35. Trust him

13.4K 1.1K 81
                                    

Udah ini langsung epilog ya guys hehehe:D

Btw makasih banyak yang udah baca cerita ini sampai akhir. aku seneng banget sama reaksi kalian kalau emang kalian suka sama cerita aku. yang emang kurang tertarik sama cerita akupun aku gapapa, aku tetep hargain komenan kalian kok. terimakasih banyak support nya dan terimakasih untuk semuanya.

Maaf atas semua kekurangan dari cerita ini, ditunggu ya epilog nya, ini masih belum selesai kok hehehe:D

***

"GIBRANNN!" Aric langsung merentangkan tangannya, meminta lelaki yang ia panggil Gibran itu untuk memeluknya. Aric benar-benar rindu pada sahabat sekaligus senior panutannya ini.

"Wih, lo makin ganteng ajaa." Ucap Gibran sambil menubrukan badannya ke badan Aric. Huh, asal kalian tahu, Gibran pun sama rindunya pada adik kelas yang benar-benar tidak bisa diatur sama sekali seperti Aric ini. "Apa kabar?" tanyanya setelah peluka mereka merenggang.

"Lo bisa liat. Gue makin ganteng, itu artinya gue baik-baik aja." Ucap Aric bangga, dan membuat Gibran tertawa kecil.

"Pede lo nggak abis-abis parah." Ucapnya disela-sela tawa.

"Lo gimana kuliah, lancar? Udah nemu doi baru belum?"

"Belum." Ucap Gibran sambil tertawa kecil.

"Lah, belum move on?" tanya Aric, dan Gibran tertawa lagi. for your information, Gibran itu ramah banget-banget. Sering ketawa, apalagi senyum. Entah Gibran itu emang ramah atau emang receh. Tapi kalau ada yang melawak, walaupun lawakan itu tidak lucu, Gibran pasti akan tertawa terbahak-bahak. Dan itu kadang membuat yang lain heran. Entah Gibran itu memang sedang menghargai orang yang melawak, atau memang selera humor yang rendah pun, mereka tidak ada yang tahu.

"Udah banget." Jawab Gibran kalem. "Cuma emang belum nemu aja. Lo gimana? Lisan apa kabar?"

"Lisan kan sama Dimas, lo tau lah."

"Maksud gue, mereka belum putus?"

"Lo doain mereka putus?" tanya Aric tidak percaya.

"Ya kan kalo mereka putus, lo seneng."

Aric tertawa kecil sambil menggaruk tekuknya. "Bodo amat sih."

"Oh, udah ada yang baru?" tanya Gibran dan Aric tertawa kecil.

"Udah, tapi udah putus juga."

"Oh ya? Lo punya pacar kok gabilang-bilang sih?"

"Yang kalo gue telponin tapi hp nya nggak aktif-aktif siapa sih?" ucap Aric menyindir pada Gibran.

"Hehe, gue." Jawab Gibran sambil tertawa. "Jadi gimana, lo udah jomblo lagi sekarang?"

"Iya jomblo." Aric terkekeh sambil menggaruk tekuknya.

"Gimana rasanya pacaran? Menurut lo gimana?"

"Ya gitu, penuh lika-liku njir. Hahaha." Ucapan Aric membuat Gibran ikut tertawa. Sambil tertawa, pandangan Gibran menangkap bayangan sosok perempuan yang dia ingat. Ah iya-ia baru ingat jika gadis yang dia temui hari hari kemarin itu bersekolah disini, di SMA Karasta.

"Hahaha, oke oke kita cerita pulang sekolah lo aja gimana? Gue mau ada sesuatu dulu nih."

"Boleh-boleh, sekalian gue mau nanya-nanya soal kuliah. Demi masa depan." Ucap Aric tertawa dan Gibran mengangguk setuju.

"Oke deh, gue kesana ya."

***

"Luna kan?" Luna yang sedang berjalan menuju kamar mandi yang berada di koridor sedikit terkejut saat mendapati seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang