1. 1 - 0

83 5 2
                                    

☕☕☕

Lagi-lagi eyang bikin Ayu jengkel. Gimana enggak? Enggak ada angin, enggak ada hujan tiba-tiba sudah ada cowok (baca : laki-laki) ganteng dan kedua orang tuanya sedang duduk manis diruang tamu bersama eyang.

Kala itu Ayu masih jetlag setelah tiga jam lalu ditelepon eyang untuk segera pulang. Alih-alih ada hal penting seperti yang eyang sampaikan, Ayu kira terjadi sesuatu pada eyang, namun nyatanya? Ah, panjang lah nanti ceritanya. Padahal saat itu Ayu masih ingin di Jogja untuk menghabiskan libur akhir tahun bersama teman-teman kantornya.

Eyang bener-bener keterlaluan. Katakan Ayu sedang dijodohkan dengan laki-laki ganteng ini, tapi tak begini juga kan seharusnya?
Mau tak mau Ayu tetap harus tampil memukau di depan para tamu tersebut.

"Non, tamunya udah datang. Non Ayu ditunggu sama Eyang dibawah." ucap Bik Sumi di depan kamarnya.

Ayu berusaha acuh dan cuek dengan kehadiran Bik Sumi, tapi tetap saja dia harus turun menemui mereka. Karena dia memang enggak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan eyang.

"Bik, ntar kalo bikin minum buat tamu, taruh apa gitu ya di gelas tuh cowok," bisik Ayu pada Bik Sumi. Bibik hanya tersenyum penuh arti, Ayu tersenyum penuh kemenangan.

Dengan ogah-ogahan Ayu memutuskan untuk turun dan bertemu dengan tamu eyang.

"Yu, sini. Ini ada tamu jauh lho, sana salim dulu," ucap Eyang begitu mendapati Ayu muncul di ruang tamu.

Yaaa---Eyang memang masih tetap menganggap Ayu itu cucu kecilnya, padahal Ayu sudah hampir 27 tahun.

Itulah alasannya kenapa Eyang sampai harus mencarikan jodoh untuk Ayu.
Di usianya yang sudah sematang itu Ayu belum juga menemukan pasangan. Eyang khawatir, khawatir kalau Ayu akan jadi perawan tua. Padahal Ayu itu cantik sesuai dengan namanya, pinter, dan punya karir yang bagus. Menurut Eyang, nggak ada alasan Ayu jadi perawan tua. Dia menarik, mana ada laki-laki yang menolak pesona Ayu. Itu (masih) versi Eyang lho.

Berbeda dengan Ayu. Dia masih menikmati kesendiriannya. Dia enjoy dengan apa yang dimiliki sekarang. Menikah? Belum masuk di kamus pribadi Ayu, tuh. Dia baru memikirkannya akhir-akhir ini, setelah Eyang mengumumkan dia akan dijodohkan dengan salah satu keluarga sahabatnya dulu.

Eyang yang kolot dan Ayu yang sangat independen. Dan mereka tinggal di satu atap yang sama, saling menyayangi, berbagi, dan saling membutuhkan satu sama lain.

Menjadi cucu kesayangan bukan tanpa kendala, bukan berarti Ayu hidup enak dan bisa bermanja-manja sama Eyang. Yang ada malah Ayu sering dapat teguran dan omelan dari Eyang.

Di rumah mereka tinggal bersama Ayah Rudi, Mas Bagus, dan Mbak Risti, istrinya yang tengah hamil 6 bulan.

Ayah pensiunan PNS, sengaja pensiun dini karena Ayah memang tidak begitu suka dengan peraturan-peraturan kantor yang kesannya memang harus disiplin waktu. Ayah tipe orang yang bebas, tanpa dikekang oleh pemimpin. Jadi Ayah memutuskan untuk resign. Kini Ayah lebih banyak aktif sebagai leader yayasan lembaga di bidang peternakan, dan mengharuskan Ayah sering keluar kota.

Sedangkan Mas Bagus dan Mbak Risti, meskipun mereka sudah menikah namun Eyang tidak mengizinkan mereka pindah dari rumah itu.
Alasannya, Mas Bagus satu-satunya laki-laki yang sanggup stay dirumah kapan saja. Karena kerjaan Mas Bagus membuka petshop disamping rumah, dan Mbak Risti buka salon disebelahnya sambil buka toko baju bayi dan anak.

Lalu Ayu sendiri, memang cucu kesayangan Eyang. Karena sejak usia satu bulan Ayu sudah harus ditinggal Ibu. Ibu meninggal, karena mengalami pre eklampsia, tensi tinggi, dan kejang.

Jadi suka nggak suka, mau nggak mau Ayu harus dan wajib nurut sama Eyang. Nurut dalam hal apa saja, karena Eyang cenderung tegas dan disiplin.
Nggak boleh pacaran waktu masih sekolah, lalu itu terbawa hingga sekarang Ayu sudah bekerja, menghasilkan uang sendiri. Ayu betah menjadi single.
Dia nggak mau disebut atau dikategorikan sebagai jomblo. Ayu is a single, not jomblo. Itu tagline yang dia buat. Aahh maksa ya, toh sama aja kan artinya. Sama-sama sendiri, a.k.a nggak punya pacar alias nggak punya pasangan.

Itu yang bikin Eyang resah dan gelisah. Beliau nggak mau Ayu terus hidup sendiri sampai tua. Sebut 27 tahun itu "tua" menurut versi Eyang, tapi tidak bagi Ayu.

"I'm single and very happy." Begitu ucapnya.

Nggak mau terbeban ketika memiliki pasangan. Begitu menurutnya.
Dia nggak mau seperti Meza, sahabat karibnya itu. Meza punya cowok, dan cowoknya manja dan overprotektif banget. Mau kemana saja harus izin dulu, kirim foto, laporan ini itu, dan itu annoying banget menurut Ayu.

Atau seperti Tiara, yang sudah nggak available lagi alias sudah menikah tahun lalu. Katakan dia menyesal menikah, karena nyatanya tiap pagi dia harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya yang notabene sangat amat hidup sehat itu.

Maunya setiap hari sarapan bersama istrinya dirumah dengan menu masakan istrinya, lalu siangnya makan bekal pula dari istri tercinta.

"Nah emang lu tuh pembokat dia apa? Sepagian udah masak dua menu aja. Nggak sekalian lu buka warung 24 jam." Ayu nyinyir begitu mendengar curhatan Tiara.

Pokoknya nggak ada yang terlihat menyenangkan dimatanya ketika kamu memiliki pasangan.

Oke, kembali ke acara tadi.
Ayu dengan gaya santai menyambut uluran tangan Tante Rhea dan Om Yuda, lalu dengan cuek berjabat tangan dengan laki-laki itu, namanya Ramdhan.

Dari penampilan sih mereka memang berkelas. Ayu tahu lah, Eyang nggak akan sembarangan mengenalkan Ayu dengan siapa.
Tapi jujur, Ayu samasekali nggak tahu latar belakang keluarga ini. Ayu belum mendapat bocoran apa-apa dari Eyang.

Dia duduk disamping Eyang, berhadapan dengan si Ramdhan ini. Dari ekor matanya, Ayu tahu cowok ini nggak berhenti menatap penampilan Ayu yang saat itu memang nggak perfect.

Hanya memakai celana denim skinny juga tunik warna pastel, tanpa make up berlebih. Bahkan mungkin kantong matanya masih terlihat, namun Ayu cuek. Sampai kemudian Bibik datang sambil membawa nampan berisi minuman dan kue kering. Mata Ayu langsung berkilat penuh semangat.

Dia begitu memperhatikan cara Bibik meletakkan cangkirnya, khawatir kalau sampai salah tempat.
Begitu Bibik selesai, Eyang mempersilahkan para tamunya mencicipi hidangan.

Dengan wajah sumringah Ayu menunggu saat eksekusi itu. Bagaikan slow motion ketika Tante Rhea dan Om Yuda menyeruput teh hangat buatan Bibik. Lalu beralih pada Ramdhan, ekspresinya berubah seketika, seperti menahan sesuatu. Ayu ingin tertawa sebenarnya tapi dia berusaha menahan sekuat tenaga.

"Kenapa Nak Ramdhan?" tanya  Eyang menyadari ada yang tidak beres.

"Enggak apa-apa Eyang. Tehnya agak panas," jawab Ramdhan. Bohong banget kan?

"Bener?" Eyang menyangsikan. Ramdhan hanya mengangguk sambil tersenyum kecut.

"1 - 0." ucap Ayu dalam hati. Dia berharap cowok ini dan keluarganya bakal ilfeel dengan perjodohan ini, dan mereka segera pergi dari kehidupannya.

🏆🏆🏆

Stay with me, DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang