PG 22 # toples omong kotor

1.2K 150 25
                                    

Pagi telah tiba, matahari menyelitap masuk malu-malu kekamar kami, aku, diam didepan balkon yang sunyi, memakai atasan piama milik myungsoo  tepatnya.

Walau dingin menyentuh kulitku, tapi aku tak peduli kan itu, aku memandang langit, mulai cerah karena sekarang mungkin pukul 5 pagi, aku tak tahu, yang ku rasakan, aku hanya ingin kemari, sendirian, karena myungsoo masih pulas.

Angin meniup ku, membuatku sedikit menggigil, tapi aku tak ingin beranjak dari sini.

Tuhan, kau tahu... Aku merasa aku benar, memasukan kewajibaku. Tapi disisi lain.. Ada rasa tercubit di hatiku. Bagai manapun dia asing. Dia berada disini... Ah, tepatnya aku yang berada disini tanpa ku tahu tujuannya. Tapi tuhan, bisakah kau buat semuanya lebih mudah disini. Kumohon...

Aku masih diam tak bergeming, menahan rasa ganjalan di hatiku, menelah semua ke bingungan ku, mengusir semua keraguanku. sekarang, yang perlu ku pelukan hanya menjalaninya.

Tapi tiba-tiba, dari dalam aku mendengar teriakan, "JIYEON!!!" kontan aku membeku mendengar myungsoo berteriak begitu kasarnya. Ada apa dengan dia?

" KU MOHON JIYEON!, SIALAN, SIALAN!"

Aku membalikan badanku, menatap pintu balkon, ragu ingin membuka atau mendiam kannya saja, aku takut sekarang. Aku benci orang yang berteriak. Tapi dia kan myungsoo.

"Jiyeon! Mengapa kau lakukan ini lagi padaku, mengapa kau tinggal kan aku lagi!"

Apa?

Dengan tekad, aku membuka puntu.perlahan, mengintip dibalik celah, dan melihat Myungsoo bertelanjang dada dengan hanya memakai selana piyama senanda dengan piyama ku, dia tengah berdiri dengan tangan memegang pintu kamar.

Bahunya merosot, dan kepalanya tertunduk, terlihat jelas dia tengah menahan amarah dan kecewa.

Apa sebenarnya yang terjadi disini?

Aku mencoba membuka pintu ku lebar-lebar, dan mencoba melangkah, tapi hanya beberapa langkah yang dapat ku ambil, aku terlalu takut dengan apa yang terjadi nanti.

Demi tuhan, dia sedang marah.

"Myungsoo...." tanpa di tahan lagi, aku memanggilnya.

Dan ku lihat, dengan cepat Myungsoo membalikan badanya, dan sungguh, aku melihat matanya memerah. Entah karena marah atau apa, aku tak tahu

"Jiyeon?" panggilnya dengan nada tak percaya.

"Iya... Ini, A aku..."

Kami sama-sama diam, dan ku lihat nafasnya naik turun disana. Dan entah alasan apa, aku merenggangkan tangan memberinya sambutan untuk memeluku.

Mungkin karena luka dimatanya, atau luka di hatiku, karena melihatnya terluka!

Dia menarik nafas, dan menghamburkan diri kepelukanku. Aku memeluk erat lehernya, dan dia memeluk erat pinggangku, menenggelam kan wajahnya di legerku. Menghirup dalam udara.

"Aku kira kau pergi. Ku kura kau meninggakkan aku."

Aku mengelus kepalanya dan dia semakin mengeratkan pelukanmya.

"Aku disini, bagai mana aku bisa pergi dengan pakaian ku seperti ini?"

"Kau selalu pergi! saat setelah kita.... Kita.... Itu.... kau pergi. lakukan lagi dan menghilang, aku bisa melepasmu saat itu, tapi tidak untuk sekarang, rasanya sesak saat kau tak ada disaat aku bangun tadi. Tak ada rasa yang lebih sakit di bandingkan membayangkan ku pergi dariku.,"

Oh tuhan!

Ku pejamkan mata, menahan rasa sakit dan pasti tak sebanding dengan Myungsoo, laki-laki malang ini sedang terluka.

Magic CupcakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang