Rembulan Menggantung Setinggi Tower Indosat

Malam ini, 2 Juni 2015, aku melihat rembulan besar, menggantung indah setinggi Tower Indosat. Setinggi aku berdiri dan memandang lurus ke depan. Semoga menggapai rembulan, semudah aku menggapaimu (Tuhan).

Rembulan tenang dan remang. Dingin tak sampai menusuk tulang. Kopi Good Day malam ini tak mampu membuatku tertidur nyenyak. Kelatnya bahkan mengalahkan cokelat yang baru kutelan. Aku memaksa mataku agar mengatup, hingga, terkatuplah!

Pembicaraan tentang hadiah di larut malam, tak pernah enyah dari alam pikiran. Jemari asyik mengotak-atik HP dengan sentuhan lembut di layar. "Surga yang Tak Dirindukan", judul novel karya Asma Nadia yang akan segera di-film-kan menjadi alasan hati menjadi resah. Seperkian detik, aku tak percaya, apa benar novel itu akan diberikan sang kakak sulung sebagai hadiah ulang tahunku yang sudah terlewat, mungkin sebulan?

Apakah ini kali ia akan berbaik hati? Entahlah. So What? novel apa pun pasti akan kubaca sampai habis, tak peduli meski setebal besi tower Indosat yang sedang kutatap bersama kucing hitam-- yang kutemukan tadi di halaman. Tunggu dulu, tower Indosat? Sepertinya ... mengingatkanku pada rembulan. Entah di mana keberadaan rembulan sejak aku terlelap cukup sampai jam lima pagi. Tak pernah tersadar, aku telah tertidur 6 jam saat mulai terpejam. Padahal, baru saja aku berniat menggapai rembulan itu, kemudian akan kubungkus sebagai hadiah ulang tahun si kakak sulung.

Kupikir, membungkus hadiah kemudian untuk dikoyak kembali asyik, tapi akankah juga asyik apabila tidak kutemukan lagi rembulan yang menggantung setinggi tower Indosat? Bagai makanan yang telah dihinggapi lalat, tidak mungkin lagi berharap, karena rembulan telah menghilang. Maka, aku akan mencari ide baru yang belum pernah dituliskan. Mengenai ide gila pada kesiangan hari, sampai jumpa lagi! Medan, 03 Juni 2015