Kukejar Buku, Lamaran Kudapat

1.3K 204 26
                                    


©Masashi Kishimoto

©2017 Rosetta Halim

The Minds of Billy Milligan

Sejak kemarin, Hinata mencari-cari buku itu di seluruh kota. Mulai dari toko buku paling besar di kota sampai yang paling kecil, kemudian ke pasar buku bekas.

Buku bestseller suatu saat akan diterbitkan lagi. Tunggulah saat itu tiba.

Ia coba mengikuti saran kakak sepupunya, tetapi tidak tahan menunggu. Ia ingin segera membaca buku itu, yang katanya ditulis berdasarkan kisah nyata.

Hari ini Hinata kembali lagi ke perpustakaan yang seminggu lalu dijelajahinya dengan harapan, "Minggu lalu seseorang sedang meminjamnya, minggu ini sudah dikembalikan."

Hinata tahu di kota ini pasti ada banyak yang menyimpan buku itu, tetapi masalahnya tak satu pun dikenalnya. Bagaimana mau meminjam? Apalagi ia bukan tipe pemberani yang dengan mudah memberitahu semua orang apa yang sedang dicarinya, lalu meminta bantuan.

Wajah Hinata tampak seperti habis disiksa ketika dia sampai di tengah-tengah sebaris rak yang beriisi karya sastra asing (terjemahan/original). Ia yakin betul rak karya sastra asing itu sudah ia cek dengan sungguh-sungguh.

Dengan bahu mengendur, Hinata berbalik ke ujung, di mana ia mulai mencari. Ia bukan mau mengulang di rak yang sama, namun memeriksa rak sebelahnya. Pikiran polosnya memberitahunya bahwa mungkin ada pengunjung tolol yang menyelipkan buku itu di bagian karya sastra nasional.

Dua jam kemudian Hinata sampai di ujung rak kedua karya sastra nasional.

Tidak ada. Tidak ada. Hinata ingin menangis. Ia butuh hiburan.

Sepertinya tidak tersisa pilihan lain untuknya selain mendengarkan nasihat kakak sepupunya.

Dengan malas Hinata kembali ke rak pertama, ke tempat sebuah novel klasik buatan tahun 1906, yang masih populer di Jepang, berada.

Kata orang-orang, "Kau sungguh bukan orang Jepang kalau belum membaca novel itu atau minimal pernah mendengar tentangnya."

Sudah diputuskan, ia akan meminjam yang itu saja.

...

Buku yang dicari Hinata itu sungguh luar biasa. Ia bisa melihat ramainya gadis-gadis yang berusaha mendapatkannya. Hinata tak mau kalah. Ia memaksa kaki pendeknya melangkah selebar-lebarnya.

Hinata tersenyum puas ketika ia duduk di depan seorang pria-entah siapa-yang sedang asyik membaca. Ia mengalahkan gadis lainnya, yang sekarang memandang sinis padanya sambil mencibir dirinya. Namun tak lama kemudian, mereka pergi dari sana sambil mengumpat. Hinata tidak peduli.

Itu dia bukunya! 24 Hito no Birii Mirigan (24 Orang Billy Milligan) karya Daniel Keyes yang diangkat dari kisah nyata. Sampul edisi Jepangnya tampak begitu dramatis. Seorang pria dengan jins biru dan kemeja putih yang dimasukkan berdiri di tengah-tengah beberapa orang-mulai anak kecil, perempuan/laki-laki remaja sampai orang dewasa, tiga di antaranya memandang pria berjins biru, sisanya tampak asyik dengan diri mereka masing-masing-dengan kedua tangan menutup wajahnya.

Buku itu tergeletak dengan manis di depan seorang pria-tampan, terlihat matang di usia, tetapi mentah secara emosional atau pria itu sengaja membuat orang berpikir demikian-sedang membaca karya sejenis berjudul Sybil, edisi asli, atau bisa disebut tidak diterjemahkan.

Hinata menatap pria itu takut-takut. Di kepalanya terbayang-bayang bagaimana tangannya menarik buku yang diabaikan pria itu. Hinata membuka buku yang tadi diambilnya di rak, membukanya, lalu membacanya-tidak benar-benar membacanya. Nafsunya terhadap buku itu hampir meledak.

Kukejar Buku, Lamaran KudapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang