Sai dengan telaten mengusap air mata yang keluar dengan derasnya dari kedua sapphire Naruto, kembali, Ia menarik beberapa lembar tissue dari kotak yang ada diatas meja sofa nya.
"Huaaaa"
Lagi, sudah hampir satu jam Sai mendengar tangisan Naruto yang saat ini sedang berada di Apartemen miliknya
"Sayang, sudahlah, berhenti menangis" Sai kembali mencoba membujuk sang kekasih untuk berhenti menangis
Tangisan Naruto langsung terhenti, Ia mengambil tissue yang tadinya digunakan Sai untuk menghapus airmata nya.
"Kau tidak sedih sama sekali Sai? Kau sebenarnya mau menikah denganku atau tidak sih?" Naruto memandang sebal kepada kekasihnya seraya mengelap cairan yang sedikit keluar dari hidungnya
Oke, sekarang Sai menjadi serba salah, kalau dia ikut menangis seperti Naruto maka nantinya dirinya akan disebut lelaki cengeng, nah sekarang saat dirinya mencoba untuk bersikap dewasa malah dibilang tidak sayang pada sang kekasih. Yap, pria selalu salah dimata wanita.
"Ah, tentu saja bukan begitu sayang" Sai mengelus surai pirang sang kekasih
"Tentu saja aku juga ikut sedih" lanjutnya lagi
"Tapi kau tidak sesedih saat blue print mu basah terkena air?" ujar Naruto dengan nada merajuknya
Shimura Sai, sang arsitek muda kita hanya bisa mengusap kasar wajahnya dengan tangan kanannya.
"Itu berbeda sayang, kau sendiri tahu kan kalau itu blue print yang harus kuserahkan ke esokan harinya, kumohon kau harus bisa membedakan antara panik dan sedih sayang"
Naruto hanya bisa mem-pout kan bibir nya mendengar jawaban Sai.
"Sayang .." Sai kemudian meletakkan kedua tangannya di pipi chubby milik sang kekasih
"Tentu saja aku sedih karna harus menunda pernikahan kita, tapi kamu sendiri tahu kan aku tidak suka jika harus terlibat masalah hukum dengan Uchiha Corp itu, lagipula aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran boss mu itu"
"Benar kan, aku juga tidak tau apa yang ada dipikiran Uchiha Sasuke itu, bagaimana bisa dia tidak memberiku izin untuk cuti, aku sudah jelaskan padanya bahwa aku izin cuti untuk menikah, menikah loh Sai"
Tiba-tiba Naruto bangkit dari sofa, membuat kedua tangan Sai yang semula memegang kedua pipinya terlepas. Sai hanya menatap heran sang kekasih yang berjalan mondar mandir di depannya.
"Kau tahu apa yang dikatakannya Sai?"
Ehmm, Naruto berdehem pelan.
"Namikaze Naruto, bulan depan itu kita ada meeting dengan Perusahaan Nara di Kyoto selama seminggu, kemudian lanjut presentasi dengan Sabaku Group minggu depannya lagi, jadwal kita sangat padat" ujarnya meniru suara sang Direktur, Uchiha Sasuke
"Padahal aku sudah bilang bahwa aku sudah menyewa gedung untuk pernikahan kita Sai, dan juga undangannya sudah siap dicetak, tapi dia tetap tidak mengizinkan ku cuti"
"Aarrghhh" Naruto hanya bisa menjerit frustasi seraya memegang kepala bersurai pirangnya tersebut
Sai menarik lengan Naruto, memaksa sang kekasih untuk kembali duduk disampingnya.
"Aku tidak keberatan kok jika harus menunggu 6 bulan lagi, setelah itu kau bisa mengundurkan diri dari pekerjaan mu, kemudian menjadi Nyonya Shimura yang hanya mengurus rumah dan anak-anak kita kelak" ujarnya dengan seyuman yang selalu bisa membuat Naruto merona
"Tapi bagaimana dengan gedung dan juga undangannya Sai? Oh, aku lupa, kita juga harus menghubungi Yamanaka-san"
Naruto kemudian mengambil smartphone nya yang sedari tadi diletakkannya secara asal diatas meja. Gadis bersurai pirang tersebut kemudian men-scroll kontak yang ada di smartphone nya, mencari kontak bernama Yamanaka Ino.
Sai mengambil smartphone yang dipegang Naruto, kemudian meletakkannya kembali keatas meja.
"Biar aku saja nanti yang menghubungi Ino"
Yah, Yamanaka Ino sang wedding organizer itu adalah sahabat Sai sejak kecil.
"Aku akan mengatakan padanya kalau jadwal pernikahan kita reschedule, biar dia nanti yang menghubungi pihak hotel"
"Tunggu, apa maksudmu di reschedule?" Naruto memicingkan matanya menatap sang kekasih
"Tentu saja, kita tunda sampai 6 bulan lagi"
"What?"
Jawaban Sai sontak membuat kedua sapphire Naruto melebar sempurna.
"Tidak bisa, kalau selama itu nanti .." Naruto menghentikan kata-katanya, wajahnya Ia tundukkan, kemudian ia menggelengkan kepalanya perlahan
"Tidak, tidak, ini tidak boleh terjadi"
Sai hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat tingkah tak biasa sang kekasih.
Naruto kemudian mengangkat wajahnya, kedua sapphire nya kembali menatap lurus ke arah Sai.
"Yamanaka-san akan tetap menagih biaya cancel untuk gedung dan catering"
"Kita akan bayar"
"Trus, bagaimana dengan tiket pesawat dan hotel yang sudah kita pesan untuk honeymoon kita di Jeju?"
"Tiket pesawat masih bisa kita reschedule, hotel masih bisa dibatalkan"
Naruto menatap geram kearah sang kekasih, bagaimana bisa kekasih nya ini bersikap setenang itu.
"Tapi aku ingin ke Jeju saat musim semi Sai, kau tahu aku sudah merancang untuk pernikahan kita di bulan April nanti karena mengingat itu musim semi, karena pada musim semi itu bunga canola nya sedang mekar"
Sai menghela nafasnya pelan, terkutuklah drama korea yang selama ini ditonton sang kekasih sehingga membuat kekasihnya ini begitu terobsesi pada Jeju dan bunga canola, bahkan kekasih pirang nya ini pernah berkata 'pokoknya nanti di Jeju kita harus berfoto di tengah-tengah kebun bunga canola, seperti adegan Ga Eul dan Yi Jung' dan Sai hanya bisa sweatdrop mendengar perkataan sang kekasih.
"Kalau begitu kita pergi tahun depan nya lagi"
Bugh,
Sebuah bantal sofa mendarat di wajah tampan Shimura Sai, dan siapa lagi pelakunya kalau bukan Namikaze Naruto sang kekasih.
"Kau sebenarnya mau menikahi aku atau tidak sih?"
Lagi, ini sudah kedua kalinya dimalam ini pertanyaan itu keluar dari bibir kekasih pirangnya.
"Tentu saja aku mau sayang, tapi aku masih bisa bersabar kok sampai 6 bulan lagi" ujarnya seraya menaruh bantal yang tadi mendarat diwajah tampannya ke sisi kosong sofa
"Tapi aku yang tidak bisa menunggu"
Naruto terdiam sesaat, mencoba berfikir mencari jalan keluarnya. Sedangkan Sai, pria itu hanya bisa menatap Naruto yang tengah memasang pose berpikir ala detektif terkenal seraya memiringkan sedikit kepala nya, sebuah pose yang sangat imut untuk seorang pria seperti Shimura Sai.
Sekilas muncul seringai di bibir sang gadis bersurai pirang. Langsung saja sang gadis mengarahkan pandangannya menatap sang kekasih, Ia kemudian memegang pipi putih pucat kekasihnya dengan kedua tangannya, dan tanpa aba-aba ...
Cup,
Sang gadis mendaratkan sebuah kecupan singkat dibibir sang pria yang sontak membuat manik kelam seorang Shimura Sai membulat sempurna.
Bukan, bukan karena ini ciuman pertama mereka, hanya saja Sai belum terbiasa dengan kelakuan Naruto yang suka tiba-tiba seperti itu.
"Pokoknya Sai, kamu hanya perlu mengikuti perkataan ku saja nanti, hal ini biar aku saja yang urus nanti, kamu cukup menghubungi Yamanaka-san saja"
Sai hanya bisa mengangguk pasrah, okeh dia sudah bisa membayangkan bagaimana nanti jadinya saat Ia sudah resmi menjadi suami putri Namikaze Minato ini, sepertinya gelar Suami Takut Istri akan tersemat pada dirinya.
"Ingat, pokoknya turuti saja perkataan ku nanti!"
.
######
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
FanficBoss, dia adalah atasan kita. Orang yang menggaji kita. Setiap perkataan nya bagaikan perintah yang harus dipatuhi. Dan tambahan ... Boss, dia adalah orang yang bisa merusak masa depanku (warn : Fem Naruto)