Chapter 7

242 23 2
                                    

"Wah anjrit, tega bener si Winter!" Sembur Daren.

Autumn menghela nafasnya, ia baru saja menyeritakan keluhannya tentang kejadian kemarin yang terjadi di ruang osis kepada Julian, Daren dan Danisa.

"Masa sih Winter se tega itu?" Tanya Danisa, keraguan tercetak jelas di wajahnya

Autumn mengangkat bahu

"Kalian ngga ada fikiran bahwa Winter melakukan itu untuk kebaikan Raka sendiri?" Tanya Julian yang sedaritadi memilih untuk diam dan mendengarkan semua keluhan yang Autumn curahkan.

"Maksud lo?" Daren menyuarakan apa yang berada di fikiran Autumn saat ini

Julian mengangkat kedua bahunya lalu berkata
"Entahlah, mungkin dia mau merubah image buruk Raka di mata guru-guru.
Mungkin dia mau nunjukin bahwa Ini lho Raka, yang semua guru sebut bajingan ternyata juga bisa melakukan hal penting"

Masuk akal. Bahkan lebih masuk akal ketimbang menuduh Winter ingin menjatuhkan nama Raka

Danisa menjentikkan jarinya "Genius! Gue yakin banget Winter ngga akan setega itu, itu pasti motifnya si Winter, Tumn!"

Lantas gadis itu menatap pemuda yang berada disamping Julian untuk meminta pendapatnya

"Bisa jadi" ujarnya singkat.

Dan kini, Autumn di rundung rasa bersalah

***

"Ngapain?" Tanya Winter sambil menutup bukunya, menatap gadis yang kini berada didepannya, Autumn

"A-ah itu-" ucapnya terbata

"Apa?" Pemuda itu bertanya lagi

"Gue mau minta maaf karna nuduh lo sembarangan kemarin, padahal lo ngga ada niat untuk melakukan itu" jelasnya seraya menatap Winter dengan takut-takut

Untunglah perpustakaan sepi ketika istirahat, jadi Autumn tidak perlu cemas akan jadi pusat perhatian

"Oh itu" balas Winter singkat

"Jadi, lo mau maafin gue?"

"Engga"

Autumn menarik nafas lalu membuangnya, berbicara dengan Winter memang memerlukan kesabaran extra.

"Lo marah karna gue tuduh ngga punya hati?"

"Engga" jawabnya lagi.

"Trus?"

"Karna lo ngga percaya sama gue"

Hanya sesederhana itu kalimat Winter, tapi berhasil membuat dada Autumn bergejolak.
Kalimat yang agak terkesan ambigu di telinga Autumn.

"Red velvet" lanjut pemuda itu

"Apa?" Autumn mengerutkan dahinya, bingung.

"Lo minta maaf kan tadi? Ada syaratnya, buatin Red velvet"

Selepas perkataan Winter, senyum Autumn lantas mengembang, ia tertawa senang
"Cuma Red velvet? Gue buatin sampai lo diabets!" Wajahnya tampak begitu riang

"Nanti sore ya! Sekalian kita marathon film sama Summer, Kak Elang dan Kak Rendra sampai pagi!"

Tetapi, Winter menggeleng menandakan ketidak setujuannya membuat senyum sang musim gugur menghilang secara perlahan

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang