadis bermarga Park yang tengah sedih itu. Seandainya ia bisa terbang bebas seperti burung-burung itu ia akan pergi jauh dari sosok namja bermarga jeon yang tadi menyakitinya, Jeon Wonwoo-nya itu mungkin tak sengaja tapi pemandangan itu sungguh menyakiti Myungeun.

"Tapi, bahkan jika aku memiliki sayap belum tentu aku sanggup meninggalkanmu sunbae- bagaimana bisa bahkan ketika kau benar-benar melukaiku". Diusapnya kasar air mata yang hampir terjatuh itu.

Drrt...

Drrt...

Ponselnya berbunyi, menampakkan sebuah pesan dari sahabatnya yang tanpa sengaja menyelamatkannya dari pemandangan tadi. Diraihnya ponselnya itu, sebuah pesan yang mungkin penuh kebingungan, tapi Myungeun hanya tersenyum tipis.

~Myungeun-ah gwenchana? Kau yakin akan benar-benar mengambil beasiswa itu dan pergi dari korea? Bahkan ini bukan seperti dirimu Myungeun-ah.~

Myungeun, gadis itu mendesah sambil menatap langit yang penuh warna jingga. Gadis itu tau Sujeong sahabatnya itu mungkin benar-benar bingung dan kecewa akan keputusannya, tapi ia hanya ingin memberi jeda pada semua hal yang telah ia lalui bersama Wonwoo. Ia hanya ingin memberi ruang dan waktu bagi namja itu untuk mengetahui perasaan yang sebenarnya dimiliki namjanya itu.

JINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang