Jalan-jalan

1.7K 89 6
                                    

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Tiga bulan berlalu aku masih bersama Danu, tapi belum berpacaran. Tidak perlu status, aku sudah senang seperti ini.

Hari ini adalah hari pertama kakak-kakak kelas tiga SMA melaksanakan ujian nasional, begitupun kak Vino. Otomatis, kami para murid kelas satu dan kelas dua yang tidak ikut ujian pun diliburkan selama seminggu. Sungguh surga bagi anak-anak malas sepertiku.

Masih pagi Danu sudah datang ke rumahku, bahkan sebelum aku mandi. Dia bilang ingin pergi jalan-jalan ke kebun binatang. Entah mau apa, mungkin mau mencari saudaranya yang suka bergelantungan di pohon. Akhirnya Danu harus menungguku mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu. Dia menunggu di ruang tamu ditemani oleh ibuku. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tahu-tahu saat aku sudah muncul dihadapan mereka, ibu sedang tertawa-tawa sambil memukul bahu Danu. Agresif sekali ya.

"Danu, mau berangkat sekarang?" tanyaku.

"Terserah," jawab Danu.

"Sarapan dulu, Tiya!" kata ibu.

"Di luar aja deh, Bu. Aku berangkat ya!" kataku sambil menyalami ibu, diikuti oleh Danu.

"Ya udah, hati-hati!" kata ibu.

"Assalamualaikum," kataku sambil berjalan keluar rumah.

"Waalaikumsalam," jawab ibu.

Mataku terbelalak saat sudah di depan rumah. Tidak ada motor Danu yang terparkir di halaman rumahku, yang ada hanya sebuah mobil berwarna hitam. Bukan punya ayahku.

"Lo bawa mobil?" tanyaku.

"Iya," jawabnya sambil membukakan pintu untukku.

"Punya siapa?" kataku setelah kami berdua sudah masuk kedalam mobil dan keluar dari pekarangan rumahku.

"Punya Kakak, motor gue dibawa dia."

"Kakak yang mana?"

"Kak Deni, anak ketiga. Yang udah kerja. Dia males kerja bawa mobil, katanya lagi macet."

"Oh."

"Oh, iya, mau sarapan dulu? Di mana?" tanya Danu sambil menyetir.

"Makan bubur ayam di deket lampu merah itu yuk! Enak loh."

"Oh, iya, gue juga pernah."

Kemudian Danu memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dekat tukang bubur itu. Kami makan berdua di sana sambil membicarakan tentang baliho yang terpasang di dekat lampu merah. Baliho seorang calon gubernur, ternyata itu pamannya Danu.

Sesampainya di kebun binatang, aku dan Danu berkeliling melihat-lihat binatang yang ada di sana. Aku meminta Danu mengambil gambarku menggunakan ponselku. Dengan gajah, monyet, burung, jerapah, semuanya aku minta Danu untuk mengambil foto untukku.

"Perasaan lebih ganteng gue deh, dari pada kuda itu," kata Danu saat kuminta untuk mengambil fotoku dengan seekor kuda.

"Tapi kenapa lo lebih tertarik sama kuda itu ya dari pada gue?" katanya lagi.

"Lo pengen di foto sama kuda juga? Sini gue fotoin!" kataku lalu mendekat ke arahnya untuk mengambil ponselku, setelah bergerak dari pose ingin difoto dengan seekor kuda.

"Gak mau sendiri, maunya berdua," katanya kemudian langsung mengambil foto bersamaku dengan latar belakang seekor kuda. Itulah foto pertama aku dengan Danu. Tidak akan kuhapus.

Ketika hari sudah agak siang, Danu mengajakku mencari makan siang terlebih dahulu. Di sebuah arena yang seperti taman bermain, terlihat sekumpulan orang sedang berada dalam sebuah acara. Itu sebuah acara ulang tahun yang dominan dihadiri oleh anak-anak.

Brondong Lovers ✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang