Pacarku Romantis

9.9K 281 6
                                    

Pacarku romantis, bagian 3

~
Achasa Adreanna
~

"HUUUWAAAAA" jerit ku, aku duduk di gazebo rooftop sambil menangis seperti anak kecil kehilangan permen.

Jadi selama ini aku cuma selingkuhan? Jadi selama ini Rastus itu udah punya calon istri dan karna bosan sama calon istrinya dia cari pelarian dulu.

"HUWAAAAAAAAA" memikirkan itu membuat tangisku tambah kencang. Dasar Rastus jahat! Dasar tegaan!

Aku sesugukan, tangan kananku memeluk kedua lututku sedangkan tangan kiriku membuat pola lingkaran pada lantai gazebo.

Hikss.. Rastus tayi

Aku membolos sajalah hari ini, biarlah nanti masuk ruang BK yang penting hasrat menangis dan galauku tercukupi.

"Bocah banget sih" aku mendongak ketika mendengar ejekan itu dan mendapati Rastus yang sedang berdiri dengan tangan yang di masukkan kedalam saku celananya.

Dia bilang aku bocah? Tau gak sih dia kalo aku lagi sakit hati gara-gara dia selama ini bohongin aku? Tau gak sih dia kalo aku nangis gara-gara aku harus ngalah demi primadona itu? Tau gak dia? Ya enggak lah, orang dia aja ngatain aku bocah.

"Sana pergi, ntar di hukum lagi" ujarku mengusirnya, lalu aku kembali membuat pola lingkaran di lantai gazebo ini. Bukannya pergi dia malah duduk di sampingku. Aku menoleh padanya dan mendengus.

"Ngapain kamu dengus-dengus kayak banteng?" ARGHHH... Sumpah deh ya! Aku pengen gigit dia sekarang! Dasar gak peka!

"Sana pergi! Aku mau sendiri dulu" aku mendorong bahunya tapi itu percuma, karna dia sama sekali tidak bergerak.

"Kamu minta putus? Oh, oke" ujarnya, dia bangkit dan mulai berjalan pergi.

Aku melongo, sejak kapan aku minta putus? Aku kan bilang kalo aku mau sendiri dulu buat nenangin diri dulu bukan buat pisah sama dia.

"HUAAAA RASTUS AKU GA MAU PUTUS" teriakku, kemudian berlari mengejarnya yang hampir menginjak anak tangga. Aku memeluknya dari belakang dan sesugukkan di balik punggungnya.

"Aku kan bilang aku mau sendiri, bukan mau putus Rastus. Kok mau malah mutusin aku hiks.." Ujarku sambil sesugukkan. Rastus melepaskan pelukan ku dan memutar tubuhnya menatapku.

Pletak!

Dahiku disentil Rastus, hiks.. Sakit.
"Makanya kalo ngomong itu yang jelas jangan sepotong-potong" ujarnya, sambil mengelus dahiku, aku menatapnya cemberut "aku kan jelas ngomongnya, kamu aja yang salah artiin" ujarku membela, Rastus diam saja, kemudian mendorongku pelan.

"Sana nangis lagi, aku mau pergi." Kemudian dia menutup pintu rooftop dan pergi dari hadapanku.

Aku, ditinggal lagi?

"HUWAAAAAA RASTUS TAYI!!!" Pekikku kesal.

~

"Kenapa? Belum selesai nangisnya? Mau nangis lagi?" Ujar Rastus, dia menyeretku mengikutinya menuju parkiran.

Aku masih cemberut, dari tadi aku sudah membujuk Rastus untuk memberi tahuku apa hubungannya dengan Primadona sekolah itu. Tapi beratus-ratus kali aku bertanya Rastus malah mengabaikanku dan sekarang dia begitu cueknya bertanya seperti itu.

Apa dia nggak tau kalo nangis itu bikin sakit kepala? Apa dia ga tau walaupun nangis itu bikin lega tapi ujung-ujungnya nanti bikin ngantuk? Apa dia ga-

Pletak!

"Awww.."

"Jangan kebanyakan melamun ntar kesambet setan" lagi-lagi dahiku di sentil dengan tidak berperasaan oleh Rastus. Dasar cowok jahat!

"Sana pulang sendiri! Ga usah ajak-ajak aku! Ajak aja tuh si primadona sekolah itu!" Ujarku kesal, Rastus menaikkan sebelah alisnya kemudian mengangguk.

"Yaudah kalo gitu," dia melajukan motornya meninggalkanku dan berenti di depan pos satpam tempat si primadona itu sedang duduk.

Dari sini mereka tampak bercakap-cakap sebentar sebelum akhirnya melirikku sebentar dan pergi dengan primadona itu duduk di atas motor milik Rastus.

Aku gigit jari!!!

RASTUS TAYI!!! DASAR APATIS!!!

Dengan kesal aku berjalan kegerbang sekolah, Fini sudah pulang dari tadi karna di suruh jagain adiknya. Jadi terpaksa aku harus pulang sendirian kerumah. Beberapa orang melirikku dan tidak ada yang berani menyapa atau emang gak mau nyapa, entahlah aku juga ga peduli.

Itu malah lebih baik jika tidak ada yang menyapa jadi aku nggak perlu repot-repot tebar senyum palsu.

Sampe rumah, aku lansung rebahin diri di kasur dan tidur. Aku capek dan ngantuk!

~

Pas bangun, udah jam delapan malam, perutku keroncongan. Persedian snack ku habis, mau keluar udah terlalu malam, tapi aku lapar.

Aku mengambil handphoneku dan hendak menghubungi Rastus, tapi kuurungkan mengingat aku yang masih marah padanya.

Telpon Fini dia itu perempuan mana boleh keluar semalam ini, jadi opsi satu-satunya itu adalah telepon Vano, bedoa aja moga dia ga sibuk.

"Hallo.."

"Hallo sasa kenapa?"

"Vano, help me yah? Gue laper tapi ga berani keluar, beliin gue nasi bungkus dong, ntar pas dirumah gue ganti uangnya yah" dari sini aku harap Vano mau membantuku.

"Oke, tunggu ya" setelah itu telepon terputus.

Aku berjalan memasuki kamar mandi, aku tidak mandi, hanya gosok gigi, cuci muka, tangan dan kaki, kemudian ganti baju.

Sambil menunggu Vano aku memilih duduk di kursi teras rumah, hanya sebentar karna bunyi deru kendaraan mulai terdengar dari jauh ketika tepat berhenti si depan rumahku, aku bingung, kenapa yang muncul Rastus bukan Vano?

"Lah Vano mana?" Tanyaku, bukannya menjawab Rastus malah membuka pintu pagarku dan memasukkan motornya ke halaman rumahku.

"Lain kali, kalo butuh sesuatu bilang ke aku, bukan ke Vano. Kalo dikit-dikit minta tolong Vano mendingan kamu pacaran sama Vano aja." Rastus mengomel sambil mengulurkan kantong plastik nasi bungkus, aku mendengus ketika menerimanya.

"Bawel, kamu. Biasanya juga ga peduli" ujarku.

"Sana masuk, ntar masuk angin" setelah bilang begitu dia pergi dari rumahku.

Btw, kenapa Rastus yang ngantarin nasi dan bukannya Vano? Waktu baru mau nanya dia nya udah ilang.

Kek marquez ya dia bawa motor, 

Ati-ati aja jatuh, kalo dianya jatuh aku ketawain aja deh.

Aku mengambil ponselku dan mengirim Wa padanya,

Achasa A : makasih :*

Beberapa menit menunggu balasan tapi yang ada hanyalah pesan ku cuma di read.

Ternyata benar, Rastus itu TAYI!

Achasa A : Tayi kamu ya

Send!

~

Pagi-pagi sekali aku sudah nangkring di sekolah,  aku mau nyontek soalnya. 

Selesai nyontek, aku pergi ke kantin beli permen. Makan permen, aku lari-lari kecil keluar kantin,  tapi aku malah nabrak orang.

Upss...

"Sorry.." ujar ku dingin.  Aku mengulurkan tanganku berniat membantu orang yang ku tabrak, tapi ketika tau orang yang ku tabrak si primadona sekolah itu, aku menarik kembali uluran tanganku yang membuat dia terjatuh kelantai.

"Upss" ujar ku tampa rasa bersalah, seperkian detik aku berlalu dari hadapannya meninggalkannya yang menangis sesugukkan.

Idc ya,  yang penting aku senang.

~

next? 25vote:v

Pacarku romantis[Repost][Tersedia Di Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang