J A M A L

42 0 0
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

J A M A L

Oleh : Risti

Tahun 1982. Dimulai Sebuah percakapan antara aku dan jamal. Aku mengenal jamal di sebuah universitas. Semua seperti cerita yang mengalir. sulit untuk dimengerti tapi itulah yang terjadi. Bisa saja disebut "takdir". Begitulah kata jamal padaku. Seperti indahnya bola mata itu, dan manisnya senyuman jamal, masih begitu sejuk dipandanganku sekalipun mata ini tertutup. Seperti kata sebuah nyanyian efek rumah kaca. Aku mengagumi bahkan bisa disebut sangat terinspirasi. Dimana terang yang kau janjikan, aku kesepian. Dimana tenang yang kau janjikan, aku kesepian... lirik itu terngiang ditelingaku. Sudah sejak lama aku dan jamal menjalani. yah bisa dikatakan sebuah percintaan, yang kamipun sama-sama tidak tau apa arti dan akhirnya.

Jamal selalu mengatakan padaku. "Seperti angin kau ku rasakan. Seperti cuaca yang berubah tapi kau tetap bersamaku. Terus berjalan bersamaku.bergenggam tangan, meskipun langkah ini tak sempurna menuntunmu, tapi kita akan berusaha untuk saling mengisi". Aku selalu tersenyum ketika jamal marah padaku dengan sedikit air mata. seusai aku hapus air mataku, pelukan itu melesat untuk selalu menenangkan. Memang sejuk terasa. Seperti merasakan sebuah air yang megalir. Begitu aku menikmatinya.

Akulah duri dalam hidup jamal. Akulah pahit getir hidup jamal. Aku kesepian yang meronta dan mencabik kisah hidupmu jamal. Maafkan aku...

Pertemuan dua puluh tahun yang lalu. Seperti sebuah kisah yang disengaja tapi aku dan jamal tidak tau harus bilang apa, sebab ini semua sudah tetulis. Aku tidak ingin berjanji sebab aku takut kau kecewa. begitu sebaliknya jamal berkata padaku. Hanya keyakinan yang aku percaya. Namun keyakinan itu sendiri masih ambigue. Laksana kerdil jiwa ini, menampi semua kisah hidupku. Telinga jamal menjadi saksi, aku mengakui semua kesalahanku dimasa lalu. Aku benalumu jamal. Namun wajah itu, datar. berkali-kali melihatkan bacaan yang ambigue. Tak ingin rasanya menyakiti hati itu, namun apakah "pergi" adalah sebuah keegoisan yang akan terjadi? Aku tidak tahu. Kata orang kita harus belajar mengikhlaskan, tapi sama saja aku menyakitinya.

Seiring berjalannya waktu. Aku dan jamal kini sudah menjadi benalu untuk hidup kami. Bernapas bersama dalam debu. Berhias bersama dalam darah. "Kau mungkin melupakan hari ini. namun hari ini adalah hari yang paling indah bagiku". Bisik jamal. ia memelukku diatas ranjang. Kemudian mata indah itu mengeluarkan butiran air dihadapanku. Sungguh seperti sebuah kebahagiaan yang hangat, akupun ikut menangis. setelah sekian lama jamal dan aku belum tau apa yang akan terjadi dan akhirnya ia memutuskan ikut bersamaku dalam kegelapan. Sekian waktu itu berlalu. Jamal masih disisiku, seperti biasa.

Ia menutup mulutku dengan telunjuknya. Ketika bibir ini mulai mengatakan "akankah keihklasan itu ada dihatimu, jamal". Karena jawaban itu tidak perlu dijawab. Sebab aku harus berfikir sendiri. untuk apa jamal bertahan menjadi benalu bersamaku? Untuk apa dia bertahan jika bukan cinta namanya? Aku berfikir keras, walaupun terkadang fikiran ini sulit untuk dikendalikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

J A M A LWhere stories live. Discover now