Chapter 2

403 25 5
                                    

Organisasi yang menciptakan human-droid WDO, telah ketahuan melakukan praktik penyalahgunaan obat yang telah mereka ciptakan. Negara berkembang tidak tinggal diam. Mereka mendesak negara maju untuk menghentikan penyebaran human-droid. Saat ini obat untuk melepaskan human-droid dari tubuh manusia belum dapat ditemukan. Satu-satunya cara adalah membunuh orang yang menggunakan human-droid.

Jelas negara maju tidak menerima usulan ini, karena lebih dari separuh populasi mereka menggunakan human-droid. Dunia khawatir, dengan adanya fungsi astral ini akan banyak kejadian aneh seperti kematian yang tidak wajar. Orang pun bisa jadi tidak original lagi tubuh dengan rohnya.

******

Aku melupakan sejenak berita mengejutkan itu. Bagiku itu juga tidak terlalu mengejutkan. Sejak awal aku merasa aneh bila suatu obat tidak memiliki efek samping. Siapa sangka setelah digunakan selama 16 tahun efek sampingnya baru ketahuan.

Senin, 10 januari 2056. Aku sudah harus sekolah. Tak terasa liburan terasa cepat. "Ah sekolah lagi ya? Ini semester terakhirku sebelum melanjutkan ke SMP".

Pukul 6.15 pagi aku meninggalkan apatermen. Kediaman kami memang barada di apatermen yang tinggi. Setidaknya tinggi nya hampir sama dengan gendung tinggi disekitarnya. Mungkin sekitar 400 meter an.

Aku berangkat menggunakan transportasi umum kereta. Sebagian besar warga kota memang gemar menggunakan transportasi umum. Pagi ini hari pertama sekolah, sekaligus jam berangkat orang kerja. Tak heran jika stasiun selalu ramai di pagi hari.

Aku sampai di sekolah pada pukul 6.45. Sebenarnya sekolah mulai pukul 7.30, tapi aku pernah sekali ketinggalan kereta sehingga aku telat masuk hingga 1 jam. Makanya sejak saat itu aku kapok berangkat tepat waktu dan lebih memilih berangkat lebih awal.

Kelas masih sepi. Jelas lah masih pagi begini. Setidaknya aku bisa membaca novel sambil menunggu kelas dimulai.

Beberapa saat ketika kelas akan dimulai situasi tidak berubah seperti biasanya. Siswa lain akan ngobrol dengan teman akrabnya dengan canda tawa, sedangkan yang terasingkan akan memilih menyendiri membaca buku atau apalah kerjaan mereka. Termasuk aku juga sih.

Para siswa langsung diam dan bergegas kembali ke tempat duduk masing-masing ketika guru masuk.

Ada seorang anak asing yang masuk bersama pak yuli, guru matematika. Para siswa pun berbisik ke siswa lainnya mungkin mereka bertanya tanya siapa anak itu?

Aku tidak peduli dan menghiraukannya sedangkan anak itu sedang berbicara didepan yang disambut dengan tepuk tanagan. Kemudian dia duduk di kursi paling belakang tepat disampingku.

Ketika duduk dia melemparkan senyumnya ke arahku. Aduh kenapa sih anak ini? Sok kenal banget deh.

Pelajaran matematika selesai dengan penuh pertanyaan di kepalaku. Selama pelajaran anak ini seperti ingin bicara padaku. Awalnya dia mencoba menyapa namun kuabaikan. Hingga yang paling menjengkelkan ketika dia beberapa kali menjatuhkan alat tulisnya dengan sengaja dan memintaku untuk mengambilnya. Aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa sih maunya?

"Halo" anak itu menyapaku dan duduk di kursi tepat didepanku yang ditinggal ke kantin oleh pemiliknya. "Hey hey hey ayolah setidaknya jawab salam ku". "Hei, sebenarnya kamu mau apa?" Aku menjawabnya dengan sebal.

"Menyapamu. Salah?" Jawaban singkat ini entah kenapa membuatku jijik. Terlebih lagi dia mengucapkannya dengan nada feminim yang dibuat buat.

"Hahaha... maaf kau pasti merasa terganggu kan? Namaku Aldo". Dia mengacungkan tangannya padaku. "Edo" aku menjawab singkat sambil bersalaman dengannya. "Semoga kita menjadi teman yang akrab ya". Aldo menjawabnya dengan senyum sintetis itu (aku menyebutnya demikian karena senyumnya terkesan tidak alami).

Teman? Dia mengajakku berteman? Sebenarnya siapa anak ini?

"Anu sebenarnya kau siapa? Kenapa kau datang kesini dan mengajakku berteman?". Aldo kemudian melepas tangannya dan menepuk jidat. "Ya ampun, dari tadi kau kemana saja sih? Aku tadi kan sudah memperkenalkan diri di depan kelas. Namaku Aldo dan aku murid pindahan dari desa".

"Oalaha jadi kamu murid pindahan toh". Aku baru sadar rupanya. Tapi kenapa dia pindah di saat seperti ini? Bukankah ujian akhir sudah tinggal hitungan bulan?

"Anu Aldo kenapa kau-". "Baiklah sampai disini saja pembicaraannya. Pelajaran akan segera dimulai. Semoga kita menjadi teman akrab ya Edo".

Heh? Apa barusan dia menghindari pertanyaan ku barusan? Dia nampak seperti memotong pembicaraanku dan mencegahku menanyakan sesuatu.

Bodo lah itu bisa kutanyakan kapan-kapan. Toh dia bilang dia ingin menjadi temanku. Pasti kami masih punya waktu.

"Oy Edo, pelajaran selanjutnya apa ya? Nampaknya aku cuma bawa satu buku".

Ampun dah.

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang