"hey.. " seseorang menggoyang-goyangkan badanku.
Dengan setengah sadar aku membuka mata, dan melihat Andrian.
"Andrian, kenapa? "
Dengan wajah bingung Andrian bertanya
"kamu tau namaku? "
Astaga.. Aku terkejut karna keceplosan mata ku terbelalak dan mencoba menjelasakan kepada Andrian.
"ehm..itu.. Aku tadi mimpi kakak ku, namanya Andrian, aku kira itu dia" jelas ku berbohong kepadanya.
"oohh.. Itu kita akan landing sebentar lagi"
"ehm, baiklah"
Saat aku hendak berkemas, aku heran mengapa jaketnya ada 2?
"permisi, ini jaket kamu? "
"ah, itu tadi kamu kelihatannya kedinginan jadi aku berikan jaketku"
Jelas Andrian tersenyum.
"terima kasih ya. Btw nama kamu Andrian? " aku bertanya kepadanya seolah-aku baru mengenalnya. Aku berbohong seolah-olah aku tidak mencintainya. Percayalah, ini lebih berat dari apapun.
"iya, nama ku Andrian, kamu siapa?" Andrian berbalik bertanya, seraya mengulurkan tangannya mengajakku bersalaman.
"aku stefanny" aku menyambut tangan nya dengan senyuman dan menatap matanya. Ini benar-benar membuatku ingin memeluknya, tatapan matanya yang sendu itu membuatku teringat saat bersama dengannya.Setelah pesawat landing aku bergegas menarik koper ku dan mencari seseorang. Akhirnya ku temukan seorang wanita sebaya denganku
"hey"
"kamu stefanny? " tanya nya berbahasa Jerman.
"iya, kamu pasti Millie!" balasku dengan berbahasa Jerman pula.
Setelah berbincang Millie membantuku membawa koper, dan mengajakku ke apartement yang sudah disediakan kak Cathy."ini adalah apartement kamu, dan disebelah nya adalah apartement ku. Kalau kamu butuh sesuatu langsung saja ke sebelah ya" pesan millie seraya meletakan koper ku.
"oh tentu, makasih millie" kata ku memberikan senyuman.Millie pun pergi, dan aku membuka pintu apartement dengan kode 170414 . Setelah pintu terbuka aku langsung merebahkan tubuhku yang serasa sudah remuk ini, aku menguap dan menatap langit apartement. Sejenak aku terbayang Andrian yang menggoyangkan tubuhku saat di pesawat.
"Aiissh.. Mengapa aku masih saja belum bisa melupakannya? " aku berbisik pada diriku sendiri. Aku duduk ditepi kasur dan membuka koper, serta mulai mengeluarkan barang. Aku harus berbenah apartemen dulu agar bisa rehat dengan santai.Setelah selesai berbenah aku langsung mandi, agar badan ku segar.
Saat berkaca pada cermin kamar mandi aku melihat sesuatu pada pipi ku, warna kemerahan dan sedikit gatal.
"apa ini? Ah, ini tidak bisa, aku akan malu" dengan segera aku memakai baju dan mencari sesuatu untuk menutupi pipi ku. Dan akhirnya aku menemukan masker dengan warna pink, dan keluar untuk mencari salaf ke apotek.Setibanya aku di apotek
"apa ada salaf untuk mengobati gatal? "ada, silahkan tunggu sebentar"
"ini dia, oleskan setelah membersihakan wajah"
"ah, iya terima kasih" aku membayar setelah membayar aku langsung berbalik badan, dan menemukan.
"Andrian? "
Dengan wajah bingung Andrian bertanya "maaf, siapa ya? "
"ini aku, stefanny" dengan cepat aku membuka masker.
"oh iya, hai" kata Andrian
Aku tersadar telah membuka masker dengan segera aku menutupnya kembali.
"kamu ngapain disini? " tanyaku
"aku ingin membeli obat flu" jawab Andrian
"apa kamu sakit? "
"sepertinya iya, aku memang sedang tidak enak badan saat masih di Indonesia" jelas Andrian
"Btw, ada apa dengan wajahmu? " tanya Andrian, dengan terkejut aku langsung menjawab
"aku juga tidak tau. Tapi setelah mandi saat sedang bercermin aku melihat kemerahan diwajahku""tunggu sebentar ya, aku ingin membeli obat" Andrian memintaku menunggu.
Setelah selesai membeli obat, Andrian mengajakku pulang bersama.
"yuk, ku antar pulang"
"ah, tidak usah apartementku tidak jauh kok"
"aku juga tinggal dekat sini, jadi aku hanya berjalan kaki. Yuk, pulang sama saja" ajak Andrian.
"ah, baiklah"Aku berjalan bersama Andrian menyusuri jalan yang ada di Jerman itu. Aku merasa kembali bernostalgia saat bersamanya.
"hm, apa kamu disini sendirian? " Andrian memulai pembicaraan.
"iya, kakak ku berada di Indonesia mengurus perusahaan alm. Papa" jawabku
"ah, maaf"
"untuk apa? "
"aku tidak bermaksud menyinggung papa mu"
"tidak apa-apa, itu juga sudah lama. Dan kamu apa kamu sendiri disini? "
"iya, aku memang sudah lama tinggal sendiri. Di Indonesia juga sendiri, orang tua ku di Australia, dan untungnya saat di Indonesia aku memiliki kekasih" Andrian tersenyum melihat ke arahku.
"ooh, terus kekasih kamu tidak menyusul? "
"tidak tau. Aku juga lebih suka sendiri seperti ini" Andrian melihat langit dan merasakan kebebasan.
Tak terasa kami sudah di depan apartement ku.
"aku disini"aku menunjuk apartement yang sekarang berada didepan kami.
"jadi kamu tinggal disini? Aku didepan nya" Andrian menunjuk sebuah rumah bernuansa klasik yang bertingkat 2 .
"wah, jadi kita bersebrangan ya" ucap Andrian.
Aku hanya tersenyum.
"aku masuk duluan ya" kata ku meninggalkan Andrian.Dengan langkah gontai aku menuju ruang apartement ku dan membuka pintunya. Hatiku bertanya-tanya apa Andrian mencintai kekasihnya? Apa aku masih ada harapan dengannya?
Masih terngiang-ngiang ditelinga ku bahwa dia lebih terasa nyaman sendiri dibandingkan dengan kekasihnya.Aku langsung mengoleskan salaf ke bagian pipi ku yang merah, setelah itu aku langsung tidur, karna hari yang melelahkan ini.
¤¤¤
Pagi pertama di Jerman, aku terbangun saat hari agak terang, aku membuka jendela dan menghirup udara segar. Terlihat banyak orang yang pergi jogging karna hari ini adalah weekend. Aku segera siap-siap untuk main sepeda. Dengan mengenakan pakaian training dan rambut dikuncir kuda, aku langsung pergi kebawah dan mengambil sepeda.
Tepat saat aku keluar, aku berpapasan dengan Andrian yang ternyata juga ingin main sepeda.
"Guten mörgen" sapa Andrian dengan senyuman. Aku hanya membalas dengan senyuman saja.
"apa kamu ingin main sepeda? " tanya Andrian
"hm ya, seperti yang kamu lihat" jawabku dengan menyodorkan sepedaku.
"kita bareng saja, aku tidak ingin sendirian" tawar Andrian.
Tak bisa dipungkiri bahwa aku memang ingin bersamanya.
"baiklah" jawabku dan menuntun sepeda bersama Andrian.Saat itu, aku merasa sangat bahagia sekaligus sedih. Kenapa? Karena pria yang berjalan bersamaku ini adalah orang yang ku rindukan, namun dia bukan lagi milikku. Rasanya ingin ku maki didepan wajahnya itu bagaimana kau bisa lupa dengan orang yang disebelahmu ini? Orang yang sangat kau cintai dulu!
Namun, itu harus kuurung dalam-dalam."mengapa kau diam saja? " tanya Andrian membuyarkan pikiran-pikiranku itu.
"ah.. Hmm apa yang akan kau lakukan hari ini? " tanya ku mencari topik pembicaraan.
"hmm, entahlah. Aku hari ini belum mulai bekerja. Bagaimana dengan mu? " Andrian bertanya balik.
"aku juga tidak tau, karena aku tidak ada kuliah hari ini" aku menggeleng dan menunduk.
"bagus! Bagaimana kalau kita pergi minum kopi? Karena kau orang pertama yang ku kenal disini" ujar Andrian dengan semangat.
"bagaimana ya? " aku masih pikir-pikir untuk pergi dengannya. Yang benar saja, bagaimana kalau aku ke ceplosan karena tidak tahan jalan bersamanya. Aku takut tidak bisa mengontrol diriku saat bersamanya. Namun, bagaimana bisa aku menolaknya.
"baiklah" aku menjawab dengan tersenyum.
"okay, apa kau ingin berpacu denganku? " tanya Andrian menaiki sepeda yang dituntunnya.
"kau menantangku? Baiklah" dengan sigap aku menaiki sepedaku dan menatap Andrian.
"1...2...3.. Ayoo! " Andrian memulai start dan dia berada didepanku. Karena takut aku tertinggal dia terus menoleh ke belakang dan bersorak agar aku mempercepat kayuhnya, namun hal tak disangka terjadi, sebuah motor melaju kearah Andrian dan menabraknya, sehingga membuat Andrian terpental cukup jauh. Aku yang menyaksikan langsung menarik rem dan turun dari sepeda.
"An.. Andr.. Andrian!! " aku berteriak dan berlari ke arah Andrian. Memang tidak ada darah, namun apa mungkin Andrian baik-baik saja setelah terpental cukup jauh?
"Andrian bangun" aku memeluk kepalanya dan memangkunya.
"tolong panggil ambulance" aku meminta orang yang berdiri menyaksikan kesedihanku untuk segera memanggil ambulance.
Beberapa saat kemudian ambulance datang, dan membawa Andrian, daan aku ikut menaiki ambulance tersebut.Setibanya di rumah sakit aku langsung mondar mandir di depan UGD. Memikirkan apa yang akan terjadi di dalam sana? Apa Andrian akan baik-baik saja?
Seorang dokter keluar dan aku langsung menghampiri nya.
"bagaimana keadaannya,dok? "
"dia baik-baik saja, kau sudah bisa melihatnya"
Dengan cepat aku berlari kedalam, dan mendapati Andrian sudah terbangun.
"Andriaan" aku berlari kearahnya, aku lupa bahwa dia hilang ingatan.
Ia hanya tersenyum.
"syukurlah kau baik-baik saja" aku tersenyum dan meneteskan air mata bahagia.
"tentu saja" jawabnya.
"apa kau sudah menghubungi kekasihmu? "
"tentu. Dia berada disampingku sekarang" jawabnya seraya menggenggam tanganku.
Seketika aku terkejut dengan perkataannya.
"Apa maksudmu? "#TBC
Vote and comment sebanyak-banyaknya. Kisah Andrian dan Stefanny selanjutnya akan makin seru dan lebih banyak lagi konflik didalamnya. Share ke teman-teman kalian. Sekian terimakasih ~~
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely teacher [COMPLETE]
RomanceCinta tidak pernah salah dalam memilih soulmatenya. Dia dan aku terpaut jarak usia yang bisa disebut lumayan lah, umurku yang masih 17 tahun mencintai dia yang umurnya 23 tahun. Ya, aku masih seorang siswi SMA, dan dia adalah guru magang yang mengaj...