Chapter 26

5.2K 259 56
                                    

Dalam kejadian itu, banyak warga sekitar yang mengerubungi Jiyong dan Dara. Salah satu diantara mereka kemudian membantu Dara membawa Jiyong menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, Dara masih setia memegang kepala Jiyong dengan tangannya untuk sekadar menghentikan darahnya. Tetapi tentu saja cairan merah kental itu masih terus keluar. Dara hanya menangis dan terus berdoa agar Jiyong baik – baik saja. Dia sangat berharap semua ini hanyalah mimpi. Tetapi Dara tidak bisa memungkiri bahwa ini adalah nyata.

"Jiyong, aku mohon bertahanlah. Aku sudah melupakan semua masalah kita. Aku sudah kembali melapangkan hatiku untuk semuanya. Aku sudah baik Jiyong. Tetapi kenapa kau malah begini? Kenapa kau harus begini Jiyong... Jiyong aku mohon bangunlah." Kata Dara dengan terisak pada mobil taksi yang membawanya ke rumah sakit.

"Agassi tenanglah, dia pasti akan baik – baik saja." Kata seseorang yang membantu Dara hingga menuju rumah sakit.

"Aku sangat takut, darahnya tidak berhenti mengalir." Kata Dara kembali dengan menangis.

"Sebentar lagi kita akan sampai, hanya berdoa agassi. Dan jangan lepaskan tanganmu dari kepalanya." Kata lelaki itu lagi.

Tidak lama mereka sudah sampai pada rumah sakit yang dituju. Jiyong segera ditangani oleh para perawat dan membawanya menuju ruang intensif. Dara berlari di samping ranjang Jiyong menuju ruangan itu dengan menggenggam tangannya. Dia sangat takut Jiyong akan meninggalkannya, kenapa dia terus saja mengalami hal buruk? Baru sehari dia baikan dengan Jiyong kini dia harus menangis lagi karena melihat Jiyong tidak berdaya begitu.

"Biarkan aku masuk dokter, aku istrinya." Kata Dara dengan memohon.

"Maaf nyonya, anda menunggu di luar saja. Percayakan kepada kami, kami akan melakukan yang terbaik." Kata dokter itu menghalangi Dara.

"Tidak dokter, aku ingin masuk. Aku tidak bisa membiarkannya." Kata Dara dengan pelan.

"Maaf nyonya, anda belum bisa masuk." Kata dokter itu kemudian menutup pintu tepat di depan Dara dan menangani Jiyong.

Dara hanya menunduk di depan pintu dan mengangkat kedua tangannya. Telapak tangannya masih penuh dengan bekas darah Jiyong dan begitu pula dengan bajunya. Tetapi dia tidak bisa pergi, dia tidak ingin meninggalkan Jiyong dari ruangan ini bahkan ke kamar kecil untuk mencuci tangan sekalipun. Kemudian seseorang yang menolongnya menghampiri Dara dan mengajaknya duduk di kursi tunggu depan ruangan.

"Agassi, percayalah kekasih agassi akan baik – baik saja." Kata orang itu.

"Dia suamiku." Jawab Dara pelan.

"Ah, mianhae. Aku kira kalian masih belum menikah." Kata seseorang itu lagi.

"Nde, aku berterima kasih padamu tuan. Karena sudah mau membantuku membawa Jiyong kemari." Kata Dara.

"Sama – sama agassi, aku hanya tidak tega jika membiarkan perempuan memapah tubuh lelaki sendirian." Kata lelaki itu.

Dara hanya mengangguk dan kembali memandangi tangannya. Baru tadi pagi tangan itu membelai wajah Jiyong dengan halus. Baru tadi pagi tangan itu saling memeluk tubuh Jiyong. Baru tadi pagi tangan itu dicium oleh Jiyong. Tetapi sekarang tangan itu sudah berlumuran darah dan kehilangan Jiyong. Dara hanya menangis dalam diam. Tidak ada suara, tetapi air matanya terus saja turun tanpa henti.

"Agassi, kau tidak ingin mencuci tanganmu?" Tanya lelaki itu.

Dara hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan lelaki itu dan malah semakin terisak. Rasanya sangat sakit ketika melihat wajah Jiyong yang menahan sakit seperti tadi. Dia bahkan baru menyadari kepalanya berdarah ketika dia mengangkat tangannya. Bagaimana jika Jiyong mengalami luka berat? Bagaimana jika Jiyong mengalami hal yang parah? Bagaimana jika Jiyong lupa padanya nanti? Atau.. atau... bagaimana jika Jiyong ternyata meninggalkannya?

SECOND WIFE - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang