saree 4: Cerita dimulai

1.1K 41 6
                                    

  ini adalah hari yang indah. Sore yang hangat. Tak ada sedikitpun hambatan. Andai semua kejadian itu seperti ini.

  Aura ku seakan terpancar dari diriku. Baru kali ini aku merasa menjadi wanita tercantik se-dunia. Berjalan dengan penuh keanggunan dan angin yang kadang membelai wajahku.

  "Aww!" Sialan, kaki ku tersandung tanggul dijalan. Seketika pesona ku hilang entah kemana. Hanya jempol memang, tapi sakitnya itu sampai ke ubun-ubun. "Ah sialan, lebih baik berjalan seperti biasa lebih baik!"
 
  Halte itu telah terlihat,baru ku sadari kalau rambutku berantakan maka ku tarik ikat rambut ku seakan terkibas kebelakang. Menggoyangkan rambutku dan membenarkan nya. Mandra yang sedari tadi melihat ku hanya bisa melongo.
 
   "Ku pikir kau akan lebih cantik jika dikepang. Boleh aku bantu kepangkan rambutmu ?" Mandra berkata sambil memandangi wajah ku dan aku serasa melayang terbang jauh ke atas atap halte.

   "Oh silahkan, tapi harus rapi dan kalau perlu kau hias. Hahaha" aku memberi izin sambil sedikit menggodanya.
   
   Diambilnya rambut ku lalu dia bagi tiga. Ku kira lelaki setampan dia tidak tau caranya mengepang rambut. Sedikit ku curiga dia pernah bekerja di suatu salon. Tapi ku buang prasangka ku jauh-jauh. Dia lalu benar-benar menghias rambut ku dengan untaian bunga.

    "Sudah selesai! Kau terlihat menawan apalagi dengan senyuman mu itu." Perkataan nya mengagetkan ku dari lamunan namun, hatiku dibuat terbang olehnya. Bis pun tiba dan kita pun masuk kedalamnya. Seperti biasa , ladies first.

  Andai saja dia bisa tau apa yang ku rasa. meski ku tak jadi miliknya ,hatiku tak mengapa asal dia selalu ada di sisiku.

                              * * *

Kutapaki anak tangga didepan ku. Kuil ada di atas sana. Disetiap langkah ku tersirat doa bagi semua orang di hidupku.

  Kini aku telah sampai di kuil. Kubuka alas kaki ku. Tatapanku tertuju lurus pada patung Dewi Kaali. Ku bunyikan lonceng lalu memberi salam pada sang Dewi. Tanpa ku sadari Mandra dari tadi memperhatikan ku.

"Mandra,ku ambilkan piring persembahan ya?" Tanyaku. Dia mengangguk pelan. Kuambilkan piring kepada pendeta.

"Ini untukmu." Kuserahkan piring aarti padanya. Pandangan nya berbinar menatap mataku.

Kami berdoa bergiliran. Aku tunggu Mandra berdoa lebih dulu baru aku. Sendirian di kuil lebih khidmat. Mandra izin padaku untuk turun ke bawah lebih dulu.

Aku tak menghiraukannya. Segera ku berdoa. Ku putar piring aarti 7 kali.

Hanya Dewi kaali yang mengetahui isi doaku tak ada yang lain... andai kata mutiara tersembunyi dibalik kerang.

Setelah selesai berdoa, pendeta menghampiri ku. Dia mengikatkan benang suci di tangan ku. Aku pun meminta berkatnya.
"Semoga diberkati dan selalu lah berbahagia." Katanya.

Segera turun diriku dari kuil. Angin bertiup membelaiku setiap ku melangkah.

Aku lihat dibawah Mandra melambaikan tangan.

"Tunggu sebentar!" Teriak ku. Mandra lalu tersenyum kesal padaku.
Tak lama aku sampai di bawah. Aku benarkan anak anak rambut ku yang menutupi wajahku.

"Kenapa kau lama sekali? Hanya 55 anak tangga saja menghabiskan waktu 25 menit." Mandra sedikit mengoceh tentang ku. Aku hanya tersenyum.

"Hey anak muda! Hidup itu harus dinikmati, karena kesempatan tak akan datang 2 kali. Begitu pun hati.". Kata ku sambil tersenyum dan menepuk pelan pipi Mandra. Aku berlalu meninggalkan nya sendirian untuk menunggu bus.

"Hey Poo! Tunggu aku.. kau ini!" Teriak Mandra sambil berlari mengejar ku.

"Percepat jalan mu Mandra Hahahaha" aku tertawa bahagia sambil berlari kecil meninggalkannya.

Anggap saja lembaran cerita ini indah. Selagi masih indah biarkanlah indah. Aku ingin senja ini membekas di hati bahkan bisa menentukan sebuah cerita di masa depan.

  
  
  

Cinta Dibalik Kain Saree (साड़ी के पीछे प्रेम)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang