SeMen-5 : Luka

259 10 1
                                    

"Bebeb nya A'a Samudera... " panggil Samudera dengan suara yang cukup dibilang keras. Mentari yang mendengar suara Samudera segera mencari cowok itu dan terlihatlah Samudera dengan wajah lelah namun senyum manis masih di bibirnya.

Dengan wajah lelahnya Mentari menjawabnya dengan ketus, "Berisik," Samudera hanya terkekeh mendengar jawaban dari kekasihnya tersebut.

"Nih, minum dulu kasian gue ngeliat lo udah kaya OG sekolah beneran. "Ucapnya dengan tangan yang menggenggam sebotol air yang ada di tasnya. Mentari yang mendengarnya segera berjalan menuju keberadaan Samudera.

Di ambilnya botol itu yang masih dipegang Samudera,Mentari meminumnya dengan rakus seperti orang yang tidak minum beberapa hari. Samudera masuk kedalam melihat ruangan itu tampak rapi karena Mentari.

"Lo udah selesai ngejalanin hukumannya? "Tanya Mentari ketika selesai meminum air yang diberikan Samudera.

"Udah Sayang, malahan udah istirahat. "Ucap Samudera membuat Mentari mengedipkan matanya berulang kali.

"Beneran? Kok gue nggak ngedenger ya, "tanya Mentari, Bingung.

"Kan ruangannya kedap suara, Sayang. " kata Samudera menekan kata Sayang. Mentari hanya tersenyum malu, sementara Samudera berjalan menuju gitar akustik yang berada dipojok ruangan. Mentari hanya diam sambil melihat apa yang akan dilakukan oleh cowok itu.

"Sini jangan jauh jauh nanti kalau gue kangen gimana? "Tanyanya dengan mengedipkan sebelah matanya. Mentari bergidik ngeri melihatnya namun tak urung mendekat kearah Samudera yang telah duduk di kursi dengan memangku gitar yang telah diambilnya.

"Gombal aja lo kuda nil, " sahut Mentari saat sudah duduk disamping Samudera. Cowok itu mulai memetik senar pada gitar yanh dipangkunya membuat ruangan itu serasa lebih hidup karena Samudera.

Kini suara berat milik Samudera memasuki pendengaran Mentari, gadis itu sejenak terpaku dengan suara serta gitar yang dimainkan oleh kekasihnya.

Dia indah meretas gundah

Dia yang selama ini ku nanti

Pembawa sejuk, pemanja rasa

Dia yang selalu ada

Seakan tersihir dengan Samudera, Mentari menatapnya dengan tatapan memuja. Samudera tersenyum menyadari bait tersebut ketika Mentari selalu ada disisinya saat sedih maupun senang dan hanya Mentari yang sabar dengan segala tingkah laku dirinya.

Di dekatnya aku lebih tenang

Bersamanya jalan lebih terang

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku

Berdua kita hadapi dunia

Kau milikku milikmu kita satukan tuju

Bersama arungi derasnya waktu

Lagu itu seakan membawa Mentari untuk ikut menyanyi. Walaupun suara tidak Bagus Mentari tetap bernyanyi hingga lirik terakhir lagi tersebut. Samudera tersenyum manis setelah menaruh gitarnya kembali, tangannya menggenggam tangan Mentari menatapnya lurus kedepan.

Jarak keduanya kini sudah terkikis, bahkan hidung mereka sudah bersentuhan. Mentari menutup matanya sembari merasakan hembusan nafas Samudera.

"Haloo, yaampun kalian lagi ngapain? "

***

Angin tolong bawa aku pergi dari sini, aku sudah lelah untuk menjalankan drama yang berada dikeluargaku. Angin kamu yang selalu menemaniku setelah bayanganku sendiri. Aku berharap kamu bisa menolongku yang sudah terjatuh dalam lubang hitam yang ku beri nama, luka.

Gadis itu membaca tulisannya yang telah ia tulis di buku hariannya. Ditemani dengan segelas susu hangat ia menghirup udara dari kamarnya.

Dirinya menghadap kearah kaca jendela yang sengaja berdekatan dengan meja belajar miliknya dan sekarang ia dapat menyaksikan drama yang dilakukan oleh keluarga kecilnya.

Jika kalian ingin tahu bahwa apakah ia senang dengan hidupnya? Jawabannya adalah tidak! Bahkan rasanya gadis itu ingin melukai dirinya sendiri sangking dalamnya luka yang ditorehkan oleh orang tuanya.

Dia hanyalah gadis rapuh yang menutupi semuanya dengan tersenyum. Senyum yang dihasilkan dari topengnya, topeng yang entah kapan ia lepas dan dia harus menggunakan wajah aslinya di depan seseorang.

"Heii, lo itu kuat. Nggak usah nangis lagi, mukanya jelek tau. "Ucapnya pada dirinya sendiri. Setelahnya gadis itu bercermin dan pantulan itu memperlihatkan wajah jeleknya. Matanya sembab, hidungnya merah. Benar-benar miris hidupnya

"Lo sudah mirip dengan zombie. " ucapnya sambil terkekeh pada pantulannya sendiri. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya keatas kasur matanya menatap langit langit yang bertaburan Bintang. Ia sangat suka dengan Bintang.

Setelah puas dengan bintangnya matanya beralih kearah baju yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Seragam baru miliknya, bahkan melihatnya saja ia tidak berminat. Tapi ia berharap kalau ia bisa bertemu seseorang yang akan menjadi sandarannya walau hanya sementara.

"Non, makan dulu. "Ucap wanita itu memanggil dirinya. Gadis itu segera duduk tegak kemudian berjalan kearah pintu, dibukanya dan sekarang dihadapannya adalah mbok As.

"Nggak laper, tapi makanannya taruh saja disitu. Nanti aku makan, "jawabnya mbok As hanya menangguk dan menaruh nampan tersebut diatas meja belajar sekilas ia dapat melihat tulisan tangan dari majikannya.

Hatinya seperti teriris melihat penampilan majikannya, gadis yang seharusnya tertawa dengan teman temannya kini malah mengurungkan dirinya seakan dirinya adalah parasit didalam keluarganya.

"Non, mau mbok suapin? "Tanya mbok As dengan lembut. Gadis itu menggeleng sebagai jawaban.

"Nanti, Airin makan sendiri aja. "

***

Holllaaaaa gengs gimana dengan ceritanya. Oke yang terpenting adalah vote And commentnya!

See you 😚

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang