Prolog

571 17 3
                                    

Namaku Iyan, Iyan Ahmad tepatnya. Aku adalah seorang CEO di sebuah perusahaan di Indonesia,tepatnya di daerah Kota Bandung. Aku hidup bahagia bersama keluarga kecil yang setiap harinya mengukir kesan yang besar dalam hidup. Aku memiliki dua orang anak, Anak pertamaku seorang laki-laki bernama Bambang Ahmad dan kedua seorang perempuan bernama Faizah Ahmad. Aku hidup bersama mereka serta istriku yang bernama Marwah yang biasa dipanggil oleh tetangga "Buwa" atau "Ibu Wawa",yah panggilan yang lucu memang.

Anak-anakku bertingkah sangat nakal sekali,sesekali aku marah pada mereka karena kelakuannya. Ketika marah akan hal itu,aku teringat betapa sesaknya rasa marah yang diluapkan bapak dan ibu ku ketika aku masih anak-anak hingga remaja. Kenangan itu seolah-olah membawa senyum manis karena hal-hal yang lucu serta penyesalan yang tiada hentinya.

Semasa SMA orang orang bilang "senja adalah waktu terbaik untuk merevisi kesalahan hari ini agar lebih baik dan memiliki apersepsi yang baik untuk hari esoknya",dan itu memang benar aku selalu mengingat masa-masa muda anehku yang kerap kali teringat membuat senyuman penyesalan.
Di hari sabtu kala itu, kebetulan aku memang libur pada hari sabtu dan minggu. Anakku Bambang bercerita tentang hal-hal yang terjadi di sekolah nya. Yah anak kelas 10 SMA itu memang sering mengajak berbincang bersama aku atau ibunya.
Dia berkata, "Yah semasa ayah SMP dan SMA bagaimana sih yah kelakuan ayah?". "Hahaha, kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu pada Ayah" sahutku sembari malu karena teringat betapa 'weird' masa laluku itu. "Ayolah Yah, ceritakan" sahut si sulung anakku itu. "Baiklah ayah ceritakan".

Aku berpikir mungkin inilah saatnya menceritakan masa mudaku itu kepada anak-anakku. Kemudian Istriku membawakan 4 gelas teh manis dan satu kaleng biskuit yang mungkin bisa memaniskan keadaan ketika diceritakan suatu cerita yang terasa pahit.
"Ayo yah,anak anak sudah tak sabar tuh" sahut istriku
"Betul yah,hayu cerita" terus bungsuku dengan memaksa.
Aku bilang "baiklah"

Kira-kira gimana yak cerita masa muda Iyan tersebut. Pantau terus yak. Thank you.

Aku (Benci) Orang TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang