Chapter 3 (Perjuangan Pertama)

8 2 0
                                    

Past The Horizon

Chapter 3 (Perjuangan Pertama)

Suasana di kelas A tampak hening sama sekali. Ya itu karena kami semua sedang di toilet untuk berganti pakaian dari seragam ke pakaian olahraga. Dan tentu saja, para murid cowok di toilet pria dan para murid cewek di toilet wanita.

"Kira kira seperti apa ya tesnya nanti? Semangatku makin membara," ujar Kuruto yang sudah tak sabar lagi ingin ke lapangan.

"Hehe... Aku juga. Kurasa tes kita kali ini pasti seru," ujarku sambil tertawa agak memaksa.

Setelah aku, Kuruto, dan murid cowok lainnya selesai ganti pakaian, kami langsung menuju kelas untuk meletakkan seragam kami. Setelah itu kami langsung bergegas menuju lapangan karena kami hanya diberi waktu 5 menit oleh Sougo-sensei. Akhirnya kami pun sampai di lapangan, walaupun lewat 3 menit.

"Kalian telat tiga menit. Jangan sampai begini lagi atau aku kalian akan gagal kedepannya," ujar sensei yang sempat melihat jam tangannya lalu menatap kami dengan dingin.

"Dasar... Baru tes pertama saja sudah begini. Bagaimana nanti jika kalian mendapat misi? Bisa bisa kalian gagal deh," ejek salah seorang murid cewek, namanya Haruko Ayane. Seketika itu juga sebagian besar murid cewek sekelasku ikut mengejek kami. Hanya Nanami yang dari tadi malu malu melihat kami.

"Kalian juga sama saja. Hilangkan kebiasaan berdandan kalian, atau kalian juga akan gagal," ujar sensei yang juga menatap para murid cewek dengan dingin.

"Baiklah... Kali ini tes akan dibagi tiga sesi, yakni sesi kecepatan, sesi ketahanan, dan sesi kekuatan. Dan seperti kataku di kelas tadi, dua murid yang mendapat peringkat terbawah akan dikeluarkan dari kelas. Dan sebagai tambahan, akan dikeluarkan juga dari akademi," ujar sensei menjelaskan. Sontak kami semua pun takut dan khawatir akan dikeluarkan dari akademi hanya karena kami gagal tes pertama.

Sesi pertama pun dimulai. Jalur untuk tes sesi pertama memang pendek, tapi penuh rintangan disana, seperti tiga kayu besar yang selalu berayun horizontal, senapan api yang menyambar dari tanah, serta sebuah robot yang menembakkan senapan mesin. Sensei pun memanggil kami satu persatu sambil mencatat hasil waktu tempuh kami. Aku kagum karena beberapa temanku berhasil mencatatkan waktu terbaik mereka, termasuk Kuruto yang sempat melepaskan sepasang beban berat di kedua kakinya sebelum akhirnya mulai berlari.

"Terakhir giliran Ikaru," kata sensei yang memanggilku.

"Huh.. Baiklah, aku siap," ujarku yang sudah siap.

Peluit sensei pun berbunyi tanda sudah dimulai giliranku. Aku langsung berlari dengan cepat menuju garis finish. Di rintangan pertama, aku mulai berusaha melewatinya. Dan benar saja, aku berhasil melewati rintangan pertama dengan memperhitungkan timing kapan kayu itu akan menuju ke arahku dan aku melompatinya di saat yang tepat, walaupun di kayu yang kedua aku salah timing. Di rintangan kedua aku berusaha mengelak dari semburan senapan api. Awalnya aku sempat tergesa gesa hingga aku tersambar api beberapa kali, namun akhirnya aku berhasil melewatinya. Dan di rintangan ketiga aku tanpa sadar melakukan aksi mengelak yang sangat mengagumkan. Alhasil aku berhasil melewati rintangan ketiga dan sampai di garis finish dengan catatan waktuku yang mendekati catatan waktu Kuruto.

"Kau hebat Ikaru," ujar Kuruto.

"Hehe..," kataku dengan malu malu. "Ini kan masih sesi pertama. Jadi masih belum selesai," kataku dengan semangat.

Namun aku kurang beruntung pada sesi  ketahanan. Pada sesi ini tubuhku hanya mampu menggenggam barbel sampai 50 kg. Sedangkan yang lain berhasil menggenggam hingga ratusan kilogram.

"Huh... Tenang saja. Masih ada satu sesi lagi. Aku tak boleh menyerah sampai disini," gumamku.

Pada sesi terakhir, yakni sesi kekuatan, kami semua harus mengalahkan sebuah robot pendekar yang didesain khusus untuk latihan. Aku melihat mereka semua bisa mengalahkan robot itu hanya dalam waktu yang singkat. Aku bahkan mulai melihat masing-masing kekuatan dari mereka, seperti Kuruto yang mumpuni dalam hal bela diri, Ayane yang memiliki kemampuan regenerasi yang baik dan serangan yang mematikan, serta Nanami yang memiliki elemen es terbaik. Bahkan aku agak terkejut melihat Nanami menggunakan teknik ilusi es, walaupun setelah menggunakan teknik itu ia pun pingsan akibat kehabisan Tenshu -aliran tenaga dalam, sejenis chakra-.

"Ikaru.. Sekarang Giliranmu," ujar sensei.

Aku langsung menghadap dan mulai bersiap melawan robot tersebut.

"Baiklah.. Bersiap... Mulai," ujar sensei memulai tesnya.

Seketika robot itu langsung menyerangku seketika hingga aku sulit untuk bangkit. Walaupun aku berhasil bangkit, robot itu menyerangku dengan bertubi tubi.

"Apa hanya itu kemampuanmu?" tanya sensei kepadaku yang sudah tak kuat untuk berdiri.

Aku berusaha bangkit, namun tetap saja aku diserang tanpa ampun oleh robot tersebut. Sebagian besar teman temanku mulai membicarakan diriku dengan hal hal yang buruk.

"Ikaru!! Kerahkan semua semangatmu! Buktikan kalau apa yang orang lain bicarakan tentangmu itu salah!" teriak Kuruto menyemangatiku.

"Di.. Dia benar... Ikaru-san! Kau jangan... Gagal... Disini!" teriak Nanami yang juga menyemangatiku.

Entah kenapa kata kata mereka membuatku bangkit lagi. Saat aku mulai bangkit, robot itu menyerangku. Namun aku berhasil menahannya dan memukul robot itu dengan sekuat tenaga.

"Baiklah... Sekarang saatnya," ujarku sambil membuat sebuah segel tangan.

"Kagebunshin no Jutsu!!" ucapku. Seketika muncullah kagebunshin ku berjumlah 5 bunshin. Bunshinku mulai menyerang robot tersebut secara serentak. Dan disaat robot itu lengah, aku memanfaatkannya dengan mengeluarkan teknik elemen petir dan menyerang tepat di dada bagian kiri robot tersebut. Akibatnya robot itu lumpuh total karena seranganku menembus kabel kabelnya dan menghancurkan perangkat utamanya.

"Tidak mungkin...," ujar sensei dengan kaget tak percaya dengan kejadian ini.

"Aku tak akan menyerah begitu saja. Karena ini adalah jalan hidupku," kataku yang sudah mulai membangkitkan shingan -teknik mata- versi pertama.

Past The HorizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang