Chapter 11 - Winter side

230 21 1
                                    

“Aku hanya ingin melindungimu, dengan caraku sendiri”

-W.M.D

-----------


"Winter" panggil Dalton sambil menyenggol lengan Winter yang sedari tadi tengah sibuk mengerjakan tugas Fisika

"Hm?" Jawab pemuda itu tanpa mengalihkan pandangannya dari rumus-rumus rumit di bukunya tersebut

"Dean sama Chiara jadian!" Sorak Dalton sambil menunjuk-nunjuk layar ponselnya

"Dean? Deandreas?" Tanya Winter sambil mengernyitkan alisnya, matanya masih terpaku pada soal-soal dibukunya

"Hooh, akhirnya penantian tiga tahun Cichi berakhir juga" Dalton terkekeh senang mendengar kabar dua sobatnya jadian

"Lo kapan?" Tanya Winter telak sambil menyeringai

Dalton mendengus "Tunggu Autumn buka hati buat gue"

"Sainganlo banyak" Winter balas mendengus

"Selama saingan gue bukan lo, kayaknya masih ada harapan"

Winter sontak menolehkan kepalanya untuk menatap Dalton meminta penjelasan lebih

"Lo ngga nyadar apa?" Dalton tampak heran

Winter menggelengkan kepalanya
Dalton tampak mengusap rambut hitam legamnya itu sambil mendesah

"Autumn kayaknya.. Suka sama lo"

Deg

Winter tidak tahu itu, tapi ada gejolak aneh dalam dirinya saat Dalton mengatakan hal itu.

"Ngga lucu" kilahnya

"Siapa bilang gue ngelawak njing" Dalton yang tampak kesal meninju pundak Winter pelan

"Kata siapa lo?"

Pemuda itu berusaha bersikap setenang mungkin disaat gejolak dalam dirinya mulai menjadi-jadi

"Kata insting gue"

"Sinting" Winter memutar bola matanya

Bugg

Dalton benar-benar meninju pundak Winter kali ini tidak terlalu keras, tapi cukup membuat ngilu, mengingat Dalton adalah seorang boxer. Tapi Winter sama sekali tak menampilkan ekspresi apapun.

"Lo mungkin ngga sadar tapi Autumn terlihat begitu senang kalau lagi bersama lo.
Even when you're mad, she's still stay beside you"

Winter tidak tahu, tapi kali ini ia merasa jantungnya turun ke perut dan diperutnya terasa ada ribuan kupu-kupu seperti sedang menyengat.
Ia tidak menjawab perkataan Dalton, sama sekali tidak merespon.

Ia mencoba kembali memfokuskan diri kedalam rumus-rumus rumit dibukunya tapi gagal.
Otaknya setia terpaku pada ucapan Dalton.
Pemuda itu mengacak rambutnya dan mengerang frustasi.

Sedangkan Dalton hanya melirik sobatnya lalu mendengus.

***

Jam istirahat tiba, Winter sempurna hanya mengerjakan lima dari tujuh soal, sisanya menyontek pada Dalton.
Kali pertamanya pemuda itu menyontek, dan ini semua karna ulah Dalton.

Coba saja temannya itu tak mengatakan hal aneh seperti tadi, pasti Winter bisa menyelesaikan semua soal dengan mudah.

"Kantin ga?" Tanya Dalton pada temannya yang sedang memegangi kepalanya

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang