Bab 8

4 0 0
                                    

Daniel

Terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Berhubung sekarang pukul 7.40 itu pasti Agent Paulette. Tepat seperti dugaanku, Ia melangkah masuk lewat pintu depan, dan berjalan menuju ruang tv.

"Daniel" ucapnya

"Hey, Mrs.Paulette" balasku canggung

"Maaf bu, aku memintanya untuk tinggal di sini selama ibu di kantor hari ini" ucap Samantha buru-buru

"Kau lebih baik pulang Daniel, sudah larut" balas Agent Paulette

"Yup, bye Sam, permisi Mrs.Paulette" ucapku sebelum melangkah keluar rumah Samantha.

Apartemenku berjarak 6 km, tak mungkin aku berjalan kaki, maka kuputuskan untuk menelpon taksi.

*****

30 menit berlalu dari aku tiba di apartemen. Sekarang pukul 8.45 dan aku masih terbaring di atas kasur. Berpikir cara yang tepat untuk memberitahu Samantha soal liontin yang dipakainya.

Untuk menjernihkan pikiran, kuputuskan untuk mandi sebelum mencari data soal Williams dan liontin sialan itu. Namun setelah mandipun, aku tetap tak bisa mengalihkan pikiran dari perkataannya tadi.

"Lebih baik kita bekerja sama dan saling melindungi"

Sangat ingin rasanya aku memberitahu soal liontin itu. Mengajarinya untuk berkelahi, dan menggunakan senjata. Berlatih bersamanya dan melindungi satu sama lain. Namun aku tak akan sanggup memaafkan diriku bila Ia sampai terluka.

****

"Ada yang bisa di bantu?" tanyaku dengan siapapun yang ada di balik ponsel

"Ya, kau bisa membawakannya untukku" ucapnya

"Membawakan?" tanyaku lagi

"Kau tahu yang kumaksud, Dayton" balasnya

"Williams" ucapku

"Bagus kalau kau tahu. Nah, kau bisa membawakan liontin itu untukku"

"Tak akan pernah, Williams" balasku.

"Baiklah itu pilihanmu" ucapnya sebelum ke dengar jeritan yang disusul oleh tangisan seorang gadis

"Sam?" tanyaku

"Daniel, tolonglah" ucapnya dengan nada memohon

****

"Oh, Tuhan" ucapku seraya duduk di pinggir kasur dengan tangan menyangga kepalaku.

"Aku harus memberitahu Paulette" ucapku sebelum berdiri.

'Syukurlah, itu hanya mimpi' pikirku. Lalu ponselku berdering.

"Daniel?" ucap Agent Paulette.

"Hai, astaga, aku harus bertemu dengan mu, kantormu, pukul 10" balasku

"Okay" ucapnya, dan aku menutup panggilan.

Sekarang pukul 9.15 dan aku masih terduduk di kasurku. 5 menit lagi motorku akan sampai di depan apartemen. Untuk mengisi waktu luang maka, aku masukkan beberapa kaos, hoodie dan laptop, hardisk, kabel charger kedalam tas punggung dan beberapa dokumen penting kumasukkan dalam kotak tahan api pemberian Logan. Pistol dan belati adalah 2 barang yang kuselipkan di dalam bajuku. Pistol di punggung, dan belati di dalam sepatu boot.

Begitu aku selesai dengan tas dan barang-barang penting yang kubawa, aku bergegas mandi. Setelah itu aku berganti dengan kaos merah tua dan jaket hitam, serta celana jeans hitam.

Semua persiapan selesai, dan aku menuju kantor polisi dengan motor. 20 menit kemudian aku sampai di loby kantor polisi. Kuberjalan ke atas dan menunggu di depan ruangan milik Agent Paulette.

"Ada apa Dayton?" tanyanya begitu mempersilahkan aku masuk dan duduk

"Semalam aku bermimpi, Williams menelponku dan meminta liontin itu, namun setelah kujawab, bahwa aku tak akan menyerahkannya, kudengar suara Samantha, dan Ia memohon untuk ku menyerahkan liontin itu" ucapku

"Well, itu hanya mimpi kan" balasnya tenang

"Tapi dia John Williams, for god's sake" ucapku

"Jadi kau sudah melakukan pencarian tentang sialan itu?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan singkat.

"Aku berencana memberitahunya" ucapku

"Kau tak bisa lakukan itu" balasnya terkejut

"Bagaimana jika yang kumimpikan benar-benar terjadi? Bagaimana jika John berhasil mendapatkannya?" ucapku

"Bila kau memberi taunya, dia akan marah pada kita berdua, dan kita tak akan dapat melindunginya" balasnya

"Tapi dia berhak untuk tahu apa bahaya yang mengejarnya, Ia berhak untuk tau pekerjaan asli kita berdua! Ia bukan anak kecil lagi Paulette" ucapku

"Lagipula, Samantha itu cerdas, Ia akan berhati-hati bila Ia tahu apa yang di lawannya" sambungku.

"Memang, tapi Ia hanya seorang gadis Daniel!" balasnya

"Maka dari itu, Ijinkan aku untuk memberi tahunya dan aku akan mengajarinya bagaimana berkelahi dan menggunakan senjata api" bujukku

"Ijinkan aku untuk menepati janjimu dengan caraku. Bila Ia tidak tahu untuk apa Ia harus berhati-hati Ia akan melontarkan begitu banyak pertanyaan padaku" sambungku

"Bila Ia tahu, Ia akan mengunci diri di kamar dan tak pernah keluar" balasnya

"Itu pernah terjadi?" tanyaku

"Ya, 2 tahun lalu, saat aku memarahinya karna Ia baru pulang pukul 9 malam" jawabnya

"Itu memang terlalu malam, namun apa kau tahu alasannya?" balasku

"Ya, Ia ijin padaku Ia pergi ke menonton film, dan ternyata Ia menonton konser, dengan teman-temannya" ucapnya

"Ow, baiklah" balasku.

Agent Paulette berjalan ke salah satu lemari di ruangannya dan mengambil 1 map bertuliskan 'Williams'. Sesuai tebakanku, map itu berisi semua data dari kasus beberapa tahun lalu.

"Jadi, seperti yang kau tahu, kami menyimpan semua barang-barang milik Williams yang disita oleh pihak kepolisian. Barang tersebut adalah, senjata, buku, hampir semua yang ada di rumah mereka yang berkaitan dengan Williams" ucap Agent Paulette.

"Okay, dan kalian menempatkannya di gudang. Kunci tersebut ada di dalam box, yang kusimpan. Dan box itu dikunci dengan liontin yang tergantung di leher Samantha" balasku

"Ya, kami curiga, bahwa Williams masih mungkin masih menyimpan narkoba di suatu tempat" ucapnya

"Lalu mengapa John mengincar kalung milik Samantha?" tanyaku

"Itu yang perlu kami cari. Masalahnya adalah, Williams tidak seperti yang kau pikirkan" ucapnya sebelum kupotong

"Bukankah, itu jelas?"

"Biar aku selesaikan" ucapnya tegas yang membuatku diam

"Ia terobsesi dengan buku, dan asal kau tahu, saat Ia mengirim pesan kemari, kata-kata dalam pesan itu di susun dari potongan buku" ucapnya lagi

"Okay, well, yang jelas John tahu bahwa hal yang sangatlah penting ada di gudang itu" balasku

"Jadi, kenapa kita tidak memberitahu Samantha sekarang?" tanyaku

"Karna jika Iya, aku akan membunuh mu ditempat" ancamnya

"Dan dengan membunuhku bukan berarti Samantha aman, BENAR-BENAR AMAN." Balasku

"Tidak kah cukup bagimu menempatkan hidupnya dalam bahaya?" ucapku.

Kekecewaan tersirat dalam sinar matanya. Untuk pertama kalinya, aku melihat seorang agen lapangan berdiri membeku.

Maka, aku ambil tasku dan beranjak keluar dari ruangan, berjalan menuju parkiran.

"Dayton!" panggilnya, namun aku tetap berjalan dan mengendarai motorku ke rumahnya.

15 menit kemudian, aku sampai didepan rumahnya. Rumah itu terlihat sepi, namun aku tahu bahwa Samantha ada di dalam. Setidaknya Ia ada di kamar tidur menonton film, atau sekedar membaca novel. Apapun yang Ia sebenarnya lakukan, aku hanya tau bahwa Ia berada di rumah.

The Infinity NecklaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang