Dia datang di kehidupanku. Datang dengan sejuta gombalan yang ia berikan. Dan aku mulai mengaguminya. Bukan karena gombal yang ia ungkap, tapi dengan caranya mengobrol denganku, dan aku nyaman dekat dengan dia.
Berbulan – bulan telah berlalu. Awalnya hubungan kita baik – baik saja. Lalu ntah mengapa dia berubah tanpa alasan. Yang awalnya manis, berubah menjadi pahit. Yang dulu suka memulai topik duluan, sekarang malah aku yang harus memulainya.
Mengapa kamu berubah? Kalau aku tanya dimana letak kesalahanku, kamu selalu saja bilang ‘nggak apa – apa’. Apa kamu tahu? Aku disini sedang menatap langit dengan banyak pertanyaan yang memenuhi ruang di pikiran ku. Aku selalu memikirkan tingkah lakumu hari demi hari.
Tiba – tiba kamu membandingkan aku dengan teman perempuanmu. Kamu mikir nggak sih betapa sakit nya aku dikatakan seperti itu? Oh iya, aku lupa, kamu kan masa bodoh denganku. Iya, aku hanya bisa senyum. Senyuman yang miris.
Setiap hari, aku selalu memperhatikanmu. Aku melihatmu bermain dengan perempuan lain. Sakit. Itu yang aku rasakan.
Tuhan, aku ingin dia yang dulu. Yang selalu membuat diriku tertawa, bahagia. Tapi, jika aku bukan jalannya, aku akan berhenti memperjuangkannya.
Cukup. Aku lelah. Sangat.