"Memangnya kenapa jika aku keras kepala?! Bukankah kamu juga sama! Jadi, kita tidak ada bedanya kan"
Aku merapihkan pakaian kantorku didepan cermin. Aku sedikit menata ulang ujung rambutku. Ini memang kebiasaanku dari dulu.
Kulirik jam yang melingkar indah dipergelangan tangan kiriku
07.30
Aku menghela nafasku, dengan segera aku mengambil tas dan juga beberapa berkas yang harus aku serahkan kepada sang Ceo. Entah, apa yang akan terjadi denganku selanjutnya karena baru satu hari aku bekerja dengannya dia sudah membuatku naik darah.
Aku segera keluar dari rumah saat taksi yang aku pesan sudah sampai didepan rumah. Aku membuka pintu taksi dan langsung saja kududukan bokongku dikursi penumpang.
Aku mengecek ulang berkas-berkas yang berada ditanganku takut-takut ada yang kurang. Aku tersenyum lega saat berkas yang aku bawa semuanya sudah lengkap, setidaknya aku tidak akan pulang lagi untuk mengambil sebuah berkas yang tertinggal.
Aku segera membayar ongkos taksi dan melangkahkan kakiku kedalam kantor. Aku tersenyum saat semua orang yang berpapasan denganku menyapaku. Entahlah, aku juga tidak tau nama mereka namun tidak enak juga kan kalo aku tidak membalas sapaan mereka.
"Pagi Bu"
Aku menolehkan wajahku saat mendengar sebuah suara yang terasa tidak asing ditelingaku "Billy!"
"Hai" sapanya sambil tersenyum
"Kenapa kamu bisa disini?" tanyaku bingung
"Apa kamu mau melamar pekerjaan?" lanjutku. Tapi apa mungkin? bukannya keluarga Billy merupakan keluarga berada? lalu untuk apa dia kesini?
"Hey! Apa menurutmu aku terlihat seperti orang yang akan mengemis-ngemis pekerjaan" ucapnya
"Kupikir begitu"
"Enyalah kau Blue"
"Hey Hey! Jadi, ada perlu apa kamu kemari?" tanyaku lagi
"Hanya ingin bertemu teman lama" katanya
"Really? Sepagi ini?!" tanyaku lagi karena masih tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan.
Teman lama? Entahlah, apa perduliku
"Well"
"Hmm" Aku dan Billy menoleh sambil mencari sumber suara yang berdehem. Aku memutar bola mataku malas ketika mengetahui siapa orang yang berdehem dan juga orang yang dimaksud oleh Billy
"Wow Man" Billy merangkul pundak Gavyn sang Ceo tanpa ekspresi
Gavyn melepaskan rangkulan itu dengan paksa "Ada apa?"
Lihat? Dia bahkan miskin ekspresi walaupun didepan temannya sendiri. Hell kenapa aku jadi sering memperhatikan dia sih?! Oke aku rasa aku harus menjernihkan pikiran kuh terlebih dahulu
"Kalau begitu aku pamit dulu Bil" kataku lalu berjalan menuju pintu lift. Aku memencet tombol 15 karena memang ruanganku berada dilantai nomor 15 bersebelahan dengan Ceo laknat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Gavyn
RomanceDont copy my story Namanya Blueberry , Kisahnya mungkin tidak semanis buah Cherry ataupun seabu-abu buah strawberry. Banyak hal yang dilaluinya setiap hari, bekerja adalah prioritasnya saat ini. Percayalah, dulunya semua bisa dimiliki oleh Blueberry...