Setelah berhasil menaikkan Charryn kembali ke kasurnya dengan awkward, Davin langsung membuka pintu dan berjalan keluar untuk memanggil mama Charryn.
"Ehm, tante. Maaf tadi itu.."
Belum sempat Davin menjelaskan, sudah dipotong aja oleh mamanya Charryn. Bukannya menjawab, si tante langsung berlalu membuka pintu dan masuk ke ruang rawat.
"Aduh! Gimana sih kamu, kok kalo bawa motor gak pernah hati-hati. Padahal anak cewek juga!" Melihat lawan bicaranya, Charryn langsung menunjukkan ekspresi apaan sih ma tanpa berbicara diikuti dengan putaran bola matanya.
"Lihat, kaki kamu sampe di perban gini, gimana kalau kenapa-kenapa? Haduh, pusing mama."
"Tante, maaf motong, tapi saya yang nabrak dia," Davin menyela, bikin si tante lalu melotot dengan wajah tak percaya.
"Makanya, sebelum ngoceh nanya dulu dong, ma," Charryn langsung masuk ke percakapan diikuti dengan tawa kecilnya.
"Ini saya mau mengutarakan maaf dan pengen ngasih tau juga kalo soal administrasi segala macem udah saya urus. Sekali lagi mohon maaf," tutup Davin.
***
Suasana awkward kembali menghampiri. Mamanya Charryn, lagi pergi ke kantin rumah sakit dan tentunya meninggalkan mereka berdua dalam diam. Keduanya saling sibuk sendriri memandangi HP masing-masing berpura-pura mengutak-ngatik timeline Instagram meski yang terlihat hanyalah keduanya yang terus menerus menarik turun homepage karena sudah tidak ada konten baru.
Tanpa sadar, keduanya mengangkat kepala bersamaan setelah habis ide soal timeline instagram yang sudah tak bisa lagi di refresh. Charryn dengan selera humor yang rendah kemudian merasa tak tahan & tawanya pecah, mengisi ruangan yang penuh dengan diam. Di sisi lain, Davin pun bingung karena dia tak tahu mengapa Charryn tertawa.
"Sorry, Sorry. Selera humorku itu rendah banget. Hal kecil pun ku ketawain walaupun gak perlu!" Charryn lalu melanjutkan cekikikannya. Entah mengapa, Davin yang biasanya dingin dan anti dengan hal yang tak penting malah tidak keberatan dengan tingkah aneh perempuan ini.
Cuma perasaan bersalah, katanya dalam hati. Apaansih, ketawa gak jelas, sambungnya lagi sambil menunggu perasaan keberatan yang tak kunjung datang. Malahan, dia merasa hangat? Eh?
***
"Maaf ya jadinya Charryn harus nginep di rumah sakit gini gara-gara saya," Davin membuka pembicaraan setelah 5 menit tante Karen, mamanya Charryn, masuk ke ruangan inap.
"Gapapa kali, tante yakin pasti si Charryn ini ngebut-ngebut. Kalo kenapa-kenapa gimana? Mama 'kan khawatir banget," omel tante Karen.
Percakapan pun mengalir begitu saja, dan herannya si non-ekspresif entah bagaimana caranya berhasil mengikuti semua percakapan tanpa canggung. Mulai dari Charryn yang membantah tuduhan kebut-kebutan dari mamanya, Davin yang mengiyakan, hingga bagaimana dia bisa tak sengaja nerobos lampu merah.
Aneh. Tidak seharusnya Davin yang kurang ekspresif itu bisa berbicara dengan selancar & seterbuka ini. Tapi yahhhh, sudahlah. Pada akhirnya, toh, percakapan itu berlangsung selama dua jam sebelum akhirnya tante Karen harus pamit & kembali ke kantor untuk bekerja.
"Sudah ya, titip dulu Charrynnya. Harus balik ngantor, nih, ada meeting penting 30 menit lagi," mamanya Charryn berkata sambil melambaikan tangan diikuti iya-an dari kedua anak muda itu.
***
Tidak ada yang tau Rumah Sakit Brawijaya ini dimiliki papanya Davin. Memang itu yang dia inginkan; gak mau ada yang tau kalau Bambang Brawijaya adalah papanya. Paling anti kalau dia dan kesuksesannya di kaitkan terus dengan sosok papanya. Dia tidak hidup di bawah ketiak papanya! Capek-capek dia bangun semua dengan segala ketidak setujuan dari keluarganya, eh malah mau di kait-kaitkan. Please, no.
Di ruangan serba putih, meski masih di dominasi diam, mereka mulai mengeluarkan sepatah dua patah kata sebagai usaha untuk ngobrol. Topiknya, ya tentu saja masih seputaran topik orang yang baru kenalan. Tapi akhirnya semua ke awkward-an yang ada di putuskan rantainya oleh si laki-laki.
"Oke baiklah, aku mau kerja juga. Sore ini aku bakal pulang cepet buat cek kamu di rumah sakit. Nanti biar di final check juga sama dokternya," jelas Davin.
"Siap, pak. Biar aku tidur dulu sekarang,"
Dan dengan begitu, percakapan pun berakhir dan Charryn tertidur.
***
Empat jam sudah berlalu semenjak Davin keluar dari ruangan itu, sepanjang itu jugalah Charryn berusaha tidur. Tentunya usahanya tak membuahkan hasil karna bisa kita lihat kalau matanya sedang terbuka lebar menonton video Youtube genre horor.
Memang itu kebiasaannya, suka dengerin atau nontonin cerita horor untuk menemani sunyi di berbagai belahan waktu kosongnya.
"Setelah adzan maghrib berkumandang, pintu belakang rumahpun ku tutup sesuai pesan dari ibuku. Namun setelah menutup pintu, ada yang aneh. Aku merasa ada seseorang yang sedang melihat ke arahku melalui jendela yang ada di samping pintu. Tiba-tiba pintu di buka....."
Dan pada detik yang sama, pintu kamar itu terbuka kuat sampai Charryn terkejut bukan main. Ya allah, laki-laki sialan. Ternyata itu Davin yang baru pulang kerja.
Lagi-lagi Charryn melantunkan ucapan ya allah melihat betapa berantakannya pakaian si laki-laki sialan itu. Tapi herannya berantakannya bukan yang gak enak dilihat sih. Malah makin lama dilihat makin... ah sudahlah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth - She Is Not Your Friend
Non-FictionKita semua pasti punya seorang sahabat. Bukan, bukan baik hanya di depan saja. Tapi apakah kamu juga sahabatnya? Kamu yakin dia gak sembunyiin apapun dari kamu? *** Charryn, siswa yang cukup menonjol dan terkenal di SMA swasta favorit, dan Davin , s...