Part 13

1.5K 75 0
                                    

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasanya. Di jalan, aku sedang mengira-ngira barang apa lagi yang akan diberikan oleh orang misterius itu kali ini,

Saat aku sampai kelas, perkiraanku melesat jauh dengan apa yang sebenarnya.

Tidak ada apapun di banggkuku.

Apa orang misterius ini sudah kapok? Karena setiap dia memberikan makanan, aku langsung membagikannya kepada teman-temanku. Jika bunga, memang aku bawa ke rumah.

Yoga datang.

Dia terlihat pucat.

Namun, aku pura-pura tidak melihatnya.
Saat jam pelajaran berlangsung, Yoga beberapa kali bersin dan sepertinya hidungnya tersumbat.

Apa ini karena kemarin dia kehujanan gara-gara jas hujannya dia berikan padaku?

Apa aku harus membelikannya obat?
Bagaimana jika dia malah mengira jika aku menyukainya?

Aku tidak boleh mendahulukan gengsiku untuk sekarang.

Saat istirahat, aku pergi ke kantin. Aku membeli roti dan susu lalu aku pergi ke UKS untuk meminta obat. Sepertinya yoga terkena flu.

Saat kembali ke kelas, aku melihat Yoga menelungkupkan kepalanya di atas tangannya di bangkunya.

Aku menghampirinya. Yoga bangun. Menatapku. Aku balik menatapnya.
1
2
3

"Astagfirulloh" ucapku
Kenapa aku malah menatapnya. Ya alloh maafkan aku. Aku menundukan pandanganku. Aku menyimpan roti, susu dan obat di atas bangku Yoga.

"Mana air minumnya?" Tanyanya
"Astagfirulloh" ucapku

"Aku lupa. Aku akan membelinya sekarang" kataku
"Aku saja. Makasih amel" ucapnya sambil berdiri lalu dan keluar kelas.

Jam pelajaran pun terus berlanjut hingga bel pun berbunyi.

"Mel, ayo pulang" kata dinda
"Kamu duluan aja din, aku mau ke toilet dulu" kataku
"Beneran nih? Aku di suruh buru-buru pulang nih mel sama mama aku" kata dinda
"Iya beneran. Duluan aja din" kataku
"Yaudah, dah mel" katanya
"Hati-hati" kataku

Oh ya aku belum sempat menceritakan perihal Dinda. Dinda, temanku, eh lebih tepatnya sahabatku. Aku dan dinda sebangku dari sejak kelas 1. Dinda berbeda dengan teman-temanku yang lain. Aku memang agak sulit untuk sangat dekat dengan seseorang. Teman-temanku rasanya agak canggung padaku. Mungkin karena aku berkerudung besar dan kurang modis. Tapi tidak semuanya bersikap seperti itu.

Dinda, dia gadis cantik, agak sedikit ceplas-ceplos dan tomboy. Sikapnya hampir sama dengan sikapku. Dia sangat modis. Tapi aku gak tau kenapa dia mau bersahabat denganku dari dulu.
Saat pertama kali bertemu, kami tidak berkenalan sama sekali.

Flash back

"Eh lo sendiri? Gue boleh gak duduk sama lo?" Tanyanya
"Iya, boleh ko" kataku
Dia langsung duduk
"Eh coba tebak nama gue siapa?" Tanyanya
Aku melihat nametag si bajunya karena memang kerudungnya di sampaikan ke bahunya
"Dinda kan?" Tanyaku
"Eh lo mah curang ah, liat nametag gue. Gue malah gak bisa liat nametag lo" katanya
Rasanya aku ingin tertawa saat itu juga
"Nanti juga kamu tau" kataku
"Iya nanti. Pas absenan kan?" Tanyanya
"Iya" kataku

Dari sanalah kami mulai dekat. Awalnya amel menggunakan kata gue-elo saat berbicara padaku. Perlahan, dia mulai menggantinya dengan aku-kamu.

Teman-teman banyak yang meledekku karena cara panggilanku itu. Tapi aku biarkan saja.

Flashbac off

Saat menuju ke parkiran,

"Ameeel" yoga memanggilku
Aku menoleh. Lalu kembali mlanjutkan langkahku.
"Yoga mengejarku hingga dia berjalan di sampingku

"Aku beneran cinta sama kamu. Aku janji gak akan kumpul geng lagi" katanya
"Gimana aku bisa percaya" kataku
"Beneran amel" katanya
"Aku juga gak mau kamu ngerokok sama minum minuman yg gituan" kataku
"Roko ya? Iya deh aku usahain" katanya
"Gak cuma usahain, harus berhenti" kataku
"Iya amel. Aku akan berusaha. Tapi kasih aku waktu" katanya
"Seminggu" kataku
"Apa? Seminggu?" Ulangnya
"Iya. Kalo gak mau juga gapapa. Pokonya seminggu kemudian, kamu harus herhenti meroko" kataku
"Mel dua minggu ya" katanya
"Aku mempercepat langkahku meninggalkannya tanpa berkata apapun lagi.

Semoga hal ini dapat merubah yoga ke arah yang baik secara perlahan. Ancaman sangat ampuh untuknya.
Ya Alloh, berikanlah hidayah padanya.

Hari-hari pun berlalu. Orang misterius itu benar-benar sudah tidak lagi mengirimku apapun.

Sekarang malam minggu. Kak Fariz dan orangtuanya sedang di rumahku. Memang sering kami kumpul seperti ini.

Aku dan kak Fariz di suruh ke luar untuk membeli martabak.
Saat di tengah jalan yang agak sepi, kami mendengar suara gaduh.
Kak Fariz menghentikan motornya.
Kami mengintip dari sebuah bangunan yang sepertinya bekas toko yang sudah tidak dipakai lagi.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat seseorang sedang dikeroyok oleh lima orang pemuda. Kak Fariz langsung mengeluarkan handphonenya dan menyalakan alarm seperti bunyi sirine mobil polisi. Kelima orang itu langsung berlarian dengan menggunakan motornya.

"Astagfirulloh!"

"Yoga! "

Kagetku.
Dia menoleh padaku. Seperti ada pancaran rasa malu.

"Yoga!" Teriak kak Fariz langsung menghampiri Yoga. Kak Fariz membantu membangunkan Yoga.
Dengan sisa tenaganya, Yoga menepis tangan kak Fariz.

"Lo gak usah peduli sama gue" kata yoga sinis
"Lo apaan sih ga? Kita itu sahabat dari kecil. Lo lupa semua itu?" Tanya kak Fariz
"Kalo iya kenapa?" Tanya yoga
"Lo kenapa sih? Bilang kalo gue punya salah sama lo" bentak kak Fariz
"Lo mau tau salah lo apa?" Tanya yoga
"Apa?" Tanya kak fariz
"Lo udah ninggalin gue setelah ibu gue ninggalin gue. Lo kemana disaat gue lagi terpuruk? Lo malah ikutan ngejauhin gue. Lo benci kan sama gue? Hah? Sialan!" Kata yoga yang sangat marag
Kak fariz diam saja. Seperti sedang mencermati kesalahannya.
Yoga pergi dengan motornya.
Kak fariz. Kulihat ada garis penyesalan di wajahnya.
Aku mencoba menenangkannya dan membawa kak Fariz pulang.

Bersambung

KaKaDeDe (Kutikung Kau Dengan Do'a) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang