"Ekhem... Melamun lagi!" Seru Uni mengagetkanku.
"Maaf uni, lama ya melamunnya? "
" Dua jam ra... "
"Iya??" Kagetku.
"Just kidding, ra! "
" Hmmm"Dari balik pintu, ada seseorang yang kelihatannya mau masuk. Kebetulan pintunya tidak dikunci.
"Assalamuallaikum "
" Siapa, ra? "
" Sst.. Tunggu, ni!"
"Walaikumsalam, siapa ya? " Jawabku sambil menuju ke arah pintu. Uni tertawa melihatku kerepotan berjalan.
Ketika aku ingin keluar melihat siapa yang datang, umi terlebih dulu mengagetkanku dengan muncul dari balik pintu.
" Assalamuallaikum, adek! " Seru umi.
" Walaikumsalam, umi! " Jawabku sambil mencium punggung tangan umi. Tetapi mataku berkeliaran mencari tahu siapa yang tadi datang sebelum umi.
" Cari siapa, ra? " Tanya umi.
" Sebelum umi datang, tadi ada tamu. Suaranya laki-laki. Dan herannya lagi, suaranya seperti abi! "
" Benarkah? Yaudah ra, lebih baik kamu coba dulu sepatu Uni! " Sahut Uni dari belakang. .
" Iya Uni. Pasti pas kok! "
Uni berkekeh. Umi membawa tas belanjanya ke dapur . Ia tidak berhenti memandangiku. Ia tersenyum seakan ada sesuatu dalam penampilanku.
Aku masih bingung, memikirkan siapa pria yang datang sebelum umi.
" Pas! " Seru uni.
Aku tersenyum. Telepon ku berdering . Dan ternyata itu dari Alasca, teman satu bangku ku di kelas." Assalamuallaikum! "
" Waalaikumsalam, ada apa ka? "
" Ra, sebentar lagi acaranya dimulai. Kamu cepat kesini. Aku sudah nyiapin dua kursi, untukmu dan Umi Zan. "
" Iya ka. Terima kasih sudah perhatian. Ra masih nunggu umi. Sebentar lagi Ra berangkat! "
" Cepat ya, aku nggk sabar liat wajah kamu di make up in. "
" Apaan sih, Ka! "
" Sudah sudah... Wasalamualaikum! "
" Waalaikumsalam. "
Tittt.. Telepon berakhir." Dari siapa, Ra? " Tanya umi sambil menaiki tangga.
" Dari Alasca, mi! "
" Ayo, umi sudah siap! Kita naik sepeda Uni saja. Tunggu sebentar Ra, umi mau ambil tas di kamar. "
" Iya, mi. "
Setelah 1 menit, umi keluar dari kamar dan menuju ke bawah.
" Aduh... " Rintihnya.
" Umi... Kenapa? "
" Nggk apa-apa Ra, ini cuma keseleo! "
" Keseleo? Umi istirahat saja. Nanti Uni yang temenin Ra. "
" Tidak sayang, umi tidak apa-apa kok! "
" Baiklah. Ayo Ra bantu turun! "Aku uni, dan umi keluar rumah. Umi menggembok pintu dan menuju ke rumah uni untuk mengambil sepeda.
" Naik mobil saja, mbak! Aku yang nyetir! Sekalian aku mau ikut liat wisuda Aira. "
" Boleh. "
Uni memanaskan mobilnya di garasi. Setelah itu, kami berangkat.
Sesampainya di sekolah, aula sudah penuh dengan Siswa-siswi dan para pendamping. Disana mereka terlihat sangat cantik dan menawan memakai kebaya. Nampak seseorang yang melambai-lambaikan tangan dari arah tempat duduk yang masih kosong. Ternyata itu Alasca. Dia terlihat sangat anggun dengan memakai make up.
"Mi, itu Alasca! "
" Iya Ra. Disitu banyak kursi yang kosong kan.. Bilang tambah satu kursi lagi. "
" Ponselku mana ya?? "
" Di mobil, Ra! "
" Masyaallah.... Umi sama Uni tunggu dulu ya, Ra mau ambil ponsel. "
" Iya Ra, ini kuncinya! "Aku mengambil kunci itu dan segera berjalan tergopoh-gopoh menuju mobil. Letaknya lumayan dekat dari aula. Setelah mengambil ponsel, aku diam sejenak di sebuah tempat duduk.
Kakiku merasa pegal karena memakai hak yang terlalu tinggi.
Aku memijit-mijit persendian kakiku. Tak terasa daritadi umi melambai-lambaikan tangannya. Bapak kepala sekolah juga sudah datang. Aku berlari terburu-buru karena tempat duduk yang disiapkan Alasca cuma 2. Aku tak sempat menghubungi Asca, karena pikiran ku terfokus pada umi dan Uni yang sedari tadi berdiri menungguku.
"Ra, kamu sudah bilang ke Asca? "
" Belum mi, Ara tadi kecape'an. Sebaiknya Umi sama Uni aja yang duduk. Ara nanti numpang duduk ke Alasca. Cukup kok mi, Asca kan kurus. Satu kursi berdua " Jawabku sambil mengedipkan mata tanda sudah beres." Bener? " Tanya Uni tidak yakin dengan opiniku.
Aku menganggukkan kepala dan menarik tangan Umi dan Uni menuju ke Alasca." Hai Cantik! " Seru Alasca.
" Walaikumsalam! " Jawabku sinis.
Asca salah tingkah dan malu. Mamanya menertawainya.
" Assalamuallaikum, Tante Sekar. "
" Walaikumsalam, nak. Loh.... Tante sampai nyiapin kursi dua. Asca gimana sih.. Katanya 2 kursi? "
" Katanya Aira 2 ma... "
" Maaf sebelumnya tante, Asca. Tadi Uni mendadak pengen ikut. Aira tidak sempat menghubungi Asca! "
" Oh... Terus gimana ini ya. Tadi banyak kursi yang masih kosong. Sekarang udah ditempatin semua nak! " Jawab Tante Sekar sambil melirik ke samping dan belakang seraya mencari kursi kosong.
" Mbk Zan, silahkan duduk! " Lanjutnya.
Umi duduk dan Uni juga nyusul. Aku melirik ke Asca. Dia tampak sebal kepadaku.
" Boleh numpang duduk? sapaku menggodanya.
Asca membelakangiku. Dia tidak meresponku.
"Asca... " Rayu ku.
Dia menggeser badannya dan menyisakan setengahnya untukku. Dia memang sahabat terbaikku. Meskipun sebal, marah, kecewa dia tetap peduli padaku.
" Kamu gemukan ya Ca,?
Dia kaget dan mencubitku.
"Apaan sih Ra.... Nggak lucu tau.. "
" Iya Ra, dia jam makannya tambah."
Goda mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Kau Menjadi Hafidzh
EspiritualGadis yang ditinggalkan sang abi, hidup bersama umi dan kakak perempuannya. Ketabahan adalah kunci utama yang ia pegang. Pada akhirnya ia harus menikah muda. Tak mudah untuk menerima semua itu, ia tak mungkin begitu saja menerima lelaki yang tidak i...