14. Ramawijaya dan Laksmana

518 10 0
                                    


    Sedangkan di hutan Reksamuka Rahwana sudah mulai berlatih menyempurnakan ajiannya rawarontek dengan ilmu perubahan.

"Besok adalah hari wekasan, dimana pada malam harinya adalah bulan purnama sempurna." kata Resi Subali. "Nanti malam kau akan mencapai latihan tahap akhir, kau harus mampu menyatukan segenap karsa agar seluruh api yang ada di dalam tubuhmu keluar sebab di dalam tubuhmu itu akan terjadi perubahan besar-besaran."

"Caranya bagaimana, Resi hamba tak tahu."

"Kau harus memulai laku hening sambil merendam diri di dalam air selama satu purnama, agar segenap api dalam tubuhmu serasa padam."

"Satu purnama?"

"Ya."

"Baiklah, aku akan berusaha mencobanya. Lalu dimana kira kira aku harus melakukannya?"

"Disitu!" kata Resi Subali sambil menunjuk kearah kuwali besar yang digunakan sebagai penyimpanan air oleh sang Resi."Memang laku itu tak mudah makanya kau harus bekerja keras, Rahwana. Jika tekatmu besar maka segala kehendak pasti akan tercapai."

Seperti yang telah di rencanakan, Rahwana-pun kemudian mengikuti petunjuk Resi Subali merendam diri di kuali besar pada malam harinya.
Seiring dengan itu, pada saat-saat Rahwana menjalani tapa merendam diri, kejadian-kejadian ajaib pun sering terjadi, dalam pertapaannya datang silih berganti. Pada lima hari pertama Rahwana di datangi seekor anjing hitam yang sangat besar, giginya runcing-runcing dan matanya merah, tetapi ajing itu hanya menungguinya, berputar mengelilingi kuali itu lalu melolong seperti memanggil teman-temannya. Lalu lima hari hari berikutnya datang seekor anjing lainnya warnanya putih, dan demikian seterusnya setiap lima hari sekali datang anjing lainnya, merah, abu-abu, lalu yang terakhir anjing loreng.

Setelah lima ekor berkumpul kelimanya ramai-ramai melolong dan kemudian menerkam tubuh Rahwana yang sedang melakukan tapa brata merendam diri.

Namun Rahwana tak bisa melawan sama sekali, karena tubuhnya lemas tak bertenaga, ia acuh tak memperdulikannya lagi walaupun tubuhnya akan dicabik-cabik dan habis dimakan kelima binatang itu. Setelah sekawanan anjing tersebut bosan mencakari tubuh Rahwana kelima ekor anjingpun berubah menjadi asap hitam lalu masuk ke tubuhnya.
Dan malamnya adalah malam bulan purnama kembali tiba, pertanda bahwa malam itu adalah malam terakhir Rahwana dalam melakukan tapa brata.

Paginya Resi Subali datang lalu mengangkat tubuh Rahwana yang lemas, lunglai, dan dingin, itu dari dalam tempayan besar berair, kemudian Sang Resi pun memapahnya tubuh yang setengah pinsan setengah hidup setengah mati itu untuk di bawa masuk ke dalam goa tempatnya sering bertapa.

"Seperti dugaanku, kau memang seorang yang pilih tanding, kau telah dapat menahan segala godaan hingga berhari-hari, sampailah satu purnama penuh, akhirnya kau dapat menguasai sebuah ilmu perubahan dari ajian Rawarontek tersebut." tubuh Rahwana mengeliat, dan Resi Subali meneteskan beberapa tetes madu kemulutnya berharap Rahwana segera siuman.

Setelah sehari penuh Resi Subali menunggui Rahwana pun akhirnya siuman.

"Ah... Tuan Resi..." pangilnya.

"Ya, Rahwana. Bagaimana?"

"Aku belum mati..., apakah dengan begitu artinya aku berhasil?"

"Ya, satu purnama adalah batas pertahanan hidup manusia hidup tanpa makan." kata Subali, "Artinya; berhasil tidak berhasil kau harus menyudahinya."

"Ah... Kalau belum berhasil sebaiknya tuan Resi biarkan saja tubuhku membusuk disitu tak usah diangkat, biarkan saja aku mati."

"Tapi keberhasilan ilmu perubahan ini bukan didapat dari hasil tapa bratamu saja, ada langkah lanjutan yang harus kau bisa, Rahwana."

RahwanaYanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang