Gara-gara Balon

75 11 9
                                    

Hari itu, Alvaro seperti biasa akan membawa gebetannya ke cafe es krim favoritnya. Alvaro berniat menembak gebetannya saat di cafe es krim. Sebelumnya, Alvaro sudah berulang kali ditolak oleh banyak wanita. Bukan karena dia terlihat jelek, Alvaro sama seperti pria pada umumnya. Badannya lumayan berisi dan juga wajahnya yang lumayan tampan, membuat dia terlihat cocok untuk memiliki pasangan yang ideal. Namun, Alvaro sering kali salah dalam memilih gebetan. Ia terlalu mudah baper kepada setiap wanita yang baru ditemuinya. Oleh karena itu lah, ia sering kali yang namanya ditolak cewe.

***

Di kampus, Alvaro sudah tidak sabar ingin menjemput gebetannya pergi ke cafe. Namun mata kuliah saat itu belum juga kunjung usai.
"Al, lo kenapa sih dari tadi gelisah mulu? Lo kebelet pipis?" Tanya Bagas, sahabat Alvaro dari SD sampai saat ini di bangku kuliahan.

"Bukan kebelet, gue dari tadi nunggu mata kuliah lama banget selesainya" Jawab Alvaro. "Gue mau ketemuan sama gebetan gue" Lanjut Alvaro.

"Wiih.. gebetan yang mana lagi sob? Banyak amat cewe lo" Tanya Bagas karna penasaran.
"Lah, gebetan gue kan cuma satu, si Nindi. Emangnya ada siapa lagi?" Jawab Alvaro sambil bertanya balik karena bingung.
"Yakin lo cuma satu?" Jawab si Bagas sambil tertawa. "Bulan lalu kan gebetan lo si Tiwi, yang lo tembak di danau tapi lo ditolak, hahaha.." lanjut si Bagas sambil tertawa mengejek.

"Yaelah, itu mah masa lalu. Yang ini nih gue yakin bakal diterima. Ntar gue mau jemput dia ke cafe tempat biasa gue nongkrong, trus bakal gue tembak deh." Jawab Alvaro dengan optimis.
"Lo yakin??" Tanya bagas.
"Kan baru kenal dua minggu aja lo sama dia" lanjut si Bagas.
"Ah lo meremehkan gue, liat aja besok status gue sudah berubah" jawab Alvaro.

Belum sempat Bagas berkomentar, dosen saat itu pun menyudahi mata kuliahnya. "Mungkin sampai disini dulu ya, bapak pamit. Tugasnya jangan lupa dikerjakan" kata Dosen saat itu.
"IYA PAK..." jawab mahasiswa dengan serentak.

"Broo, gue duluan ya. Takut telat nih" kata Alvaro pada Bagas sambil bergegas.
"Oke sob, mudah"an ditolak lagi ya!!" Jawab Bagas. "Uuppss diterima maksud gue" lanjut Bagas sambil tertawa.
"Ah kampret lo" jawab Alvaro dengan kesalnya.

***

Dari kampus, Alvaro langsung mengemudikan skuter klasiknya kerumah Nindi, gebetannya saat ini.

"TIINN!!!" suara klakson skuter milik Alvaro saat sampai di rumah gebetannya, si Nindi.

"Hey Nin.." sapa Alvaro kepada Nindi.
"Iiihh.. kok telat sih? Kan gue capek dari tadi nunggu. Lo jadi cowo kok tukang ngaret sih ah" kata si Nindi dengan kesalnya.
"Ma- maaf Nin.. iya gue janji gak bakal telat lagi" jawab Alvaro yang takut karna kemarahan Nindi.

Nindi yang ngambek pun hanya diam memasang wajah cemberut sambil naik keatas motor skuter milik Alvaro. Selama perjalanan tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka berdua dikarenakan Nindi yang sedang ngambek, dan Alvaro yang takut melihat Nindi marah.

Mereka berdua pun sampai di cafe es krim tempat biasa Alvaro nongkrong.
"Nin.. mau duduk dimana?" Tanya Alvaro dengan perasaan yang masih takut.
"TERSERAH" jawab Nindi dengan juteknya.

Alvaro pun hanya bisa diam sambil memilih tempat yang pas untuk mereka berdua. Namun Alvaro bingung karena didalam cafe tersebut banyak sekali dekorasi-dekorasi balon yang terpasang. Dan iya juga melihat ibu Sukma, pemilik cafe tersebut sedang memasang balon-balon di sudut cafe bersama dengan seorang perempuan yang terlihat seumuran dengan Alvaro.

"Sore tante..." kata Alvaro ketika menyalami bu Sukma, pemilik cafe.
"Eh, ada Alvaro" jawab bu Sukma pada Alvaro. "Loh sama siapa?" tanya bu Sukma.
"Ini tante, teman saya namanya Nindi" jawab Alvaro. "Kami cari tempat duduk dulu ya tante" lanjut Alvaro.
"Oh iya silahkan" jawab bu Sukma.

Alvaro masih heran dengan gadis yang membantu bu Sukma memasang dekorasi. Namun gadis tersebut masih tidak membalikkan badannya karena sibuk memasang dekorasi.
"Ah mungkin pegawai baru" fikir Alvaro.

Alvaro dan Nindi pun memutuskan untuk duduk di meja dekat bu Sukma sedang bekerja.

"Nin.. dari tadi kok diem aja sih? Lo masih marah ya?" tanya Alvaro pada Nindi yang sedari tadi diam dan terus cemberut.
"Lo pikir aja sendiri..!!" Jawab Nindi dengan juteknya.
"Gue minta maaf. Iya gue ngaku, gue yang salah, tadi jemputnya telat" kata Alvaro yang merasa bersalah.
"TERUS?" tanya Nindi dengan suara menekan.
"Iya gue janji gak bakal telat lagi. Kan kita kesini tadi mau ngobrol bareng. Lo kok malah jutek gitu sih. Hilangin napa cemberutnya." Jawab Alvaro sambil membujuk Nindi.
"Iya iya, gue maafin" kata Nindi sambil melihatkan senyumannya.
"Nah, gitu dong" sahut Alvaro yang ikut tersenyum.

Tak lama pun pelayan membawakan es krim yang sebelumnya telah mereka pesan ketika memasuki cafe.

"Mungkin ini saat yang tepat buat gue nembak Nindi" fikir Alvaro dalam hati.

"Nindi.." panggil Alvaro kepada Nindi yang sedang menikmati es krim miliknya.
"Iya, kenapa Al?" Jawab Nindi.
"Ada yang mau gue omongin ke lo Nin.." kata Alvaro sambil gugup.
"Iya, omongin aja. Ada apa?" jawab Nindi sambil bertanya.
"Sebenernya... gue ini... su.." belum selesai Alvaro mengatakan sesuatu pada Nindi, dekorasi balon yang dipasang bu Sukma dan gadis tadi pun jatuh ke meja yang ditempati Alvaro dan Nindi.

"AWAAASSSS!!!" teriak gadis itu kepada mereka.

DOORRR!!! DOORRR!!! DOORRR!!!
Suara balon balon yang pecah ketika jatuh ke meja yang ditempati Alvaro dan Nindi. Dan tanpa diduga, salah satu balon yang pecah membuat es krim di hadapan Nindi terhambur dan mengenai wajah dan pakaian yang dikenakan Nindi.

"Aaakkhhh.." teriak Nindi.
Alvaro yang melihat hal tersebut pun langsung sigap membersihkan wajah dan pakaian Nindi. Namun Nindi menolak.
"Gak usah pegang-pegang.." teriak Nindi pada Alvaro.
"Dasar lo cowok pembawa sial, udah tadi telat jemput gue.. sekarang milih cafe yang nggak banget kayak gini." lanjut Nindi yang memarahi Alvaro.
"Loh kan bukan salah gue.. kan salah dia nih masang balon gak bener, pake acara jatuh segala" elak Alvaro sambil menunjuk gadis yang bersama bu Sukma tersebut.

"Maaf mbak, maaf mas" sahut gadis tersebut meminta maaf.
"Udah gue mau pulang, gak usah temuin gue lagi, gue gak mau liat muka lo lagi" kata Nindi kepada Alvaro sambil bergegas pergi.
"Loh.. tapi kan.. bentar dulu.. Nin.. Nindi..." jawab Alvaro mencoba memanggil Nindi.

Namun Nindi tetap pergi meninggalkan cafe dengan wajah kesal kepada Alvaro.
"Ini semua gara-gara lo.. gara-gara balon balon lo ini semua" kesal Alvaro kepada gadis tadi.
"Maaf, saya nggak sengaja." Jawab gadis itu meminta maaf.
"Dasar ya lo gak tau diri, cuma minta maaf doang bisanya" jawab Alvaro terus memarahi gadis tersebut.
"Maaf ya, bisa nggak bahasanya agak halus sedikit. Kayak gak pernah sekolah aja" jawab gadis tersebut yang mulai kesal.
"Eh maksud lo apa bilangin gue gak sekolah? Lo kali yang gak sekolah, gak tau sopan santun, kalo gue jadi bu Sukma sudah gue pecat lo pelayan gak becus" kesal Alvaro yang menjadi jadi.

Belum selesai gadis tersebut menjawab, bu Sukma kemudian memisahkan mereka berdua agar tidak berdebat semakin panjang.
"Sudah sudah.. nak Alvaro, tante minta maaf ya.. nak Alvaro pesan aja lagi, sebagai gantinya kamu nggak usah bayar." Bu Sukma mencoba menenangkan Alvaro.
"Nggak usah tante, saya mau pulang aja. Permisi tante" jawab Alvaro sambil pergi meninggalkan cafe dengan wajah kesal melihat gadis tersebut.

***

BALON CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang