Aku mengikat rambut seyi menjadi kuncir dua, dan merapihkan rok yang ia gunakan.
Semuanya sempurna sekarang.
Kami berpakaian semi formal karena Orang tua Myungsoo mengajak kami makan siang di restoran favorits mereka, entah ada acara apa, aku tak tahu.Baju jeans sabrina dan rok putihnya, membuat seyi seperti boneka, sedangkan aku, aku memakai simple dress sepanjang atas lutut dan berwarna merah pucat, dengan syal merah muda, dan rambut ku gerai dengan sedikit memakai rias wajah simple. Lalu Flat shoes.
Disana myungsoo telah memakai hitam, dan mantel. dan pas badan dan celana bahan yang, demi tuhan, dia keren sekaliiiii. Apa tidak berlebihan Tuhan itu? Mengapa Tuhan menciptakan dia begitu sempurna?
"Jiyeon, sebelum bertemu Orang tuaku, bisakah kita ke kantor ke dulu? Semua dokumen yang di butuhkan detektif, ada ditanganku," katanya sembari berjalan kearahku dan melipat tangan kemejanya se-siku.
"Tentu." aku berniat beranjak dari sofa untuk mengambil tas dikamar, tapi Myungsoo duduk dikiriku dan merangkul ku hingga membuatku kesulitan bangkit.
"kau mau kemana," Myungsoo memainkan alisnya naik turun, dan itu membuatku menatapnya bingung."Aku mau mengambil tas."
"Sebentar saja, duduk dulu," dia merangkul ku lebih erat, lalu meraih tanganku, "Aku punya sesuatu untukmu."
"Apa?"
Dia merapatkan bibir dan meneguk ludah, lalu dirogohnya tas dimeja, lalu mengambil sebuah kota beludru berwarna biru, membuatku menelan ludah, lalu dia mengeluarkan sepasang anting yang indah, dengan permata kecil disetiap sisinya, anting ini berbentuk angka delaman, dan bagian bawah lebih besar.
"Ini, semoga kau suka, kumohon... Jangan tolak."
Aku menatap anting itu dan menatap mata myungsoo, "Ewww.... Untuku?"
"Memang untuk siapa lagi?"Hmm, apa kalian sadar, sebenarnya Myungsoo itu sedikit sentimentil?. Aku mengulum senyum, lalu Myungsoo mencium pipiku, membuatku ingin menangis.
"Boleh ku pakaikan?" tanya Myungsoo dan aku mengangguk, saat aku mengangkat rambutku, dia menyematkannya pada telingaku, dan mengecup kembalinya, membuatku merinding, dan ditambah leherku, membuat semuanya menjadi lebih sulit. Tenanglah jiyeon! Tarik nafas buang... Sekali lagiiii.
"Terimakasih," aku mencium pipinya dan dia tersenyum.
"Ku kira kau akan melempar-"
Aku selalu melakukan hal buruk dulu? Sungguh, aku tak ingin mendengarnya lagi, jadu ku hentikan dia.aku menempelkan jariku dibibirnya. "Suttt.." potongku, dan dia akhirnya bungkam, dan malah mencium jariku. "kau tahu.. Ini sangat indah."
Myungsoo mengangguk setuju "kau memang indah."
Aku berdecak malas, "Bukan aku, tapi anting ku."
Myungsoo menggelengkan kepala, "tidak! Tapi kau yang indah!"
"Antingku.." aku menurunkan tanganku dan melipatnya di dada
"Kau...."
"Ku bilang Anting!"
"Ck, ku bilang.... Kau!"
"Anting-"
"Kau-"
" eomma, appa... Cukup!" pekik seyi sampingku membuat debatan kami berhenti. dia menatap kami berdua dengan malas, dan membuat kami berdua saling tatap lalu tergelak.
***Setelah itu, kami bertiga bergegas ke kantor myungsoo, saat sampai, banyak yang menoleh dua kali pada kami, saat kami lewat, dan saat di Lobi, myungsoo menerima telephone dan terpaksa diam disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Cupcakes
General FictionBagaimana jika suatu hari, semua dalam dirimu berubah saat kau bangun dari tidurmu, semua nya! Bahkan status mu?. jiyeon tak pernah nyangka, disuatu malam, semuanya sudah berubah, dia tak tahu bagaimana dan untuk apa semua itu terjadi. (BERLANGSUNG)...