•Author POV
"Selamat pagi, Audrey!" sapa Alex ketika bertemu Audrey dilorong menuju kelas.
"Pagi juga, Alex!" jawabnya senang. Mungkin hari ini mood nya sedang membaik.
"Kira-kira hari ini ada yang menarik tidak, ya?" gumam Alex sambil memasuki ruang kelas.
Beberapa menit setelah Alex memasuki ruang kelas, bel pun berbunyi. Pelajaran pun akan dimulai.
"Pagi anak-anak!" sapa Bu guru lembut. "Untuk apa kalian berdiri tepat didepan pintu? Ayo cepat duduk." kata Bu guru kembali sambil terheran-heran.
"Kami hanya mau bermain dengan kelinci baru kami saja." kata Audrey sambil menaruh kursi tepat dibelakang Bu guru.
"Bermain? Sekarang bukan waktunya untuk bermain, ayo cepat duduk dan persiapkan buku kalian." kata Bu guru kembali.
Dari depan, Joseph pun mendorong paksa sehingga Bu guru tersebut terduduk dikursi yang telah disediakan oleh Audrey sebelumnya.
Dengan tangan yang lincah, Joseph lalu mengikat tubuh guru itu dan tidak lupa ia menyumpal mulut Bu guru itu dengan kain.
"Permainan akan segera dimulai." kata Audrey tersenyum licik sambil menatap mata Bu guru yang telah memancarkan aura ketakutan yang dalam.
"Jangan takut Bu guru. Kami hanya ingin bermain denganmu, sebentar saja." kata Alex ikut menyahut. Kata-kata itu telah ia persiapkan saat dirumah.
"Ya, dan mungkin permainan ini agak lain dari biasanya." kata Annie yang sudah berada disamping Bu guru.
Annie langsung saja menggoreskan pisau lipatnya disekeliling leher Bu guru sehingga membentuk goresan yang sangat panjang.
"Aku sudah selesai. Sekarang, giliran siapa?" tanya Annie sambil mundur perlahan.
"Aku!" ucap Mira percaya diri.
Mira pun maju mendekati Bu guru yang terduduk lemas tak berdaya itu dan langsung menusuk mata kanan Bu guru dengan pisau lipat yang ukurannya lebih kecil dari biasanya, pas untuk menusuk mata. Lalu ia memutar-mutarkan pisau itu ke kanan, lalu ke kiri hingga mata itu benar-benar tertancap pada ujung pisaunya.
"Emmhh...emmmhhhh..." rintih Bu guru dengan kondisi mulut tersumpal kain.
"Aku selanjutnya!" Josh pun langsung maju dan mulai menguliti tangan hingga kaki Bu guru itu.
Darah mulai mengalir secara perlahan-lahan dengan jumlah yang cukup banyak.
"Awwh..." rintih Alex yang sudah tak tahan lagi dengan pemandangan luar biasa itu.
"Berhentilah seperti itu, Alex. Ini seni terindah yang pernah kulihat." kata Audrey terpukau.
"Audrey, aku sudah tidak tahan. Aku masih belum terbiasa dengan pemandangan dan bau yang menjijikan ini." ucap Alex yang langsung lari tergopoh-gopoh keluar kelas dan menuju toilet laki-laki.
"Ini luar biasa!" ucap Joseph kagum. "Good job, Josh and Mira."
"Aku yang akan mengakhirinya." kata Audrey mantap.
Audrey langsung mengeluarkan pisau lipat dari saku roknya dan langsung menusukkan pisau itu ke urat nadi yang berada pada pergelangan tangannya yang telah dikuliti oleh Josh. Dan untuk kesekian kalinya, kelas IX F telah membunuh guru lagi pada hari ini.
"Yosh! Sudah selesai!" ucap Audrey bangga.
"Aku akan merapikannya." kata Joseph.
"Terima kasih, besok giliranmu, Joseph." kata Audrey sambil melempar korek api seperti biasanya kepada Joseph.
"Tinggalkan aku bagian tangan kanannya! Sepertinya enak jika dibuat sup." ucap Danny dengan muka yang menunjukkan bahwa ia lapar.
"Tenang saja, akan ku sisakan untukmu." kata Joseph.
________________________________________
Hollaa my readers!!🐣💞
Thanks for reading ^-^
Please vote and comment :)-Nao-chan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Classmates Psychopath [END]
Mystery / ThrillerPernahkah kamu membayangkan, kalau seluruh teman sekelasmu itu ternyata psikopat? Hal ini yang dialami oleh Alexander Washington, murid pindahan dari luar kota. Bagaimanakah Alex menerima kenyataan mengerikan ini? Disclaimer: contains scenes of vio...