11. PUTUS

1.2K 148 23
                                    

Raya panik. Mondy shock.

Apa yang dilihat Mondy sudah lebih dari jelas. Semula ia memang ragu menuruti kata hatinya untuk menemui Raya karena ingin fokus belajar, tetapi cerita Melly selalui menghantuinya.

Kenyataannya sekuat apa pun Mondy berusaha menepis ingatan itu tetap tak mampu. Rasa rindu sekaligus ragu malah semakin menderu.

Mondy memantapkan diri mengikuti kata hatinya. Membiarkan saja Bik Siti yang terbengong karena tadi minta disiapkan cemilan malah tak menyentuh pisang goreng keju kesukaannya dan malah langsung pergi.

Mondy bermaksud mencari kebenaran dari semua ucapan Melly kemarin.

Niat menghubungi Melly di urungkannya. Selain itu merupakan langkah yang kurang bijaksana, Mondy mengenal betul siapa Melly. Meski dia baik tapi tetep saja suka ngegossip dan biasa lah …. Kadang suka hiperbola dan melebih-lebihkan berita hingga tampak heboh, seheboh cara dia ngomong.

“Tanya ke sumbernya langsung asik kali. Dari pada dia nongol-nongol berseliweran di pikiran Gue mulu nikin pusing?” Batin Mondy.
“Gue tanya Raya aja deh. Kasih surprise buat dia. Bukannya obat rindu itu bertemu? Hihi…… Kira-kira saat ini tuan puteri Gue lagi ngapain ya?”

Mondy senyum-senyum gaje melajukan motornya menuju kosan Raya. Sepanjang perjalanan ia sudah membayangkan ekspresi bête dan kesal Raya dengan  manyun-manyun manja yang menggemaskan karena ia datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Kalo ngasih kabar gak bakal surprise dong.

Mondy bahkan sudah menyiapkan siasat menghadapi itu semua. Dia akan mendiamkan saja Raya sampai  bête dan kesalnya memuncak. Dan setelahnya…. Mondy bisa ngerayu atau ngegombal layaknya orang pacaran pada umumnya.

Kalo Raya marah beneran dan peergi begitu saja meninggalkannya langsung masuk ke dalam, ya tinggal di tunggu aja di teras kosan. Paling dia juga nggak kuat. Haha…..

“Ah, pasti Gue yang gak tahan. Liat bibirnya yang maju mundur cantik gitu. Gue paling gak bisa liat Raya kayak gitu. Ya udah ntar tinggal Gue peluk aja. Pasti dia luluh! Hehe…. Kalo masih manyun-manyun juga awas aja Ray kalo aku khilaf …..”

Mondy masih senyum-senyum sendirian.

“Astaghfirullah…. Ingat Mon. Jaga Jarak Aman. Main peluk-peluk segala, mana mau nyosor bibir Raya segala. Ingat mata Abah ada di mana-mana Lo! Apalagi ditempat umum gitu.” Protes batinnya.

Mondy mengesah kecewa tapi kembali senyum-senyum gaje. Soal bagaimana nanti pasti naluri yang akan menuntunnya. Saat ini ia hanya ingin melihat wajah raya secara langsung, mendengarkan suaranya, merasakan sentuhan tangannya, kepanikannya. Pokoknya live gak ada streaming apalagi siaran tunda.

Mondy sampai di kosan Raya yang nampak sepi.
Ia beberapa kali mengucap salam dan mengetuk pintu hingga seseorang akhirnya membukanya.

“Eh Elo Mon! Cari Raya ya?” Sapa yang membukakan pintu. Mondy pernah dikenalkan Raya, kalo gak salah ini si Amik.
Mondy hanya mengangguk.
“SIAPA MIK?” suara tereakan dari dalam yang amat dikenal Mondy.
“Tu kan bener namanya Amik? Dan tu bukannya suara Reva,” tanpa sadar Mondy celingukan di depan pintu kos.

Dan memang benar tak lama kemudian Reva yang tadinya mengintip keluar juga.

“Lo tahu Raya kemana Rev?” tanya Amik. “Motornya ada. Tapi orangnya gak ada. Gue kira pergi sama Lo.”
Reva mengangkat bahu.
“Bukan pergi sama Lo, Mon?” tanya Reva pada Mondy.
Mondy memandang 2 cewek di depannya yang nampak kebingunganbergantian.

Amik memastikan kalo Raya tidak ada di kos walaupun motornya ada karena ia baru saja dari kamarnya dan terkunci, ia panggil-panggil gak ada sahutan.

JANGAN SALAHKAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang