His name is Woohyun!
Matanya mengerjap, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menusuk retina matanya. Bocah itu mengerang kesakitan, rasanya tubuhnya remuk terbelah dua. Ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa ini bukan rumahnya. Ini hanya gubuk yang atapnya tertutup daun-daun ilalang kering.
" Kamu sudah bangun? "
Myungsoo menatap bocah itu dengan penuh senyum, rasanya ada kehangatan menueruak dalam dadanya. Bocah itu menatap Myungsoo heran.
" Kau siapa? Aku dimana? Dimana ibuku? "
" Hey, santai saja. Kau di kawasan Woollim, ibumu baik-baik saja "
Bocah itu lalu diam, dalam hati bersyukur karena ada yang menolong dia dan ibunya.
" Namamu siapa? "
" Nam Woohyun "
Bocah itu tak tau kenapa ia memberitahu namanya begitu saja, yang pasti ia merasa aman. Dan, tidak merasa adanya masalah akan terjadi hanya dengan memberitahu namanya.
" Apa yang terjadi padaku? "
Myungsoo sedikit heran dan bingung, harusnya pertanyaan itu ia yang lontarkan. Mungkin kepala Woohyun membentur sesuatu oleh karena itu ia kehilangan sedikit bagian memorinya. Myungsoo hanya mengangkat bahu, dan baru akan mulai menjawab apa yang dia ketahui ketika pintu tiba-tiba saja terbuka. Dan, sosok Sunggyu membawa nampan kayu berisi sup daging menyambut keduanya.
" Kok, Hyung tau kalau Woohyun sudah sadar? "
" Insting seorang Alpha, dan kalian sudah berkenalan rupanya "
Sunggyu meletakkan sup itu di atas balas kayu, dan mencuri pandang ke wajah Woohyun yang pucat.
" Aku Sunggyu "
Ia memperkenalkan diri, tanpa mengulurkan tangan dan hanya menatap intens kearah tamu tak diundang mereka.
" Makanlah supnya "
" Terimakasih "
Itu terdengar pelan hampir seperti desahan, tapi telinga tajam keduanya bisa menangkap dengan mudah. Myungsoo tersenyum ramah, setidaknya jika Woohyun benar-benar bisa tinggal disini dan beradaptasi mereka bisa menjadi kawan baik yang tak terpisahkan dan Myungsoo tak akan pernah lagi merasa kesepian jika Sunggyu sedang menjalani pelatihan militer untuk persiapan menjadi penerus ayah mereka.
Hanya dengan memikirkan hal itu membawa senyum cerah di wajah tampan bocah itu. Myungsoo sudah tidak sabar rasamyaengajak Woohyun berkeliling di hutan, dan mengajaknya untuk berburu dan bermain kejar-kejaran.
" Ibuku dimana? "
" Ibu disini sayang "
Mereka bertiga menoleh, ibu Woohyun berada di ambang pintu bersama Kim Jungyeop yang membantu wanita cantik itu berjalan.
Woohyun segera berlari menghampiri ibunya, memeluknya dengan erat meski ukuran tubuhnya hanya mencapai pinggang wanita itu. Woohyun mengabaikan semua rasa sakit yang dia derita, dan menangis sesenggukan di pelukan orang yang satu-satunya ia miliki.
" Eomma hiks-hiks "
" Tenang, Eomma disini Woohyunie. Kau harus tenang sayang "
Sebenarnya Myungsoo sedikit cemburu, ia tak pernah merasakan bagaimana hangatnya pelukan seorang ibu karena ia hanya memiliki seorang ayah yang selalu menegaskan padanya bahwa menangis itu lambang kelemahan, dan pelukan itu berarti kerapuhan.
" Woohyunie tidak apa-apa, kan? Ibu khawatir "
Sang ibu mengelus puncak kepala anaknya yang menangis hebat, setelah apa yang mereka alami beberapa hari lalu tentu mengguncang emosi anaknya. Dan, ia bisa memakluminya.
" Terimakasih Jungyeop-sshi "
Kepala pimpinan itu hanya tersenyum dan mengangguk, ini adalah yang pertama bagi Sunggyu dan Myungsoo melihat ayahnya tersenyum seperti itu. Terlebih pada orang asing, ada perasaan aneh yang membuat baik Myungsoo dan Sunggyu merasa iri.
Cemburu.
****
Beberapa hari kemudian, Myungsoo mengajak Woohyun ke padang ilalang. Tapi, anak itu hanya memberi pandangan kosong pada rumput tinggi yang bergerak tertiup angin. Sementara Myungsoo sendiri berlari mengejar kupu-kupu dalam wujud serigalanya.
Myungsoo menyalak, mengajak Woohyun untuk ikut bergabung. Tapi, bocah itu hanya terus melamun. Myungsoo merubah wujudnya kembali menjadi seorang manusia, dia mendekati Woohyun dan mulai mengajaknya bicara.
" Kenapa tidak ikut aku bermain? "
Myungsoo sedikit kecewa, karena bayangannya bermain bersama teman tak terwujud dengan mudah.
" Aku hanya lelah "
" Hey, Woohyun kau tau kalau kau semakin tua kesempatan untukmu bermain semakin kecil. Ayolah bermain denganku! "
Myungsoo memaksanya, menarik-narik tangan Woohyun yang langsung ditepis oleh bocah itu. Myungsoo terjerembab kebelakang, dan bokongnya mendarat lebih dulu ditambah berbatu. Woohyun hanya melihatnya, hatinya merasa bersalah.
" Hey, apa yang kau lakukan! "
Suara Sunggyu berteriak terdengar memekakkan telinga. Dia meraih tangan Woohyun, memaksanya berdiri lalu menatapnya dengan tajam.
" Apa yang kau lakukan? "
" Aku tidak ingin bermain "
" KAU FIKIR AKU SEDANG BERGURAU! "
Woohyun menundukkan kepala, percuma jika ia menjelaskan. Sunggyu tentunya tidak akan percaya jika ia melakukannya tanpa sengaja.
" Dasar pembawa masalah! Kau pasti diusir dari kelompok karena kau dan ibumu membawa kesialan bagi kelom.... "
Plak
Sunggyu merasakan pipinya memanas akibat pukulan telak yang mendarat di pipinya.
" Jangan mengatai ibuku! Aku benci jika kau menghina ibuku! "
Plak
Sunggyu sesungguhnya bukan orang yang suka main tangan, tapi harga dirinya keburu diinjak lebih dulu jadi apa boleh buat. Dia memukul Woohyun kelewat keras, padahal pukulan ringan dari seorang Alpha sudah cukup kuat untuk tuk ukuran anak usia 10 tahun. Badan Woohyun terpental hingga membentur pohon, tubuh kecilnya yang ringkih bergetar kemudian dia terbatuk hingga mengeluarkan darah yang sepertinya akan sulit berhenti mengalir.
" Hyung apa yang kau lakukan! "
" Dia mencelakaimu Myungsoo! "
" Aku terlalu memaksa, Hyung "
" Tapi,, "
" Sekarang bagaimana? "
" Kita tinggalkan saja dia "
Dia menarik Myungsoo kuat-kuat tak mempedulikan rintihan Woohyun yang mengaduh kesakitan. Seringai licik muncul di wajahnya yang tampan.
TBC
Vomment yaa tinggalkan jejak
Biar aku tau kalo misalkan aku kurang sesuatu.
Dan, terimakasih banget yang udah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate
RandomNo description! just read and give me a lot voment!!!! annyeong. cuma mau kasih tau ini genrenya sad tentang vampire dan werewolf dan bakal jadi fic yang paling aku fokusin. yang baca Woogyu, coba deh baca ini Gyuwoo siapa tau suka