ATTENTION

240 47 32
                                    

You just want attention. You don’t want my heart.

 You don’t want my heart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Angin musim semi begitu memabukkan apalagi berhias senja cantik yang memberi kesan romantik di Seoul sore ini.

Rambut coklat Roseanne berkibar karena tak terikat. Junhoe, lelaki dihadapannya terkekeh kecil menunjukkan senyum yang jarang ia pamerkan dihadapan banyak orang.

Tangan pemuda itu terangkat, membenahi anak rambut Rose yang sedikit berantakan lalu dengan lembut menyelipkannya di belakang telinga, membuat gadis dihadapannya menunduk dan tersipu malu.

Dengan gentle Junhoe menarik dagu gadis dihadapannya. Mata mereka bertemu, tatapan teduh itu seolah menyiratkan sejuta kata yang tak bisa terucap, sebuah kata cinta yang telah lama terpendam.

“Aku telah lama memendam rasa ini,” suara husky itu berbisik di tengah sepi. Tepat ketika matahari menghilang di peraduan.

“Aku mencintaimu” jelas Junhoe lagi.

Rose mendongak, menepuk bahu Junhoe pelan, “Kau nampak tidak yakin dengan ucapanmu.”

“Aku mencintaimu, sangat.” Ulangnya lebih jelas.

“Benarkah?” suara Rose bergetar, “Kau... benar-benar mencintaiku?”

Junhoe mengangguk mantap, tangannya terulur menggenggam kedua tangan Rose yang nampak mungil digenggamannya, “Harusnya kau menyadari nya selama ini. Dua tahun. Dua tahun aku menyimpan perasaan ini. Aku selalu mencari kesempatan agar terus bisa berada di sekitarmu meskipun aku tidak pernah satu kelas dan satu ekstrakurikuler denganmu. Seharusnya kau dapat menyadari perilaku ku selama ini bahwa aku.... a-ku telah jatuh hati padamu. Jatuh sangat dalam, dalam pesonamu. Aku... a-ku sangat mencintaimu. Sikapku selama ini, walaupun terlihat cuek tapi-“

“Oke cukup.”

Junhoe tersendat ludahnya sendiri. Keningnya mengrenyit dengan otomatis bahkan ia tidak bisa mengontrol debaran jantungnya, ia gugup. Sangat gugup hingga rasanya ia ingin menarik kembali kata-katanya barusan.

Apa pernyataan nya begitu buruk? Apa terlalu payah? Junhoe trus merutuk dalam kegugupannya.

“Jadi?” bibir Junhoe kembali terbuka, suara beratnya menuntut akan sebuah kepstian.

Rose tersenyum simpul,





“Dia akan menerima pernyataan cintamu, Junhoe-ya. Setidaknya yang barusan lebih baik daripada yang sebelum-sebelumnya.”

Rose mencoba memamerkan senyum terbaiknya menutupi ruang hatinya yang menganga meminta diobati. Perih. Ini teramat perih. Rose bahkan tidak habis pikir kenapa ia menyetujui dan mau membantu Junhoe latihan menyatakan perasaan untuk gadis lain.

Ia senang ketika lelaki bernama Junhoe itu menyatakan cinta padanya, namun ia kembali tertampar kenyataan jika ia hanya membantu Junhoe latihan.

Tidak. Pernyataan cinta lelaki itu bukan untuknya. Itu untuk gadis lain.

“Apa confess ku tidak terdengar payah? Apa aku terlihat kurang keren?” Junhoe terlihat antusias, belum pernah Rose melihat Junhoe se semangat ini sebelumnya. Bahkan bibirnya melengkung tinggi membentuk senyum lebar yang sangat jarang ia tunjukkan.

Namun berbeda dengan kali sebelumnya,
Rose kali ini melihatnya. Bahkan merasakannya. Bagaimana Junhoe meminta pendapatnya, berlatih berulang-ulang agar terlihat sempurna, dan selalu antusias dalam memperbaiki kekurangan nya.
Lelaki itu nampak bahagia, selalu bahagia ketika menyangkut gadis itu. Gadis kelas sebelah yang telah membuat Koo Junhoe si lelaki dingin dan cuek jatuh hati.

Rose sangat mengenali Junhoe. Lelaki yang sejak kecil menemaninya, berangkat ke sekolah yang sama, dan lelaki yang selalu merengek ingin mandi bersamanya sewaktu sekolah dasar dulu sekarang telah tumbuh menjadi sosok rupawan dan digandrungi gadis seantero sekolah. Meskipun Junhoe tak se ramah Kim Hanbin dan tak se berprestasi Kim Donghyuk, tapi siapa yang tak kenal Koo Junhoe? Ice Prince yang membuat gadis-gadis meleleh ketika ditatap dengan kedua mata Junhoe yang meneduhkan namun tajam.

“Aku masih sedikit ragu. Sepertinya aku harus berlatih lagi.” Junhoe nampak berpikir keras.

Membuat Rose menggeleng cepat.

“Tidak. Tidak. Dia akan menerima pernyataan cintamu. Percaya padaku, tidak mungkin ada gadis yang tidak jatuh cinta kepadamu, Junhoe-ya.”

Ya, benar. Tidak ada gadis yang bisa menolak cinta Junhoe. Termasuk Rose.
Gadis itu menggigit lidahnya ketika merasakan desir jantungnya yang kembali berdebum tak karuan. Di depan Junhoe ia harus nampak bahagia dan menyemangati teman masa kecil nya namun pada kenyataannya hati nya menolak untuk merasakan kebahagiaan itu, hati nya melolong untuk disembuhkan dari rasa sakit cinta bertepuk sebelah tangan.

Rose tidak tau sejak kapan perasaan ingin memiliki Junhooe itu muncul, namun rasa cinta nya kepada Junhoe melebihi rasa sayangnya kepada Junhoe sebagai seorang sahabat. Ia tau jika Junhoe hanya melihatnya sebagai teman bukan sebagai seorang wanita untuk dicinta namun Rose juga tidak dapat menahan perasaannya.
Ia hanya seorang gadis delapan belas tahun yang buta akan cinta dan ia pikir mencintai Junhoe akan menjadi pelangi setelah hujan tapi kenyataannya hujan itu justru memburuk menjadi badai dengan kilat yang menyambar hingga ke ulu hatinya, memporak-porandakan perasaannya.

Junhoe masih mempertahankan senyum menawannya ketika mulutnya kembali terbuka, “Apa yang harus kubawa? Kyulkyung sangat menyukai bunga. Apa aku harus membawakannya bucket bunga?” tanya nya antusias dan kembali berucap ketika Rose belum sempat menyanggah ucapannya, “Oh! Atau aku harus menyatakan perasaanku saat ada Festival Bunga Minggu nanti?”

Lihat, gadis itu sangat beruntung.

Rose menghela nafasnya lalu kembali tersenyum manis, “Itu terdengar sangat........ romantis. Dia akan sangat bahagia dan aku yakin dia tidak akan menolakmu.”

Andai gadis itu aku, tak usah pernyataan cinta dengan berjuta bunga dengan senang hati aku akan menerima mu Junhoe-ya, gumam Rose dalam hati.

“Baiklah. Terimakasih Roseanne aku sangat menyayangimu, sahabat terbaikku. Doakan sahabatmu ini, ya.” Junhoe terkekeh kecil sambil menarik Rose kedalam pelukannya.

Rose menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Junhoe.
Merasakan dekapan hangat yang selalu membuatnya nyaman, wangi apel bercampur mint yang sangat maskulin yang selalu memabukkan khas Koo Junhoe yang akan selalu ia rindukan. Mungkin, setelah ini Junhoe akan membagi pelukannya untuk gadis lain.

Tak apa.

Karena Junhoe hanya butuh perhatian Rose, bukan hatinya.

Dan Rose harus bahagia melihat sahabatnya bahagia.

Bukankah begitu?

End.

Hi JUNROS Shippers^__^

Hi JUNROS Shippers^__^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ATTENTION [junros]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang