Part 9

8 0 0
                                    

"Kenapa sedari tadi kau hanya diam?" Fian membuka suara ketika mobil yang dikendarainya sudah keluar dari gerbang rumah Fia.

Gia menatap ke arah Fian kemudian merubah posisi duduknya menjadi tegak.

"Memangnya aku harus apa?" Gia masih pada posisinya namun Fian tak kunjung menjawab ucapannya membuat Gia menghembuskan nafasnya lelah. Gia memutuskan untuk kembali menyandarkan punggungnya seperti posisi awal ia masuk mobil.

Dan setelah itu keheningan mendominasi semuanya. Gia yakin jika pria itu tadi mendengar ucapannya tapi kenapa ia tak menjawab.

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Gia memecah keheningan.

"Ke rumah ayahku." Jawab Fian tanpa menoleh ke arahnya.

"Untuk apa kau membawaku ke sana." Fian menghela nafas kasar.

"Kupikir kau gadis yang pendiam tapi ternyata tidak ada bedanya dengan Fia."

"Hey, kenapa kau menyamakanku dengan kekasihmu itu. Aku berbeda dengannya."

"Kalian sama saja, banyak bicara."

"Memangnya salah banyak bicara? aku kan hanya bertanya. Lagi pula kita ini baru kenal jadi aku harus selalu waspada denganmu." Fian memutar bola matanya malas.

"Kau tidak boleh memutar bola matamu seperti itu. Tidak sopan." Kesal Gia yang kemudian menolehkan kepalanya ke jendela. Melihat apa saja yang bisa ia lihat di luar sana.

"Aku ada urusan penting dengan ayahku dan mungkin akan lama." Ucap Fian pada akhirnya. Fian menoleh sekilas pada Gia lalu tersenyum ketika gadis itu tak lagi membalas ucapannya.

"Bersiaplah sebentar lagi kita sampai." Ucap Fian memberitahu. Sontak saja Gia menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau membawaku ke sini?" kesal Gia ketika mobil berhenti tepat di sebuah mansion yang terlihat begitu mewah.

"Kau lupa siapa kau sekarang untukku?" ucap Fian dengan seringaian tipis di wajahnya.

Gia menghela nafas kembali teringat dengan posisinya sekarang.

"Aku ingat."

***

"Fian, siapa yang kau ajak? kenapa kau tak bersama Fia?" tanya pria tua yang berumur kurang lebih 43 tahun. Gia tersenyum kaku ketika pria tua itu menatapnya penuh selidik.

"Oh ayolah ayah, kau tidak mempersilahkanku masuk dulu." Ucap Fian dengan wajah lelahnya.

"Baiklah-baiklah, ayo masuk!"

Fian menarik lengan Gia tanpa mempedulikan pemiliknya yang kini meronta meminta dilepaskan.

"Lepaskan, aku bisa jalan sendiri." Bisik Gia pada Fian ketika pria itu menariknya, mempersempit jarak keduanya. Tentu saja itu bukan bisikan bagi ayah Fian karena pria itu tersenyum tipis ke arahnya. Baru kali ada gadis yang menolak perlakuan anaknya.

"Ini Gia, dia asistantku sekarang." Ucap Fian pada ayahnya yang kini berjalan tepat di depannya. Alex, ayah Fian menoleh sekilas ke belakang lalu mensejajarkan langkahnya.

Alex mengerutkan dahinya. Ia melihat Fian terlihat begitu posesif dengan gadis yang katanya asistantnya itu. Fian memenjarakan Gia dengan lengan yang dilingkarkan di pinggang gadis itu.

"Asistant?" tanya Alex yang dibalas anggukan kepala oleh Fian, "aku tidak percaya. Dia ... seperti selingkuhanmu."

Deg

Bola mata Gia hampir menjuntai ke lantai dan telinganya terasa sakit mendengar ucapan pria tua itu.

Selingkuhan? bahkan Gia tak pernah berpikir seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIA'FY LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang