One

706 78 6
                                    

Terdengar suara rintikan hujan yang sangat deras dari dalam rumah yang sedang berkabung itu. Didalam rumah itu, terlihat sedikit pelayat yang datang. Tak ada satupun yang sedih dengan anak yang sedang terbaring kaku didalam peti hitam itu. Justru, mereka merasa lega karena anak yang mereka anggap berandalan itu sudah tertidur lelap dan takkan bangun lagi.

Namun, ternyata ada satu anak remaja yang menangisi kepergian pemuda dalam peti mati itu. Remaja itu, berdiri dengan tenang menatapi foto yang terpajang diatas peti hitam dengan tanpa ekspresi, namun air matanya mengalir deras tak dapat berhenti. Sepertinya otaknya sedang kebingungan dalam menghadapi kenyataan ini.

apa ini? ini hanyalah mimpi kan? tak mungkin ia mati. beberapa hari yang lalu, ia masih tampak baik-baik saja. tak mungkin ia terjerat kasus penggelapan uang. mati ditembak? Ini bukanlah film action picisan. mustahil hal seperti ini terjadi padanya..

Pemuda berambut brunette itu tak mau percaya bahwa kekasihnya telah pergi meninggalkannya. tanpa sadar, tangan kanannya memegang pergelangan tangan kirinya yang masih samar terdapat bekas ikatan yang dilakukan pacarnya dua hari lalu terhadap dirinya.

ia menggeser sebuah pintu kecil dalam kotak kayu yang berada didepannya. terlihat wajah kekasihnya dari dalam kotak itu, wajahnya tampak sedang tertidur lelap. Ia menyadari detil-detil yang tak lagi terlihat lagi di wajah sang kekasih, seperti tindikan-tindikan dan berbagai macam anting yang biasanya menghiasi telinga pujaan hatinya. Sekarang semua terlihat bersih. Pemuda berbadan mungil itu mengangkat tangannya untuk mengelus wajah kekasihnya yang terlihat sedang tertidur pulas itu.

"sayang... kenapa kamu tidur disini...? ayo bangun... banyak yang ngelihatin kamu loh disini... ayo bangun..." suara sang pemuda itu terdengar parau, seolah hampir putus asa, namun sang pemuda bertubuh mungil itu berusaha menguatkan hatinya dan berbicara kembali pada dambaan hatinya.

"kau boleh melakukan apapun padaku... tapi kumohon bangunlah... aku tak bisa hidup tanpamu... yeollie... tak mungkin kan kamu meninggalkanku sendiri seperti ini... CHANYEOL...!!!"

jeritan tangis baekhyun sangatlah kencang sehingga ia menjadi pusat perhatian para nelayat. tapi ia tak menghiraukannya. ia tidak mau percaya akan fakta bahwa Park Chanyeol, kekasihnya, telah pergi meninggalkannya dari dunia ini. ia menangis dengan sangat kencang, berharap ia dibangunkan dari mimpi buruk yang akan berlangsung selamanya.

seorang pemuda berperawakan tinggi, berbahu lebar yang sedari tadi berdiri disamping remaja mungil itu hanya bisa menghela nafas. Ia berusaha tidak mengatakan apapun selama proses pemakaman berlangsung. Ia tau ini bukan saat yg tepat untuk bicara, ia sadar betul posisinya saat ini.

"Baekhyun, tenanglah." hanya kalimat itu yg bisa ia katakan berulang ulang seraya menepuk punggung si pemuda. Bukan airmata ini yg ingin ia lihat, setidaknya bukan dari pemuda ini.

mendengar ucapan Oh Sehun, teman baik Chanyeol, Baekhyun semakin menangis dengan deras. ia seolah dipaksa untuk menerima kenyataan pahit yang terjadi saat ini. baginya, hidup tanpa chanyeol bukanlah pilihan. hanya chanyeol yang berarti baginya. tanpa chanyeol, ia bahkan tak tau lagi alasan kenapa ia masih hidup. baekhyun kehilangan satu-satunya tujuan hidupnya.

"yeol. . . . chanyeol . . . chanyeol . . . . chanyeol . . . ."

Baekhyun berulang kali memanggil nama kekasihnya. berharap agar kekasihnya membalas panggilannya walaupun itu mustahil.

Sekali lagi ia menghela napas, sedetik kemudian sehun menjangkau tubuh itu dan menjauhkannya dari kotak peti mati chanyeol, lalu mendekapnya dengan erat. Ya dia tau ini tentu akan jd masa yang sulit. Tapi tetap saja baginya pria seperti chanyeol bukanlah orang yang harus ditangisi separah ini, walaupun park chanyeol yang sedang berbaring didalam peti itu adalah temannya sendiri.

Love Me Back, Please | SebaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang