Blurb

1.9K 106 10
                                    

Di antara rinai hujan gerimis yang jatuh membasahi tanah, aku duduk termenung di depan jendela kaca, ditemani selembar kertas putih dan juga pena, sesekali aku menatap langit yang sedang dalam keadaan sendu. Tiba-tiba bibir ini melukis senyum tanpa kusadari, senyum yang selalu berhasil membuat orang lain melihatnya sebagai lukisan kebahagiaan—topeng di balik kesedihan. Sesungguhnya, ini adalah senyum kepedihan penuh kerinduan akan seseorang. Bukan hanya tentang sosoknya, melainkan tentang kenangan yang sempat terlukis di dalam memori otak—diam, tersimpan rapi dan akan terlihat lagi dan lagi—meskipun sekuat tenaga berusaha mencoba melupakan. Nyatanya benar kata orang, melupakan itu terlalu sulit. Apalagi ketika orang itu menempati posisi yang istimewa di dalam hati kita.

Dan lagi, semua kenangan tentang dia di masa lalu kembali membuatku menghidupkannya lagi di dalam otakku. Sungguh, aku tidak mau kembali mengingat setelah berusaha keras mencoba menghapusnya, karena aku tahu jika aku teringat dia, maka aku akan menjadi perempuan cengeng lagi.

Namun aku tahu, setiap luka, setiap air mata, dan setiap kenangan selalu memberi pelajaran bagi orang-orang yang merasakannya.

"Untuk kamu yang mungkin tidak pernah tahu atau sekadar berpura-pura tidak pernah mau tahu, di sini aku duduk termenung memikirkan cara bagaimana menitipkan rindu ini untukmu."

_______Aluna______

______________________________________

Setelah ditimbang-timbang mau publish enggaknya? Akhirnya aku memutuskan untuk publish.

Welcome di cerita Short storyku. Perhatian. Setiap part akan pendek, maksimal 800 word. Tapi tenang. Insyaallah bakal update sering-sering. Doakan saja sehari 3x. Wkwkwkkkk... (gak janji).

So... vote+comment—> add to reading list kalian.

Salam.
TwoNn22 (El)

Mendung Bukan Berarti HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang