Prolog

96 18 16
                                    

Detak jantung yang berdentum membuat Rhalika ragu untuk mendekati pria di depannya. Pak Bima, guru muda yang mengajar mata pelajaran Biologi itu tadi berpesan untuk menemuinya di ruangan nya bila jam pelajaran telah berakhir.

Dan kini, dia telah berada di dalam ruangan guru muda dengan fans murid perempuan terbanyak di sekolahnya. Mungkin karena wajah tampannya itu sehingga para anak perempuan seumurannya tergila-gila kepada Pak Bima. Tapi tidak dengan dia.

"Sini duduk, Rhalika Serenia Alvaro, " ujarnya sambil menatap intens Rhalika yang masih berdiri di depan pintu, sementara Rhalika berderap maju dengan langkah pelan duduk dengan sopan di hadapan gurunya.

Sambil tersenyum tanpa arti, Pak Bima menyatukan tangannya di atas meja tatapannya menatap ke depan. Memperhatikan Rhalika dengan penuh minat.

×××

Dia menguatkan diri, menarik nafas dan menghembuskannya, tidak lupa merapihkan kembali rambut dan bajunya sebelum keluar dari mobil dan memasuki suasana sekolah yang baru.

"Kalo ada apa-apa langsung telpon mama aja ya, sayang."

Rhalika mengangguk lalu membuka pintu mobil setelah sebelumnya menyalami tangan mamanya di kursi kemudi.
Langkahnya mulai menapak tanah sekolah barunya, melupakan semua yang telah terjadi di sekolah lamanya.

Dia berharap semoga di sekolah ini, semua hanya hal baik dan menyenangkan yang akan terjadi, tidak ada lagi masa keterpurukan dan menyeramkan yang akan terjadi.

Dengan pribadi baru dan perasaan yang fresh, Rhalika mulai berjalan menyusuri tempat menuntut ilmunya yang baru, SMA Raflesia High.

×××

Sebuah motor sport melaju kencang melewati seorang gadis pirang yang tengah melihat-lihat lingkungan sekolah.

Gilbran memarkirkan motor sport berwarna hitam metalik-nya, membuka helmet yang di pakai lalu turun dari motor. Sebuah motor sport lainnya dengan warna yang berbeda menyusul masuk ke dalam parkiran.

"Woi sob, lo kenal cewek itu gak? Mukanya asing." Gilbran mengikuti arah pandang yang ditunjuk sohibnya.

Matanya menangkap sosok perempuan dengan tas putih dan rambut di kuncir yang sedang berjalan sambil menengok kiri kanan itu, Gilbran menyipit sambil menerka-nerka kira kira anak kelas berapa itu.

Iya asing, anak baru kali ya.

Tapi saat tidak ada satu ingatan pun yang muncul di kepalanya tentang cewek itu, Gilbran membuang muka. Kemudian menepuk bahu sahabatnya, "mana gue tau. Paling anaknya ibu-ibu kantin belakang yang lagi maen."

Jordi tertawa sambil mengikuti Gilbran yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya. "Anaknya Mak Eka? Yakali bening bangat. Gua gebet dah ah, " kata Jordi lalu mensejajarkan jalan mereka.

×××

Rhalika menjerit, menggigit, menendang apapun dia lakukan untuk menyingkirkan monster ini dari atas tubuhnya.

Dia menangis sambil memohon ampun saat tangan besar itu mulai merayap ke balik rok abu-abunya. "Jangan, ampun,,, saya gamau,,,"

Namun semua jeritanya hanya dianggap bagai angin lalu oleh monster itu. Bukannya kasihan dan berhenti si 'monster' malahan semakin jadi, tubuhnya ia rapatkan lebih intim dengan tubuh Rhalika, sementara tangannya masih meraba-raba di bawah sana.

Tangisannya semakin tersedu-sedu kala tangan monster itu membuka kancing seragamnya, Rhalika memberontak, mengelak saat si 'monster' ingin mencumbunya, merapatkan kakinya untuk menghalau sesuatu di bawah sana.

Tuhan, sungguh sudah segala cara telah Rhalika lakukan, sudah semua doa dia rapalkan. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Tatapannya memohon saat tanpa Rhalika sadar tangannya sudah terikat kebelakang, dan monster itu langsung memulai aksinya.

×××

"E-eum, Rhalika. gue Bayu anak XII Mipa 2." anak laki-laki bernama Bayu itu tergagu untuk mengucapkan kalimatnya.

Sementara Rhalika yang masih setia ditempatnya menunggu kalimat yang akan di ucapkan cowok di depannya, yang sebenarnya sudah Rhalika hapal benar bahwa cowok ini pasti ingin mengatakan suka padanya.

Di dalam hatinya dia menatap jijik para laki-laki seperti cowok itu, yang baik di depan tapi sebenarnya ingin mengambil keuntungan darinya. Dia muak, cukup sudah kepercayaan yang dia beri di masa lampau. Sudah tidak ada lagi rasa percayanya untuk makhluk dengan hormon sex tertinggi itu.

"Gue suka sama lo, dari awal gue liat lo di koridor sekolah-"

"Maaf ya Bayu, sebenarnya ini rahasia. Tapi khusus gue kasih tau ke lo," sela Rhalika, lalu mendekatkan dirinya ke Bayu. Berniat membisikkan sesuatu.

"Gue udah suka orang lain."

[]
A/n:

Tess tess *ekhm*

Hallo haii semuanyaa! Bertemu lagi sama aku:)

Kali ini aku bawain cerita baru lagi loh! Masih dengan genre yang sama yaitu, TeenFict. Tapi kali ini, aku collab sama author yang hebat loh!! pinktoscanila Hohoho. Terimakasii kakak Nay yang imuts, karena mau bekerja sama dengan aku yang amatiran ini:') *peluk*

Hehe. Semoga cerita ini bisa lebih baik dari cerita sebelumnya yak(:

Oh iya! Chap 1 nya akan aku publish hari ini juga. Haha, tunggu aja(:

See you😗

-Retno.

FI[B] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang