Chapter 25

5.8K 297 57
                                    

Jiyong masih menciumnya dan Dara juga tidak bisa menghentikannya. Dara tidak lagi bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia membutuhkan Jiyong saat ini. Seluruh tubuhnya tidak bisa menolak hal ini. Dan Jiyong menumpahkan segala perasaannya pada istrinya saat itu. Dia sudah sadar bahwa Jinah benar, dia telah mencintai Dara dan dia juga merasa bahwa Dara juga mencintainya, bahkan mungkin lebih daripada rasa cintanya sendiri.

Selang cukup lama, mereka menghentikan kegiatan mereka karena mereka butuh bernapas. Jiyong menatapnya dengan senyum dan mengelus pipinya dengan pelan, Dara masih memalingkan muka dan menyembunyikan rasa malunya. Dia tidak menyangka akan menikmati itu, Jiyong terkikik pelan ketika melihat Dara bersemu merah. Dan dia semakin tidak segan untuk menggoda istrinya itu.

"Kau memerah?" Tanya Jiyong dengan nada menggoda.

"Tidak, aku tidak memerah. Mukaku memang begini." Jawab Dara dan menunduk menyembunyikan rasa malunya.

"Kau jangan bohong padaku, aku tahu sekali kau sedang malu. Wajah itu adalah wajah yang kau tampilkan saat kita melakukannya dulu." Kata Jiyong lagi.

"Aish, aku tidak ingin mendengarnya." Jawab Dara dan berangsur pergi.

Dara sudah melangkah pergi tetapi tangannya ditahan oleh Jiyong. Dara kembali menatap Jiyong dengan mata membulat dan tidak tahu dengan apa yang akan suaminya itu katakan padanya.

"Dara, kau harus ingat. Aku akan selalu bersamamu, aku tidak akan lagi membiarkanmu berada dalam bahaya." Kata Jiyong dengan serius.

Dara menatap mata itu penuh. Melihat mata itu yang memancarkan segala ketulusan dan kesungguhan dengan sebenarnya. Dara sangat mencintai mata itu, mata yang sudah membuatnya jatuh pada kehangatan Jiyong dan perasaan cinta itu semakin tumbuh dengan subur diantaranya.

Dara kemudian mengangguk dan tersenyum dengan sangat manis pada Jiyong. Jiyong tidak bisa menahan rasa bahagianya ketika melihat senyum Dara. Senyuman yang selama ini sangat dia rindukan. Dan dia kini bisa melihatnya secara langsung, melihatnya dengan penuh dan tanpa kepalsuan.

Jiyong kembali memeluknya dan Dara langsung membalas pelukan itu tanpa waktu lama. Entahlah, rasanya dia makin ingin kembali memeluknya lagi dan lagi. Pelukan dan aroma Jiyong sudah menjadi candu baginya. Dia telah sadar bahwa dia sudah jatuh cinta pada suaminya ini juga.

Ingatannya kemudian kembali pada malam hari kemarin ketika Jiyong masih dalam keadaan belum sadarkan diri setelah seharian kehujanan. Appa dan omma Kwon terus saja menghubunginya via telepon dan terus memintanya untuk membuka hati kembali pada Jiyong. Mereka terus berkata bahwa dia tidak bersalah dan semua ini bukan salah Dara, semuanya sudah menjadi takdir dan sudah harus diterima dengan suka rela. Jika tidak segera menerimanya, maka Jinah mungkin tidak akan bisa tenang di sana. Appa dan omma Kwon bahkan sampai memohon padanya untuk memaafkan semuanya karena mereka juga merasa bersalah karena penculikan dan penyekapan Dara ini berawal dari masalah perusahaan.

Omma Kwon bahkan sampai menangis karena membuat Dara diculik dan dalam bahaya karena masalah perusahaan. Dan tentu saja mereka semakin merasa bersalah juga pada Dara karena mereka meminta Dara menemani Jiyong menuju Mokpo yang membawa mereka masuk dalam lingkungan jebakan Haejin. Semuanya seolah menjadi sebuah drama yang tidak pernah dibayangkan.

Dara bahkan tidak menyangka appa dan omma Kwon sampai memohon kepadanya. Dia semakin merasa bersalah dengan semua ini, belum sampai dia selesai merasa bersalah pada Jiyong dan Jinah, kini dia juga merasa bersalah pada appa dan omma Kwon. Tetapi seharusnya dia mendengarkan perkataan mereka. Mungkin memang dia harus melupakan segala rasa bersalahnya, karena semua ini juga bukan sesuatu yang masih berada pada dalam batasnya. Semua ini sudah berada di luar batasnya.

SECOND WIFE - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang