Namaku Fanya Azzahra, seorang pecinta game yang masih pemula. Walau tergolong pemula, aku rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli consol game beserta dengan CD gamenya yang tidak murah. Tidak tahu sejak kapan aku menjadi suka bermain game. Padahal jika dilihat dari penampilan, aku seperti seorang kutu buku. Dan itulah yang orang-orang pikirkan tentangku. Bahkan orang tuaku juga berpikir bahwa anak mereka ini adalah seorang kutu buku. Sebenarnya tidak salah juga kalau banyak orang yang mengatakan seperti itu. Karena sering kali ketika aku membaca, aku seperti membuat benteng di sekelilingku.
"Hai Anya!" terdengar suara dari belakang bangkuku.
"Whuaa... Siapa sih? Owalah kamu, ganggu aja."
" Ya lagi, kamu kenapa tidur sih? Padahalkan baru aja sekolahnya dimulai," sahut Riska, teman baruku semenjak aku duduk di bangku SMA.
"Akhir-akhir ini aku sering tidur kemaleman soalnya, jadi ngantuk."
"Ngapain aja? Kok tidurnya kemaleman?"
"Keasikan sama hobi sih, jadi sering lupa waktu. Hehehe," jawabku.
"Udah berapa novel abis, Nya? Seseru itu apa baca buku? Gak ngerti deh sama anak-anak yang suka baca, apa serunya coba."
Belum sempat aku jawab pertanyaan Riska, tiba-tiba Bu Yama, guru matematika kami datang.
"Ayo, ayo semuanya duduk! Sekarang kumpulkan tugas kalian yang minggu lalu sudah Ibu berikan!"
Mendengar perkataan Bu Yama, wajahku langsung pucat pasi. Aku bukan anak yang biasanya lupa akan hal-hal yang bersangkutan dengan sekolahku. Tapi untuk kali ini aku benar-benar tidak ingat.
"Bu Yama, maaf saya ingin izin, mau ke ruang UKS. Sepertinya saya kurang enak badan," kataku menghampiri Bu Yama.
"Fanya kenapa? Ini masih pagi padahal. Yaudah, sana kamu ke UKS. Dan untuk yang lainnya, tolong ini dijadikan pelajaran. Jika memang tidak enak badan, lebih baik istirahat di rumah, supaya lebih optimal."
"Terima kasih, Bu, saya akan segera kembali setelah merasa lebih baik. Saya permisi, Bu," kataku dan melanjutkan melangkah ke luar kelas.
Diam-diam tadi aku telah memasukkan buku tugasku ke dalam jas sekolahku. Sebenarnya, aku cukup khawatir akan tindakan yang baru saja aku lakukan karena sama saja seperti aku membolos pelajaran. Aku memang dikenal sebagai anak yang rajin. Jadi, ini merupakan kali pertamanya aku pergi meinggalkan jam pelajaran. Tidak tau kenapa ini sangat bertolak belakang dengan sikapku biasanya.
"Semoga saja Bu Yama tidak mencurigaiku," sahutku dalam hati sambil berharap-harap cemas.
Ketika sampai di UKS, untung saja guru yang biasa menjaga UKS sedang tidak masuk. Jadi, aku dapat leluasa mengerjakan tugas yang membuatku pergi ke UKS ini. Di tengah mengerjakan tugas, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang masuk ke mataku dan membuatku sangat pusing. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur sebentar. Aku telah memasang alarm di telfon genggamku agar aku tidak tidur terlalu lama. Tak lama setelah aku tertidur, terdengar bunyi yang sangat kencang dari arah jendela. Sesaat aku merasa jantungku berhenti berdetak sesaat. Aku bukan anak yang penakut, hanya saja aku sangat ketakutan.
"Kira-kira tadi itu apa ya? Kok jadi agak serem gini sih?"
Aku mereasa seperti pernah mengalami hal ini. Setelah kuingat-ingat, ternyata ini persis seperti game yang tadi malam aku mainkan, walaupun belum selesai kumainkan. Hanya saja pemeran utamanya bukanlah seorang anak sekolahan, melainkan seseorang yang menderita penyakit keterbelakangan mental yang berusaha menghentikan seorang penguasa waktu. Aku segera menyelesaikan tugas dari Bu Yama yang belum selesai aku kerjakan. Tak sampai sepuluh menit aku menyelesaikan tugas tersebut. Segera saja aku pergi meninggalkan UKS menuju kelasku. Sesampainya di kelas,
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER
Mystery / ThrillerAnya, seorang siswi teladan tiba-tiba berubah. Ia tidak mengerjakan PRnya dan ia meninggalkan pelajaran. Hingga akhirnya, ia berganti dimensi. Untuk kembali ke dimensi asli, Ia harus dapat memecahkan kode-kode yang diberikan oleh Black Stave.