Senin, tanggal 25 Mei. Hari ini adalah pengumuman kelulusan untuk para kelas tiga. Aku tetap sekolah, karena pembagian surat kelulusan itu baru akan dilaksanakan setelah pulang sekolah. Jadinya saat sudah waktunya pulang, masih banyak murid kelas satu dan kelas dua yang tetap berada di sekolah, ingin melihat kelulusan para kakak kelasnya itu. Termasuk aku dan Fera.
Setelah seluruh siswa kelas tiga mendapatkan suratnya masing-masing dari kepala sekolah, mereka membukanya bersama-sama sesuai interuksi. Dipimpin dengan hitungan satu, dua, tiga oleh kak Vino yang memang pentolan angkatan mereka. Setelah hitungan ketiga, langsung riuh suara teriakan dari para murid kelas tiga itu. Mereka semua lulus. Mereka langsung melompat-lompat, saling memeluk, bahkan sampai menangis. Beberapa dari mereka terlihat langsung keluar gedung sekolah. Mereka mencoret-coret baju dengan piloks, ada juga yang langsung membawa motornya seperti hendak konvoi.
Dari lantai dua aku melihat kak Vino masih di lapangan, is sedang bersalaman dengan para guru dan juga berfoto-foto dengan para guru, maupun dengan teman-temannya. Kemudian mata kak Vino menengok ke arahku dan Fera berada. Kak Vino melambaikan tangan sambil tersenyum, lalu berjalan ke lantai dua menemui kami.
"Hei!" sapa kak Vino setelah sampai di lantai dua.
"Selamat ya, Kak!" kata Fera sambil meraih tangan kak Vino.
"Selamat ya, Kak!" kataku mengikuti Fera.
"Makasih ya," kata kak Vino.
"Kan lulus nih, traktir dong, Kak! Hehehehe," kata Fera.
"Boleh. Sekarang aja gimana?" tanya kak Vino.
"Boleh bangeeeett, Kak!" kata Fera antusias.
"Mau makan apa?" tanya kak Vino.
"Hmm ... Karena yang bawa motor Cuma Kak Vino, dan gak mungkin kalo kita tumpuk tiga di motor, jadi kita makan bakso depan sekolah aja deh," kata Fera.
"Ya udah, boleh. Yuk!" kata kak Vino.
Aku, Fera dan kak Vino pun berjalan menuju warung bakso di depan sekolah. Sesampainya di sana, kami pun segera memesan bakso pada bu Tuti, isteri pemilik warung bakso itu.
"Oh iya, Kak. Kak Vino diterima di universitas negeri ya?" tanya Fera.
"Iya, alhamdulillah," jawab kak Vino.
Tiba-tiba ponsel Fera berbunyi dan langsung dia angkat. Sepertinya itu dari kak Ferdy, tapi muka Fera sangat panik saat menggangkat telepon itu.
"Bu Tuti, baksonya dua aja, aku gak jadi!" kata Fera berteriak sambil berdiri dan mengangkat tasnya.
"Mau kemana, Fer?" tanyaku agak terkejut.
"Duh, gue lupa, Ya, ada janji sama Kak Ferdy. Duh, sorry ya, sorry gue balik duluan. Bisa diamuk nih gue!" kata Fera panik. "Kak, duluan ya!" kata Fera sambil buru-buru pergi.
"Ish, Fera nyebelin banget sih!" gerutuku sendiri.
Kemudian dua mangkuk bakso sudah datang ke tempatku.
"Ya udah, kita makan dulu aja ya?!" kata kak Vino. Akhirnya aku hanya makan berdua dengan kak Vino.
Sebenarnya aku agak canggung makan hanya berdua dengan kak Vino begini. Selain karena perasaan tidak enak karena penah menolaknya di tempat ini, aku juga tidak enak pada Danu. Kita memang belum berpacaran, tapi aku rasa aku harus menjaga hati dengan tidak dekat-dekat dengan cowok lain.
"Tiya, kamu pacaran sama Danu ya?" tanya kak Vino.
Aku hanya menjawabnya dengan senyum.
"Danu baik kok. Dia pernah nolongin Kakak waktu mau dipalak sama preman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Novela JuvenilAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...