Di salah satu bagian, silakan setel lagu Ballad milik kalian. Terima kasih..
Happy reading, guys!
---
Sudah lima kali Min Ji menarik pergelangan tangan milik pasien. Wanita itu ingin keluar. Padahal dirinya sudah menjelaskan prosedur jalan-jalan atau semacamnya.
"Tapi Ji Hoon takut. Di sana menyeramkan." Sanggahnya. Setelah wanita itu bercerita tentang prosedur, Ji Hoon mengurung niat. Dia merasa takut akan keadaan.
Min Ji berpikir. Mungkin sekali lagi merujuk, Ji Hoon berubah pikiran. "Begini saja. Kalau kau merasa terganggu di luar sana, pegang tangan ku. Tenang saja! Pengantar tidur 'kan ada di samping mu. Aku bisa saja memukul penganggu yang mengusik dirimu." Gadis surai hiram kecokelatan memperagakan cara memukul.
Pasien surai cokelat menatap Min Ji sendu. Bukan kesedihan, melainkan modus agar si Pengantar Tidur mengurung niat. Karena tak mendapat hasil, terpaksa pria itu berdiri. "Baiklah. Tapi jangan jauh-jauh dari Ji Hoon, ya!" Min Ji mengangguk.
Benar. Buktinya pemuda itu terus menggulum senyum begitu berdiri atas rerumputan. Ya, mereka tengah berada di taman rumah sakit saat ini.
Min Ji mengangkat telepon saat terdengar dering tak asing. Gadis itu terbilang nanar, bingung apakah harus menjawab atau tidak. "Ji Hoon. Aku tinggal sebentar, ya. Kau duduk saja di bangku itu. Tenang! Aku tak akan pergi. Hanya sebentar." Mohonnya sembari menunjuk bangku di dekat pohon.
Raut si Pasien berubah bingung campur kesal. Dia tak bisa percaya begitu saja. "Bagaimana jika ada yang mengusik Ji Hoon?"
Gadis itu menghela napas. Dia berpikir supaya mendapat kepercayaan dari pria satu ini. Tangannya menggaruk tengkuk yang tak terlalu gatal, terus mencari cara agar Ji Hoon mengangguk lalu membiarkannya menjawab telepon. "Teriak saja, maka aku akan datang untuk mu." Min Ji cepat pergi lantaran ponsel terus berdering.
Awalnya Ji Hoon ingin mengejar. Melihat sang pengantar tidur yang menjauh, dia memilih duduk sembari melihat beberapa pasien lain.
Matanya beralih arah pasien wanita di seberang. Ji Hoon menatap intens. Meski tak begitu menangkap apa yang didengar, pemuda itu tetap penasaran.
"JANGAN BUANG TEMAN KESAYANGAN KU! Tolong jangan!"
Wanita di ujung sana menangis kencang lantaran mendapat perlakuan tak sesuai dari dua pasien pria di depannya. Pasalnya, salah pasien pria merampas boneka milik wanita itu dan berniat ingin membuang.
Namun..
Terlambat. Pasien pria telah membuang benda kesayangan milik pasien wanita. Tepatnya, benda tersebut jatuh di depan kaki Ji Hoon.
Pemuda 'Park meraih boneka itu. Dia tersenyum---nyaman akan benda yang digenggam. Dia tak berpikir akan pemilik boneka bentuk kelinci.
Gadis itu mendekat lalu meraih boneka yang Ji Hoon pegang. "Jangan sentuh teman kesayangan ku!" Dia merampas benda yang memang miliknya.
Ji Hoon menolak. Lelaki itu menahan boneka yang digenggam, hingga terjadi tarik-menarik antara mereka berdua. "KEMBALIKAN!" Gadis itu kembali menarik.
Ji Hoon menangis kencang. Dia tak sudi memberi boneka kelinci pada siapa pun. Tangan kirinya menahan, sedang tangan kanannya menjambak surai wanita di hadapan. Pria itu melakukan tanpa sadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby || Park Ji Hoon ✔️
Short Story[Completed] Usai kejadian mengenaskan, sebuah keputusan mengatakan agar sejoli ini mendekap sementara di rumah sakit jiwa. Siapa yang menyukai tempat menyeramkan itu? Sudah pasti tidak ada. Park Ji Hoon, ia kesepian. Hidup menderita setelah kehilang...